"Assalamualaikum anak-anak!" Ibu Thania tiba-tiba muncul di depan pintu kelas dengan pakaian kekinya, sosok ibu guru yang menjadi idola banyak siswa, selain cantik, dia juga baik hati, tidak pernah marah dan ramah pada semua anak-anak. Berjalan masuk kelas dan berdiri di depan kelas dengan senyum khasnya yang sangat menarik dengan rambut panjang terikat, dan pakaian extra ketat menambah indah penampilan sang ibu guru.
"Waalaikumsalam ibu!!" Jawab seisi ruangan dengan serempak. Semuanya saling memandangi satu sama lain, ada apa gerangan ibu cantik ini masuk ke kelas?
Ibu Thania memulai ucapannya dengan terlebih dahulu menunjuk ke arah bangku si Lina yang lagi kosong,"Lho koq ada bangku yang kosong? Penghuninya kemana?", berjalan menuju bangku kosong di samping Eni.
"Ada yang tahu kenapa dengan pemilik bangku ini?", lanjutnya dengan memandang sekeliling mencari jawaban atas pertanyaannya.
"Anu ibu... ", Silvi menjawab dengan suara agak terbata-bata, seperti orang yang lagi ketakutan, padahal sebenarnya suaranya seperti itu karena pengaruh batuk yang sudah seminggu ini mengganggunya.
"Anu, anu apa sayang? kamu tahu?, koq sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu?!", tanya ibu Thania dengan lembut.
"Yang duduk disitu itu Lina ibu, tadi dia nelfon katanya dia lagi tidak enak badan, jadi hari ini tidak masuk sekolah ibu!", jawab Silvi dengan sigapnya karena takut dicurigai oleh ibu gurunya.
Menghela nafas panjang, "Ooh gitu, terus surat resminya mana? di meja koq tidak ada surat?", lanjut ibu Thania meminta jawaban dari Silvi.
"Katanya tidak ada yang bisa antar suratnya ke sekolah ibu, soalnya dia sekarang cuma berdua dengan ibunya, dan ibunya tidak mau ninggalin anaknya sendiri dalam keadaan sakit, Lina juga tidak punya tetangga yang sekolah dekat sini ibu", jawab Silvi menatap wajah ibu gurunya dengan serius.
"Nah ini pelajaran buat kita semua ya anak-anak, lain kali kalau kalian berhalangan, entah itu sakit atau izin, harus ada surat ke sekolah, yang ditandatangani oleh orang tua atau wali kalian, okay?!!", ibu Thania menjelaskan dengan sedikit berwibawa tapi tetap lembut, itulah yang membuat anak-anak banyak yang senang padanya.
"Iya ibu guru!!!", sahut semua siswa-siswi di ruangan itu. Ruang kelas yang kelihatan sangat indah dengan tembok berwarna putih campur biru, lantai keramik berwarna putih dan bersih, dengan bangku dan meja yang tertata rapih, menambah indah suasana ruangan itu.
"Ibu mau menginfokan kalau bapak guru kalian tidak bisa hadir hari ini, jadi ibu yang menggantikan untuk sementara. Silahkan dikeluarkan buku cetak bahasa Inggris kalian. Sudah sampai halaman berapa?", tanya ibu Thania sambil terus saja membuka buku cetak yang berada di atas meja guru.
"Halaman 12 ibu!", Rara menjawab pertanyaan ibu Thania.
Membuka buku cetak bahasa Inggris halaman 12, "Oh ya, sekarang percakapan ya?! Ibu minta salah satu dari kalian membaca teks bacaan ini, ibu mau dengar. Ada yang bisa?...", tanya bu Thania dengan mata melirik kiri dan kanan, mencari siapa yang bisa melakukan tugas yang ia berikan.
"Saya ibu guru!!", Rara mengangkat tangannya memberi isyarat bahwa dia bisa membaca teks yang ibu Thania perintahkan.
"Silahkan sayang!", bu Thania mengangkat tangan kanannya memberi isyarat agar Rara segera membaca teks yang ia perintahkan.
Rara membacanya dengan mudah, seperti layaknya orang barat, bahasanya tidak kaku. Rara memang termasuk anak yang pandai dan juga cantik, kelebihannya itu membuat salah satu geng di kelasnya menjadi iri.
"Very good, thankyou baby.... what's your name?", terlihat puas dengan usaha maksimal yang dilakukan Rara.
"Thank you my beautiful teacher, my name is Rara", jawab Rara penuh semangat.
"Setelah kalian mendengar teks tadi, apa kalian bisa menyimpulkan isi dari teks tersebut? Silahkan kalian jawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah teks ini, halaman 12, ibu kasih waktu 10 menit untuk menjawabnya, setelah itu dikumpul tugasnya sama Rara, ibu keluar sebentar, di kantor ada yang cari ibu, penting katanya, okay selamat bekerja anak-anakku, sebentar ibu kembali lagi ya?!" ibu Thania meninggalkan ruang kelas dengan suara hentakan sepatunya yang berwarna coklat.
"Iya ibu!!!", semuanya menjawab dengan serempak.
Suasana kelas hening sesaat setelah ibu Thania meninggalkan ruang kelas 10 itu, semuanya sibuk menjawab tugas yang diberikan ibu Thania tadi.
"Minta dong jawaban nomer dua Ra'..., susah banget", Tono mendekati Rara dan penuh harap agar Rara memberikan jawabannya, dan juga dibalik itu, Tono juga punya maksud lain, mau menggoda si gadis cantik dan juga pintar itu
Rara menatap ke atas, tepat ke wajah Tono yang amat dekat darinya, "Iiiihh ... cari tahu sana sendiri, lagian aku juga belum jawab koq soal nomer dua, sana! sana! jangan dekat-dekat, panas tau!!!!", tangan Rara mendorong Tono sekuat tenaga, tapi tidak bisa, Tono terlalu kuat menahan badannya.
"Pergi kamu ya, entar aku kasih tahu ibu baru tau rasa kamu", mencoba mendorong Tono untuk yang kesekian kalinya, kali ini malah kebalik, Tono memegang tangannya, lalu menariknya dan jatuh dipelukan Tono. Seketika dada Rara berdetak hebat ketika jatuh dipelukan Tono, tidak bisa dipungkiri Tono adalah cowok tertampan di kelasnya yang sudah lama mengejar Rara.
"Apaan sih kamu Tono, lepaskan!! Lepaskan!! Nanti aku teriak nih, aku hitung sampai 3 ya.... satu..... dua......ti.....", sampai keucapan 'ti...' itu, Tono belum juga melepaskan pelukannya, malah tangan kanannya membelai rambut Rara dan menciumnya.
Seisi kelas hanya bisa menonton semua pertunjukan gratis itu, kecuali si Jalil yang mulai panas melihat perlakuan Tono ke Rara, "Lepaskan Rara bangsat!!!" seketika bangun dari duduknya dan berlari kecil menuju ke tempat Rara dan Tono berdiri.
"Mau apa kamu? sok pahlawan? atau....kamu cemburu melihat kemesraan kami?", melepaskan pelukannya dan berkacak pinggang menghadap ke Jalil.
"Aku cuman tidak suka melihat temanku digituin sama orang, apalagi yang melakukannya teman kelasku sendiri. Ingat Tono, kamu punya adik perempuan, bagaimana perasaanmu jika adik perempuanmu digituin sama orang? Apa tidak sakit? bangsat kamu!!!", memandang tajam wajah Tono yang badannya setinggi dengannya.
"Mau sok pahlawan kamu? aku tahu kamu juga naksir kan sama Rara, tapi kamu tidak berani mengutarakannya, Cemen kamu!!!", Tono menarik kerah baju Jalil dan mendorongnya keras-keras.
"Sudah...sudah..., kalian jangan kayak anak kecil, kembali sana ke bangku kalian masing-masing, awas kalau ibu Thania datang, aku laporin!!!", ancam Silvi dengan suara lantang.
"Kamu juga perempuan, diam kamu, jangan ikut-ikutan, ntar kujewer kuping kamu!!!", ancam Tono tapi dibarengi dengan tertawa cekikikan, tandanya dia hanya mengancam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Pila
Bagus, paling bagus buat anak muda
2022-06-12
1