Cowok Nyebelin

Sekitar pukul 07.00 Rara tiba di rumah dengan selamat, tapi rumahnya masih gelap, "Papa koq belum pulang juga??", gumam Rara dengan nada kecut.

"Trus aku bagaimana? mau masuk rumah, takut sendiri, mana Silvi udah jauh lagi, koq papa tidak ngabarin sih, Rara kan takut sendiri", bisik hati Rara.

Dengan terpaksa Rara mengeluarkan kunci rumah yang ia bawa dan membuka rumahnya, sesaat bulu kuduk Rara merinding melihat kegelapan rumahnya. Dengan sigap dia menyalakan lampu dan menutup pintunya.

Kringgg...kringgg....

"Oh papa udah hampir tiba, kalau begitu udah pa, hati-hati di jalan, takutnya papa tidak konsentrasi, Rara tutup telfonnya ya?!" ucap Rara menimpali papanya.

Rara beranjak ke dapur, mau nyari makanan. "Alhamdulillah, masih ada sisa nasi tadi pagi, trus lauknya juga masih ada.... waktunya makan", gumam Rara yang senang banget karena dia tidak usah repot-repot lagi untuk masak, karena mama udah nyiapin semuanya.

"Ternyata susah banget ya hidup tanpa mama dan papa, baru ditinggal beberapa jam saja perasaan sudah kayak setahun, ma...pa... Rara rindu banget" Ucap Rara, berbicara dengan dirinya sendiri.

Rara memang anak yang penakut, apalagi kalau dalam keadaan gelap. Kalau lagi mati lampu, biarpun papa dan mama di dekatnya, dia akan berteriak histeris saking takutnya. Tapi kali ini dengan terpaksa dia mencoba melawan rasa takutnya.

Tok tok tok!!!

"Assalamualaikum, Rara!!! Papa udah pulang nih, tolong buka pintunya!!", seru papa Rara dari balik pintu.

"Ooohh itu suara papa, Alhamdulillah papa udah pulang", gumam Rara sembari berlari kecil ke ruang tamu untuk membukakan pintu papanya.

"Loh mama sama dede' bayi mana pa?, koq papa sendirian?", tanya Rara pada papanya.

"Mama sama dede' bayi nginap di rumah nenek, nenek lagi sakit nak....", jawab papanya dengan lembut.

Rara adalah anak Sulung dari dua bersaudara, adiknya perempuan juga dan masih kecil, usia 7 bulan. Usia Rara dengan adiknya terpaut jauh. Rara adalah anak dari pak Solihin dan bu Najwa.

"Jadi, mama kapan pulangnya pa?", tanya Rara dengan serius pada papanya.

Pak Solihin berjalan menuju ruang tengah dan duduk di sofa tua yang ada di depan tv. Kelihatannya sangat capek. Sementara Rara mengunci pintu depan dan kemudian mengikuti papanya ke ruang tengah.

"Mama pulang kalau nenek sudah baikan, besok juga kalau nenek sudah baikan, mama akan pulang", pak Solihin menjawab pertanyaan anak kesayangannya yang tadi belum sempat dia jawab.

"Kalau nenek belum baik-baik saja besok atau seminggu kemudian pa, bagaimana?? apa mama tetap tinggal?," tanya Rara seolah tidak rela mamanya tinggal lama di rumah neneknya.

"Ya gitu deh kayaknya. Memangnya kenapa kalau mama masih lama pulangnya? Kamu marah? rindu yaa???", menatap wajah putrinya dengan nada menggoda sembari mencubit hidung mancung anaknya.

"Rara nggak marah pa, cuma.....", timpal Rara.

"Cuma apa anakku sayang?", tangkis papanya penasaran.

"Besok Rara disuruh kumpul fas Photo dan kartu keluarga, padahal kartu keluarga kan hilang pa, belum mama urus kembali", jawab Rara sambil menyalakan tv kecil yang ada di hadapannya.

"Oh gitu, kalau begitu mau tidak mau harus papa yang mengurusnya, biar besok papa ngga' jualan dulu dah", lanjut papanya dengan nada santai.

"Betul pa?! kalau begitu tidak ada masalah lagi, tapi papa harus ke sekolah dulu kasih info pada pak Iwan kalau bapak baru mau urus kartu keluarga yang hilang, soalnya kita diwajibkan ngumpulnya harus besok. Trus bagaimana dengan fas photonya pa?", tanya Rara serius.

"Itu sih gampang Ra, tinggal fhoto saja pakai handphone papa, trus besok papa tinggal cuci deh.... selesai kan!" timpal pak Solihin dengan santainya.

"Mantap papa, papa memang is the best", seru Rara sambil mengangkat jempol tangan kanannya ke arah papanya.

"Udah sana tidur, udah jam 9 nih, papa juga mau istirahat", ucap pak Solihin dengan wajah yang tampak kelelahan.

"Ok pa, tapi papa belum makan malam kan?", tangkis Rara.

"Sudah tadi anak papa, papa singgah di jalan karena sudah tidak tahan, lapar banget", sahut pak Solihin dengan senyuman manisnya, papa Rara memang manis, apalagi kalau tersenyum, ditambah lagi dengan lobang di kedua belah pipinya, menambah ketampanannya, demikian pula dengan istrinya yang cantik, putih dan lembut.

"Oke deh pa, Rara tidur dulu", ucap Rara dan kemudian mencium dahi papanya lalu berjalan ke kamarnya.

****

"Ra, bangun nak!!! Sudah jam 5.30 nih, sholat dulu!!!" Seru pak Solihin dari balik pintu kamar Rara.

"Iya pa, Rara sudah bangun dari tadi, sudah sholat juga!", jawab Rara dari dalam kamarnya.

Sehabis sholat subuh, Rara masih ingin bermalas-malasan di tempat tidur.

Sesaat kemudian Rara ke dapur untuk mempersiapkan sarapan paginya bersama papanya.

Alangkah kagetnya Rara ketika melihat di atas meja makan sudah ada nasi hangat dan lauknya.

"Papaku sayang, dikala mama tidak ada di rumah, dia bisa jadi mama buat aku", gumam Rara.

"Sarapan dulu sayang!!!", Seru papanya yang ternyata sudah ada di belakang Rara.

"Iya pa, makasih sudah disiapkan sarapannya, Rara sayang banget sama papa", ucap Rara dengan penuh kasih sayang.

Pak Solihin hanya mengangguk.

Setelah semuanya siap, merekapun naik ke motor, tapi ternyata motornya tidak bisa jalan, bannya kempes, kalau Rara ikut sama papanya, dia akan terlambat ke sekolah.

"Lebih baik Rara naik angkot saja sayang, sementara papa urusin motor ini dulu, takut kamu terlambat", ucap pak Solihin.

"Baik pa, siap!!!", jawab Rara spontan

Pak Solihin memberikan selembar uang 20 an kepada anaknya.

Setelah pamit, Rara berjalan sedikit menuju jalan raya yang tidak jauh dari rumahnya.

Rara menunggu angkot di pinggir jalan, dia tidak sadar kalau di depannya ada genangan air.

Lama menunggu, angkotnya belum muncul-muncul.

Brumm....brumm...

Tiba-tiba sebuah mobil mewah lewat di depannya, dan menginjak genangan air di depan Rara...

Sreettt....

Baju Rara jadi kotor dan basah kuyup terkena genangan air tadi.

"Upppsss....brengsek kamu!!! Jalan tuh hati-hati dong!!! Pakai mata!!!"

Tiba-tiba mobil mewah tadi berhenti tidak jauh dari posisi Rara berdiri tadi.

Seorang remaja tampan turun dari mobil itu dengan memakai seragam putih abu-abu dan kacamata hitam. Laki-laki itu berjalan dengan gayanya yang angkuh mendekati Rara.

"Kamu bilang apa tadi? Pakai mata? memangnya kamu fikir aku ngga punya mata?", Ucap si cowok tampan dengan nada keras.

"Ya emang, masa' air sebanyak itu kamu ngga' lihat? dari jauh juga pasti sudah kelihatan!!", tangkis Rara tidak mau kalah.

"Trus, bagaimana dengan kamu? Koq kamu berdirinya di tempat yang banyak airnya? Apa kamu tidak lihat? atau kamu sengaja ya mau ngejebak aku, atau.... kamu mau berenang di genangan itu?", timpal si tampan dengan menunjuk genangan air itu.

"Ehhh jangan asal ngomong ya, miskin-miskin gini, saya juga punya harga diri!", tangkis Rara lagi.

"Lalu mau kamu apa sekarang?, cepat ngomong, ntar aku terlambat!", tanya si cowok ganteng dengan nada cemas.

"Pokoknya aku harus nyampai ke sekolah sebelum bell masuk, tapi bajuku kotor", jawab Rara sambil nangis seperti anak kecil.

Melihat tingkah Rara, si cowok ganteng lalu membuka baju seragamnya, lalu diberikannya pada Rara. Yang tertinggal di badannya sekarang sisa singletnya.

Rara bingung dengan apa yang dilakukan cowok ini.

Rara menolak.

"Trus mau kamu apa? Nih bajuku bisa kau pakai, kebetulan tidak ada papan namanya, trus masalah lambangnya siapa tahu sama dengan lambangmu, coba lihat!!!", perintah si cowok ganteng.

"Eh iya, ternyata sama, ngga ada masalah lagi kan?, kamu ganti baju di atas mobil sana! ntar aku yang jagain, lagian juga kaca mobilnya riben jadi kamu ngga bakal kelihatan dari luar", perintah si ganteng.

Tanpa berfikir panjang, Rara mengikuti perintah cowok ganteng itu.

"Tapi ingat!! Kamu jangan ngintip, kalau kamu ngintip, aku akan teriak dan semua orang akan memukulmu!", ancam Rara sambil berjalan ke mobil si ganteng.

Setelah selesai mengenakan bajunya, Rara turun dari mobil.

"Tidak usah turun!, kita ke sekolah barengan aja!", ucap si cowok ganteng.

"Tapi, kamu cuma Makai singlet, masa' ke sekolah pakai singlet?!", tangkis Rara tidak percaya.

"Itu sih bukan masalah, sini baju kotor kamu, biar aku yang pakai!", lanjut si tampan.

"Iiih...jangan...bajuku bau, nanti kamu muntah", ucap Rara tersipu malu.

"Mana bisa aku muntah dengan bau gadis secantik kamu. Oh ya, nama kamu siapa?", timpal si tampan ingin tahu.

"Rara....", jawab Rara dengan singkat.

"Nama yang cocok buat gadis secantik kamu, namaku Syahril, panggil aja Ril", ucap Syahril dengan mengulurkan tangannya pada Rara sebagai salam perkenalan.

Uluran tangan perkenalan disambut Rara dengan tersipu malu.

Mobil melaju dengan kencang, suasana hening dalam perjalanan, keduanya hanya diam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!