Sore itu Petra mendapatkan kunjungan dari teman kampusnya,Brian.Ia bermaksud untuk membicarakan tugas kuliah yang akan dikerjakan bersama.Mereka berbincang-bincang di ruang tamu dan kebetulan Miranda baru saja pulang dari belanja di supermarket dekat rumah bersama seorang asisten rumah tangga.Melihat paras oriental Brian membuat dunianya teralihkan sejenak.Dia menatap kagum pada si pemilik wajah nan rupawan di hadapannya.Setelah sadar ia langsung menuju dapur untuk menaruh barang belanjaan yang di bawanya sambil sesekali melirik Brian yang masih asyik mengobrol dengan Petra.Kemudian ia menyuguhkan jus buah dan camilan kepada Petra dan Brian sebagai teman mengobrol.
"Silahkan dicicipi makanannya!"ucap Miranda tanpa melihat ke arah Brian.
"Makasih Kak,baik banget.Oya Brian,kenalin ini Kakak aku namanya Miranda!"ucap Petra mengenalkan.
"Kak,ini sahabatku Brian yang sering temenin aku di kampus."terang Petra.
"Brian."ucap Brian memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
"Miranda."ucap Miranda sambil menjabat tangan Brian.
Cukup lama berjabat tangan akhirnya mereka berdua melepaskan tangan masing-masing.
"Ya sudah,kalian lanjut saja ya,aku tinggal dulu!"pamit Miranda malu-malu sambil beranjak pergi.
"Itu sungguh kakakmu Petra?"tanya Brian ragu.
"Iyalah,apa perlu tes DNA biar kamu yakin?"canda Petra.
"Bukannya dia primadona kampus ya!"ucap Brian.
"Tak tahu lah.Oya tapi jangan bilang-bilang ya kalau dia kakakku soalnya kami lagi sandiwara jadi sepasang kekasih di kampus.Entah apa tujuannya aku hanya ikut dia saja!"seru Petra pada Brian.
"Oke."jawabnya singkat.
Mereka pun kembali dengan materi mata kuliah yang sempat di bahas sebelumnya.Sepulangnya Brian dari rumahnya,Miranda menyerbu sang adik dengan banyak pertanyaan tentang Brian.
"Brian teman sekelas kamu Petra?" tanyanya.
"Iya,kenapa?naksir ya?"goda Petra.
"Tampan ya!pasti sudah punya pacar!"ungkap Miranda.
"Belum,dia itu seperti aku lagi kejar nilai ujian yang terbaik,jadi belum kepikiran punya pacar!"tegas Petra.
"Ouwh..begitu."jawab Miranda.
Kemudian ia beranjak pergi meninggalkan Petra di kamarnya.
Pertama kali melihat Brian membuat hati Miranda berdetak kencang.Ingin mengenal tetapi malu dibuatnya.Untung Petra sangat peka,tanpa di minta langsung memperkenalkan Brian dengannya.Perkenalan itu sungguh berkesan bagi Miranda juga bagi Brian.Semenjak saat itu mereka jadi sering bertemu di kampus atau saat Brian berkunjung ke rumah dengan alasan menemui Petra.Waktu itu Miranda harus menunggu Petra lagi karena Miranda pulang lebih awal.Ia memutuskan menunggu Petra di samping kelas Petra.Tak sedikit mahasiswa yang mencoba mendekatinya saat ia tengah menunggu adiknya selesai mata kuliah.Tetapi ia tak menghiraukan mereka dengan mengalihkannya membaca buku yang dipegangnya.Saat tengah asyik membaca,seorang pria dari fakultas lain mendekati dan memaksanya untuk berkenalan.Miranda mencoba menolak namun ia bertindak kasar padanya.Brian yang kebetulan kembali dari toilet dan akan masuk ke dalam kelas,melihat kejadian itu segera menolong Miranda yang mulai merasa ketakutan dan dengan segera berlindung di belakang tubuh kekar Brian.Brian mencoba mengusir pria tersebut dan usahanya berhasil.
"Kenapa belum pulang?"tanya Brian pada Miranda.
"Aku menunggu Petra."jawabnya.
"Kenapa tak mengajak teman Kalau memang perlu teman?"tanyanya sekali lagi.
"Mereka semua sudah pulang."jawab Miranda masih dengan sedikit ketakutan.
"Lain kali,jangan sendiri kalau mau menunggu.Sebaiknya kamu tunggu di depan kelas saja lebih aman karena bisa terlihat dari dalam kelas."sarannya.
"Iya,terima kasih sudah mau bantu aku dan maaf sudah merepotkan."ucap Miranda.
"Iya sama-sama,aku senang bisa bantu kamu."jawabnya.
Tanpa terasa jam kuliah Petra selesai dan Brian masih setia menunggu Miranda hingga sang adik menyelesaikan mata kuliahnya.Melihat mereka membuat Petra bertanya-tanya.
"Dari mana kamu sampai jam kuliah selesai tidak masuk kelas lagi?"tanya Petra pada Brian.
"Kebetulan waktu aku mau masuk aku melihat Miranda di paksa seseorang jadi aku bantu dia."jelas Brian.
"Memang apa yang dilakukannya?"tanya Petra pada Miranda.
"ehm,itu,dia mau minta kenalan,tapi aku tak meresponnya,lalu ia memaksaku hingga tanganku di tarik-tarik!"terang Miranda gugup.
"Mulai besok suruh Pak Wayan sopir kita jemput Kakak saja daripada Kakak harus tunggu aku pulang dan hal ini terjadi lagi!"ucap Petra dengan geram.
"Aku tidak mau,aku mau pulang sama kamu!"ucap Miranda dengan air mata yang sudah di ujung mata.
"Atau begini saja,kalau Petra pulang telat kamu minta jemput saja sama sopir jadi kalau pas sama jam pulangnya kalian bisa barengan!"ucap Brian memberi ide.
"Oke deh,lain kali begitu saja atau kalau tidak minta temenin teman-teman Kakak saja buat temenin sampe aku pulang mungkin paling lama cuma 30 menit!"ujar Petra.
Miranda hanya menganggukan kepala tanda mengerti atas ucapan adiknya.Setelahnya Petra mengajak sang Kakak pulang ke rumah.Dalam perjalanan Miranda lebih banyak diam tidak seperti biasanya.Sesampainya di rumah Miranda langsung masuk ke dalam kamar dengan Petra yang mengikutinya sampai ke kamarnya.
"Apa perlu kita pakai jasa bodyguard buat Kakak?"tawar Petra.
"Tak usah lah,aku tak mau ruang gerakku terbatas."tolaknya.
"Ya sudah,Kakak istirahat dulu,besok biar ku cari orangnya!"seru Petra.
"Jangan,biarkan saja.Toh Brian udah memperingatkannya kok!"cegahnya.
"Wah,telat nih aku mau jadi pahlawan!"goda Petra.
"Sempat-sempatnya kamu godain Kakak!"ujarnya kesal.
"Ya maaf,pacaran saja sama Brian biar aman!"godanya lagi.
"Bodoh ah,malas tanggapi kamu!"balasnya.
Setelah puas mengerjai kakaknya,Petra beranjak pergi dari kamar kakaknya berpindah ke kamarnya sendiri.
Di dalam kamar ia tersenyum sendiri mengingat wajah kakaknya yang tersipu malu saat ia membicarakan tentang Brian.Sepertinya Kakaknya mulai menyukai temannya itu,entah bagaimana dengan perasaan Brian pada Kakaknya.Hari itu Miranda mengurung diri di kamar bahkan untuk makan pun ia ingin makanannya di antar ke kamar oleh pelayan.Sepertinya ia masih trauma dengan kejadian di kampus.Meski wajahnya tak lagi murung tetapi dia masih enggan keluar kamar.
Keesokan paginya Miranda dan Petra sudah sama-sama bersiap pergi ke kampus.Saat tengah sarapan,Petra mencoba bicara pada Miranda.
"Kakak yakin mau pergi ke kampus?"tanya Petra.
"Iya,mudah-mudahan saja aku tak bertemu dia lagi!"harap Miranda.
"Apa perlu aku pindah fakultas saja dengan Kakak biar aku bisa menjaga Kakak?"tawar Petra.
"Tak perlu lah,aku mungkin harus lebih kuat lagi agar tak diremehkan."yakin Miranda.
"Okelah,lain kali kalau mau menunggu bisa masuk kelasku saja,nanti aku minta ijin dosen."sarannya.
"Boleh juga idenya,sekalian aku bisa belajar sama kamu."ucap Miranda penuh semangat.
Petra hanya tersenyum mendengar ucapan kakaknya.Ia tahu sebenarnya yang membuat semangat kakaknya adalah bisa bertemu Brian saat menunggunya pulang.Tapi hari ini mereka memiliki jam kelas yang sama jadi kemungkinan mereka jam pulangnya pun bersama.Seperti biasa,sesampainya dikampus mereka masuk ke kelas masing-masing.Baru saja sampai depan kelas miranda di berondong pertanyaan dari Kelima sahabatnya.
"Mir,kamu tak apa-apa?"tanya Sasi.
"Iya,katanya ada yang ganggu kamu ya kemarin pas jam kelas usai?"tambah Putri.
"Kurang ajar banget itu orang!"seru David geram.
"Iya,selesai kelas kita cari saja tuh orang!"ajak Ferdi.
"Sudah tak usah,sudah beres juga kok!"cegah Miranda.
"Mulai hari ini biar aku temenin kamu sampai pulang!"ucap Verlan tiba-tiba.
"Tak usah nanti ngerepotin."tolaknya halus.
"Kalau begitu kita temenin rame-rame saja!"ajak Sasi.
"Iya,mending begitu saja."seru David setuju.
"Iya,terserah kalian saja."jawab Miranda pasrah.
Karena hari itu Petra pulang lebih awal jadi Miranda tidak perlu menunggunya lebih dulu.Mereka segera pulang ke rumah karena masing-masing memiliki tugas kuliah yang harus diserahkan esok harinya.
Sampai di rumah mereka langsung mengurung diri di kamar masing-masing untuk menyelesaikan tugas dari dosen.Hanya saat makan siang dan makan malam mereka baru keluar kamar tapi setelah menyelesaikan makannya mereka kembali lagi ke kamar masing-masing.Paginya mereka akan kembali ke kampus untuk menyerahkan tugas dan setelah menyelesaikan kuliah mereka bisa pulang bersama.
Hari demi hari mereka disibukkan dengan tugas yang menumpuk.Rasa lelah tak sempat dirasakan agar tugas segera terselesaikan.Kini saat ujian pun telah tiba,Miranda dan Petra memutuskan untuk belajar bersama saling bertukar pikiran dan saling melontarkan pendapat mereka.Dengan begini semua menjadi terasa lebih mudah karena mereka bisa mencari jalan tengah untuk pendapat masing-masing.Menjelang ujian semester ini perubahan Miranda terlihat pesat,dari awalnya dia sangat malas menjadi rajin,juga semakin fokus dalam menjalani kuliahnya.Nadia sang ibu menjadi senang melihat perubahan Miranda.
Semenjak sering belajar bersama Petra,Miranda jadi ikut rajin seperti Petra.Bahkan nilai Miranda cukup tinggi untuk mata kuliahnya.Ayahnya pun semakin terobsesi untuk menjadikan Miranda dan Petra menjadi penerus bisnisnya.Usianya yang tak lagi muda membuatnya cepat lelah jika harus bepergian ke luar kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments