Silakan tinggalkan jejak dengan ⬇️⬇️
Mengklik like 😊.
Dikasih bintang lima ya 😊.
Dikasih hadiah ya 😊.
Dikasih vote ya 😊.
Tulis komentar ya 😊.
Happy reading 🤗.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Melangkahkan kakinya menyusuri jembatan sambil membawa dagangan kuenya. Sarah menghentikan langkahnya ketika berada di jembatan. Dia merasa sangat lelah. Di menaruh dagangannya di pinggir jalan jembatan. Menghadapkan tubuhnya ke aliran sungai yang sudah tercemar. Menyandarkan badannya di pagar jembatan.
Mengadahkan kepalanya melihat arakan awan di langit biru yang cerah dengan bentuk yang indah. Sarah tersenyum manis melihat lukisan alam. Walaupun dia tersenyum manis, Sarah sedih dan kecewa. Tadi setelah sholat subuh, Sarah ditampar sama ayahnya yang bernama Rojali. Sarah ditampar karena mencuri uangnya Rojali padahal dia tidak mencurinya.
"Ya Allah, kenapa ini semua terjadi padaku? Apa salahku ya Allah sampai mereka berbuat semena - mena kepadaku?" ucap Sarah pelan.
Tak terasa air matanya Sarah meluncur pelan di pipinya. Detak jantungnya seakan berhenti lagi sehingga dadanya sesak. Sarah menangis sesenggukan sambil meremas bajunya. Sarah tidak pernah sama sekali menyangka bahwa Rojali menampar pipinya dan terhasut sama tuduhan itu. Sarah heran kenapa uang itu ada di dalam laci meja belajarnya. Sarah termenung meratapi kisah hidupnya yang kebanyakan diisi dengan kesedihan dan kekecewaan.
Sarah merasa takdir yang dia alami sungguh tidak adil bagi dirinya. Dia terus menerus mengingat perlakuan Rogaya yang selalu kasar terhadap dirinya dan sikap mereka yang suka semena - mena terhadap dirinya hingga sampai hari ini yang membuat dirinya kacau. Di saat seperti ini, dia membutuhkan sosok Juneidi yang mempunyai pemikiran, sikap, sifat yang lebih dewasa darinya untuk menceritakan masalahnya dan untuk menenangkan dirinya dalam menghadapi masalah kehidupan yang dia miliki.
"Hiks ... hiks ... hiks ... andaikan Nyak Babe orang yang baik, hiks ... hiks ... hiks ... semua ini pasti tidak akan terjadi hiks ... hiks ... hiks ..., Ya Allah apa yang aku harus aku lakukan? Hiks ... hiks ... hiks ... aku merasa tidak mampu menghadapi semua masalah yang menimpa pada diriku hiks ... hiks ... hiks ....," gumam Sarah bermonolog di dalam tangisannya.
Tangan kanannya Sarah memegang pilar penyanggah yang terbuat dari baja ringan. Tangan kirinya Sarah memegang erat pagar jembatan. Sarah naik ke atas pagar dengan menggunakan tenaga kedua tangannya. Tangan kanannya masih memegang erat pilar jembatan. Sarah masih ragu untuk melakukan bunuh diri. Tiba - tiba kakinya Sarah dipeluk sama seseorang. Sarah menoleh ke orang itu.
"Hiks ... hiks ... hiks ... ngapain kamu peluk kakiku hiks ... hiks ... hiks ...!?" ucap Sarah.
"Sar, elu jangan bunuh diri dong! Nanti siapa yang bantuin gw ngerjain tugas kuliah? Elu sahabat yang sangat berharga bagi gw," ucap sahabatnya Sarah yang bernama Zarkasih alias Njar.
"Hiks ... hiks ... hiks ... aku mohon lepaskan kakiku hiks ... hiks ... hiks ...!"
"Tidak!" pekik Zarkasih.
"Eh elu pada lagi ngapain?" ucap Maimunah, sahabat Sarah yang satunya lagi.
"Sarah mau bunuh diri Munah."
"Macam pula kau Sarah! Kau kenapa? Kau rugi kalau bunuh diri! Apa untungnya bagi kau?!" ucap Meira alias Mei sahabat Sarah yang satunya lagi.
"Ya Allah, elu kenapa sayangku?" ucap Maimunah sendu sambil berjalan menghampiri Sarah dan Zarkasih.
"Hiks ... hiks ... hiks ... aku sudah lelah menjalani hidup ini hiks ... hiks ... hiks ...."
"Sayang, elu jangan pergi ninggalin kita dong," ucap Maimunah sedih.
"Sarah, aku minta kamu berpikir jernih. Kau percuma bunuh diri karena itu bukan menyelesaikan semua masalah kau. Sebaiknya kau berbagi cerita sama kita - kita orang," ucap Mei.
"Hiks ... hiks ... hiks ... aku selalu merepotkan kalian hiks ... hiks ... hiks ... aku sudah nggak kuat lagi hiks ... hiks ... hiks ...."
"Sayang, elu tidak pernah merepotkan kita kok. Gw mohon elu jangan lakukan itu."
"Gw cinta elu Sarah, jadi jangan bunuh diri dong," ucap Zarkasih yang mengagetkan Maimunah, Sarah dan Meira.
"Macam pula kau bah!" ucap Mei.
"Eh elu jangan asal ngejeplak Njar," ucap Maimunah.
"Yah elu pada kaga tahu strategi untuk mengecoh kan orang yang sedang frustrasi."
"Maksud elu apa?" tanya Maimunah.
"Hey Maimunah yang pinternya keblinger, gw ngomong seperti itu untuk mengecohkan si Sarah agar dia kaga jadi bunuh diri."
"Eh, tapi kaga usah pakai segala kalimat menyatakan cinta juga kali," celetuk Maimunah.
"Emangnya nape? Elu mau gw melakukan itu ke elu karena elu suka ame gw?"
"Idih amit - amit jabang bayi gw suka sama elu."
"Kenapa pula kalian ribut? Malu dilihati orang banyak. Bukannya narik tubuhnya si Sarah, malah cekcok."
"Sarah kamu kenapa?" ucap Juneidi yang tiba - tiba datang menghampiri mereka.
Sarah tidak menjawabnya, dia hanya menangis sesenggukan. Juneidi menepuk pundak kirinya Zarkasih sehingga Zarkasih menoleh ke Juneidi. Juneidi menggelengkan kepalanya untuk memberikan kode ke Zakarsih. Tapi Zarkasih tidak mengerti maksud dari kode itu. Zarkasih mengerutkan keningnya karena bingung.
"Nape?" tanya Zarkasih.
"Njar lepasi kakinya Sarah," ucap Juneidi serius.
"Kalau gw lepas, nanti dia loncat."
"Aku yakin dia tidak akan melakukan itu."
"Hiks ... hiks ... hiks ... kamu ngapain ke sini hiks ... hiks ... hiks ...?"
"Aku mau ngomong sama kamu, turunlah my shiny girl," ucap Juneidi lembut yang membuat orang - orang terkejut.
"Hiks ... hiks ... hiks ... tolong lepasin kakiku Njar hiks ... hiks ... hiks ...."
"Tapi elu jangan loncat ya," ucap Zarkasih khawatir.
"Iya."
Tak lama kemudian, Zarkasih melepaskan kakinya Sarah, lalu mundur beberapa langkah. Sarah melepaskan tangannya dari penyanggah jembatan, lalu langsung loncat ke belakang. Sarah membalikkan badannya menghadap para sahabatnya sambil menangis sesenggukan. Sarah meluruhkan tubuhnya ke jalanan jembatan. Sarah duduk ngedeprok, lalu menundukkan kepalanya.
"Mohon maaf, yang sedang menonton harap bubar ya, kami ingin membicarakan hal yang sangat pribadi," ucap Juneidi serius dan tegas.
Tak lama kemudian, orang - orang yang sedang melihat kejadian aksi mau bunuh diri Sarah bubar. Juneidi melangkahkan kakinya ke hadapan Sarah. Melepaskan jaket kulitnya, lalu menutupi bagian kaki Sarah yang terbuka dengan jaketnya. Juneidi duduk bersila di depan Sarah. Maimunah, Meira dan Zarkasih melihat mereka dengan tatapan bingung.
"Munah, biasanya kalau seperti ini, mereka ingin berduaan. Tapi pan si Juned mau kawin, masa dia mau berduaan ame si Sarah?"
"Kayaknya iye, mereka mau berduaan. Ape kita tinggal aje mereka berdua?"
"Macam pula kalian berdua! Kalau kita tinggali mereka berdua bisa terjadi fitnah," celetuk Mei.
"Iye bener, ya udeh kite di sini aje dech," ucap Maimunah.
"Kita kayak kambing conge dong," celetuk Zarkasih.
"Dari pada nanti ada gosip yang nggak - nggak, lebih baik kite di mari," ucap Maimunah serius.
"Aku pinta kalian di sini aja, kita selesaikan masalah Sarah," ucap Juneidi.
"Nah kalau gitu mantap dah," celetuk Maimunah sambil berjalan menghampiri Sarah dan Juneidi.
"Kau ada masalah apa?" tanya Mei sambil berjalan menghampiri Sarah.
"Tolong diceritain dah Sar," ucap Zarkasih sambil jongkok di samping kirinya Juneidi.
Sarah menoleh ke para sahabatnya dengan tatapan sendu sambil menangis sesenggukan, "Hiks ... hiks ... hiks ... tadi setelah sholat subuh, Babe nyariin duitnya. Nah, pas Babe nyari duitnya, Mariana menemukan duitnya Babe di laci meja belajarku. Hiks ... hiks ... hiks .... aku bingung kenapa duit Babe ada di meja belajarku. Mariana menuduhku mencuri uang itu, padahal aku tidak mencurinya. Aku bilang ke Babe bahwa aku tidak mencurinya tapi Babe tidak percaya dan dia marah - marah sampai menamparku hiks ... hiks ... hiks ... "
Pasti ada yang sengaja menaruh uangnya Babe Rojali di dalam laci meja belajarnya Sarah.
Batin Zarkasih.
"Kok sekarang Babe Rojali jadi galak ame elu sich? Biasanya yang suka mukul elu pan Nyak Rogaya dan si Markonah yang sering isengi elu," ucap Maimunah bingung.
"Hiks ... hiks ... hiks ... aku juga nggak tahu hiks ... hiks ... hiks .... apa mungkin aku anak pungut ya?"
"Bukan, elu kakaknya Marimar," samber Zarkasih.
"Marimar pala lo!" celetuk Maimunah.
"Kamu harus lebih sabar lagi," ucap Juneidi lembut supaya bisa menenangkan hatinya Sarah.
"Jangan - jangan yang naro uangnya Babe Rojali si Markonah," ucap Mei serius.
"Bisa jadi, pan dia sering isengi Sarah," celetuk Maimunah.
"Mana mungkin Marimarku berbuat seperti itu," ucap Zarkasih.
"Pretttt," ucap Maimunah.
"Kalian berdua jangan berburuk sangka dulu," ucap Juneidi.
"Yah payah elu berdua, pan si Markonah sering isengi Sarah, bisa pan si Markonah berbuat seperti itu, masa Sarah yang mencurinya? Itu tidak mungkin," ucap Maimunah serius.
"Kalau gitu kita selidiki aja dulu, apakah benar si Markonah yang suka ngumpati barang - barang di laci meja belajarnya Sarah," ucap Mei.
"Udah - udah kalian tidak usah seperti itu, sebaiknya kita menghibur Sarah aja," ucap Juneidi mengalihkan pembicaraan.
"Bagaimana kalau kite ngamen lagi?" ide Zarkasih.
"Iya benar, aku kangen suaranya Sarah," ucap Juneidi sambil berdiri.
"Ciyeee ... yang kangen sama suara merdunya Sarah," ledek Maimunah.
"Munah, elu kalau ngomong jangan asal dong! Nanti ada yang dengar, kalau ada yang dengar bisa berabe!" ucap Zarkasih.
"Hiks ... hiks ... hiks ... tapi aku nggak bisa ikut ngamen karena daganganku masih banyak hiks ... hiks ... hiks ...."
"Tenang aja Sar, pan ada gw, si Tuan tanah, gw beli semua dagangan elu," ucap Zarkasih berjumawa.
"Udah kamu jangan menangis lagi, jangan putus asa lagi, kamu harus lebih sabar dan lebih ikhlas lagi menerima takdirmu. Aku yakin Allah tidak akan memberikan masalah tanpa ada solusinya," ucap Juneidi lembut.
"Iya. Aku harus ikhlas menerimanya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments