Bab 3

Tak terasa kehamilan Yura sudah menginjak tujuh bulan, perutnya kini sudah terlihat membesar. Meskipun begitu entah mengapa penampilan Yura sekarang membuat Revan tambah gemas saja. Yura semakin terlihat sangat lucu dan menggemaskan di mata Revan. Membuatnya selalu ingin bersamanya.

Karena perutnya yang semakin membesar membuat Yura agak kesusahan dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. Untuk itu Revan sebagai suami siaga sekarang dia banyak meluangkan waktunya dan lebih sering bekerja di rumah, agar bisa sambil menjaga istrinya.

Beberapa bulan ini yura merasa hilang kontak bersama keluarganya terutama papanya. Yura tidak peduli yang lainnya, Yura hanya ingat papanya saja. Kenapa papanya sekarang tidak pernah memberikan kabar untuk Yura. Biasanya walaupun sangat jarang Hendra selalu menanyakan kabarnya. Namun sejak kehamilannya Hendra sama sekali tidak pernah menghubungi Yura.

Hari itu Yura ingin mencoba menghubungi papanya, dia tidak ingin di cap sebagai anak yang sudah melupakan papa nya sendiri. Yura pun gegas mengambil ponselnya dan menghubungi papanya.

Saat ini Hendra sedang berada di kantornya, dia berusaha memulihkan perusahaannya walau belum maksimal. Beberapa bulan ini Hendra sangat sibuk dia hanya fokus kepada perusahaanya. Dia bahkan jarang pulang ke rumah dan sering tidur di kantornya. Entahlah Hendra merasa sangat kecewa kepada anak dan istrinya, dan untuk Yura Hendra merasa terluka karenanya, Hendra merasa sangat malu padanya hingga rasa penyesalan begitu membuncah di dadanya. Bagaimana dia tidak pernah memperhatikannya dan memberinya kasih sayang.

Dia terlalu sibuk dengan pekerjaanya dan jika pulang hanya istri nya lah yang selalu dia rindukan. Bahkan perkembangannya saja dia tidak tau. Yang dia dengar setiap harinya hanyalah tentang Kiara. Bagaimana anak itu sangat pintar dan juga lucu, hingga saat usianya semakin besar semakin besar pula kebanggaan yang Hendra rasakan untuk Kiara. Hanya Kiara tidak ada Yura.

Bahkan cerita tentang Yura tidak pernah ia dengar, Sandra berkata Yura baik-baik saja kabar itu sudah lebih dari cukup untuk Hendra. Hendra benar-benar telah gagal menjadi seorang ayah, dia ayah yag tidak berguna untuk putrinya. Putri kecilnya yang malang, bahkan sejak lahir dia sudah kehilangan ibunya dan saat tumbuh besar pun sebagai ayah dia tidak bisa menjaga dan melindunginya.

"Aku benar-benar ayah yang jahat " gumam Hendra dalam lamunannya saat sedang mengingat putri kecilnya Yura, hingga tak terasa cairan hangat itu meleleh di wajahnya yang sudah tak terlihat muda lagi karena di makan usia.

Lamunannya buyar saat terdengar bunyi telepon dari ponselnya. Dan Hendra pun terkejut saat dia melihat ternyata Yura yang menelepon. Putri kecilnya yang baru saja dia pikirkan dan rindukan.

Hendra langsung mengambil ponselnya meskipun sempat ragu untuk mengangkat telepon dari Yura. Namun kerinduan pada putrinya tak bisa ia elakan, ia sangat merindukan putrinya. Ingin memeluk putrinya dan mengucapkan beribu-ribu maaf padanya.

"Ha-hallo Yura " ucap Hendra, dia akhirnya memutuskan untuk mengangkat telpon dari Yura.

"Hallo pah " Suara lembut anaknya terdengar di sebrang sana.

"Yura, gimana kabar kamu nak " tanya Hendra dengan nada sedih

"Kabar Yura baik pah, kok papa ga pernah nelpon Yura ? papa marah sama Yura ya ?" tanya Yura sedih. Revan sudah menceritakan semuanya pada Yura tentang dana perusahaan yang Revan tarik dari perusahaan papa nya Yura. Awalnya Yura tidak setuju dia kasihan dengan papanya, namun Revan meyakinkan jika Revan hanya memberikan sedikit pelajaran saja pada ibu dan saudara tirinya agar meruntuhkan kesombongan mereka. Akhirnya Yura terpaksa menyetujuinya karena Yura juga sangat kesal kepada ibu dan saudara tirinya itu. Walau itu semua juga berimbas kepada papa nya.

"Pah, Yura kangen sama papa, Yura pengen ketemu sama papa " ucapnya sambil menangis entah kenapa Yura merasa tiba-tiba sedih saat mendengar suara papanya. Hendra pun tak kalah sedih air matanya sudah tak bisa ia bendung lagi . Kini ayah dan anak itu sedang menangis menahan segala kerinduan yang ada dalam hati mereka.

"Papa juga sangat merindukanmu nak " ucap Hendra bersedih hingga tangisan Hendra terdengar oleh Yura. Hatinya merasa sakit, Tuhan Yura merasa sangat bersalah kepada papanya. Pasti papanya mengalami kesusahan beberapa bulan ini. Dan ia sebagai anak hanya diam saja dan tidak melakukan apa-apa. Yura merasa benar-benar merasa menjadi anak yang sangat jahat kepadanya.

Yura sudah tidak tahan lagi dan menutup teleponnya, dia menangis dengan tersedu hatinya sangat sakit saat ini. Revan baru keluar dari tempat ganti bajunya karena ada rapat mendadak yang tidak bisa ia tinggalkan saat ini.Revan terkejut melihat istrinya terduduk di lantai ,ia sangat khawatir melihat istrinya sedang menangis dengan sangat sedih. Revan pun langsung menghampirinya dan langsung memeluknya . Revan khawatir Yura merasa sakit di perutnya, karena kini Yura selalu merasa ada kontraksi palsu.

"Sayang kamu kenapa, kenapa kamu menangis ?" tanya Revan khawatir melihat istrinya terduduk di lantai sambil menangis.

"Papa ....?" ucap Yura di sela tangisnya.

"Papamu kenapa sayang ?" tanya Revan sambil membelai lembut kepala Yura .

"Yura kangen papa, boleh kan Yura ketemu papa ?" tanya Yura sambil memeluk Revan dengan tangan mungilnya yang melingkar di tubuh Revan. Mendengar itu Revan mengerti perasaan Yura , Revan tidak pernah melarang Yura bertemu dengan papanya. Revan juga selalu memantau papanya Yura dari jauh. Revan tau akhir-akhir ini Hendra tengah sibuk dengan perusahaanya . Mendengar istrinya menangis seperti ini hatinya menjadi ikut sakit.

"Tentu saja boleh, tapi jangan sekarang ya, aku hari ini ada rapat penting yang tidak bisa aku tinggalkan " Revan mencoba membujuk Yura, namun Yura menolak dan tetap ingin bertemu dengan papanya.

"Yura bisa di antar supir kan ?" ucap Yura

"Tidak aku khawatir jika kamu pergi sendiri Yura, kamu sedang hamil aku takut terjadi sesuatu di luar, di saat kamu jauh dari penjagaanku aku tidak bisa membayangkannya " ucap Revan sambil membelai lembut pipi Yura dan menghapus air matanya. Namun mendengar Revan berkata seperti itu tangis Yura semakin pecah saja. Hingga Revan pun terpaksa mengijinkannya dengan berat hati.

"Yura mau ajak kak Bira ya, biar ada yang nemenin Yura " ucap Yura dan Revan pun setuju.

"Hubungi aku selalu ya sayang, aku merasa tidak tenang jika kamu pergi sendiri " ucap Revan, entah kenapa perasannya merasa tidak enak. Dia tidak nyaman dengan hatinya saat ini, apa keputusannya sudah tepat dengan mengijinkan Yura pergi tanpa pengawasannya.

Semoga ini buka apa-apa, semoga ini hanya rasa khawatirnya saja yang berlebih kepada Yura. "Tuhan, lindungi istri dan anakku saat mereka jauh dari pengawasanku. Revan memeluk Yura dengan saat erat.

Terpopuler

Comments

Atik Marwati

Atik Marwati

firasat apa itu...

2023-08-05

0

Rohani Rudi

Rohani Rudi

Yura hatimu selembut kapas..

2022-06-07

0

Euis Nina

Euis Nina

tenang aja A revan yura kn anak yg kuat ny kuat apalagi dia sedang hamil pastilah bkl jaga diri baik baik , ,

2022-06-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!