"Hai sayangku...pagi!" sapa Adeeva riang sebagaimana biasa.
Desi hanya tersenyum tipis tanggapi sapaan Adeeva. Desi si kalem cocok jadi partner kerja Adeeva yang sedikit lebih macho. Sifat kontras sifat dua makhluk paling indah ciptaan Tuhan.
"Sarapannya pasti lezat ya! Udara mendung kamu kok ceria!" Desi menyahut kalem.
"Wuih...sarapan ceplok telur mata kadal! Bergizi habis..." balas Adeeva dibarengi tawa lepas.
Desi masem-masem terbiasa ulah lucu Adeeva. Adeeva adalah pegawai termuda di divisi mereka. Orangnya lucu selalu menghidupkan suasana serius di divisi mereka. Rasa penat terhapus bila Adeeva sudah bercanda.
Apa tanggapan rekan sekerja kalau tahu anak gadis yang lucu itu telah jadi isteri orang di urutan enam. Ibarat setangkai bunga cantik ditanam di tumpukkan kotoran kerbau. Tumbuh subur tapi tetap bau tak sedap.
"Teh...apa rancangan kita tentang sistem baru diterima?" Adeeva menyimpan tasnya di dalam laci meja kerja lantas buka komputer mencari tugas yang sedang digeluti.
"Kita hanya merancang. Yang punya nama ya para manager. Mereka yang akan presentasi ke bos besar. Kudengar bos pusat akan datang pantau rancangan baru ini. Katanya untuk perbaiki seluruh sistem perusahaan termasuk di pusat."
"Oh...kita hanya semai benih, orang lain yang panen!"
"Kita juga yang cangkul tanah agar gembur sebelum ditanam. Capeknya di kita, yang punya nama petinggi. Teteh kadang kasihan lihat kamu! Mau saja dibodohi! Kerja rangkap-rangkap."
"Demi masa depan Teh! Yang penting kita digaji!"
"Teteh sebel pada Celine yang selalu berbuat seolah setiap data yang keluar dari divisi kita hasil pemikiran dia. Padahal otaknya bekas otak keledai daur ulang."
Adeeva cekikan dengar perumpamaan sadis Desi pada manager pemasaran mereka. Orangnya lumayan cantik berkat pisau operasi dan dempul sekotak alat make up. Gayanya selangit bak bidadari sewa kuda kencana turun dari langit. Pokoknya menyebalkan.
"Yang sabar teh! Orang sabar kekasihnya Tuhan." Adeeva bangkit dari kursinya merangkul Desi dari belakang. Adeeva mau mereka bekerja dengan hati lapang pikirkan gaji setiap bulan. Persetan dengan sistem cari muka. Banyak muka toh tak bisa dipakai. Satu saja susah rawat apalagi banyak.
Beli sunscreen, bedak, belum lagi toner dan sabun pembersih wajah. Pusing kalau diingat kebutuhan wanita. Enakan jadi cowok, nggak ribet merawat diri.
"Hei... pagi-pagi pamer kemesraan! Kalian ini pasangan lesbi ya!" seru Imron rekan satu divisi.
"Kami lagi bahas mahar nikah! Teh Desi minta satu kapal pesiar dan rumah di Hollywood. Aku cuma sanggup ngasih kapal-kapalan. Eh teteh nolak ya batal deh! Kang Imron aja deh gantiin Eva lamar teteh!"
"Dasar anak kecil...nggak sopan sama orang tua! Bini akang mau di bawa ke mana? Kamu kasih makan anak bini akang? Orang pelit sejagat raya mau ngasih makan anak bini akang. Keburu metong." Imron menyentik jidat Adeeva diakhiri jeritan kecil Adeeva. Gadis ini meraba jidatnya menggosoknya pelan.
"Kdrt akut...harus dilaporkan ke PBB..." ancam Adeeva menyoroti Imron dengan tatapan kejam.
"Lapor saja! Paling dipikir ada anak gila sedang kumat. Eh.. sudah kau pelajari skema dari akang?"
"Aduh kang! Baru saja kelar bangun sistem baru perusahaan kok akang ngasih PR lagi! Lihat biji mata Eva..ijo semua! Tiga hari tiga malam belum bobok!" Adeeva pasang wajah memelas minta dikasihani.
"Perasaan matamu makin cemerlang. Tak ada lingkaran mata panda..." Imron perhatikan wajah Adeeva dari dekat cari kebohongan di mata itu. Imron memuji maha karya Tuhan yang sempurna. Wajah Adeeva putih bersih tanpa noda. Siapa yang beruntung mencuri hati cewek cantik ini.
"Ini pakai konselir tutupi bayangan gelap mata!" sahut Adeeva tak menyadari kecantikannya membiuskan para cowok.
"Ya ampun adikku...kamu ini malu-maluin sebagai cewek! Bukan konselir tapi concealer. Akang yang cowok aja ngerti! Masa lhu cewek ngak ngerti bedak make up! Jangan-jangan lhu ini cowok menyamar cewek!" Imron makin gemas pada keluguan Adeeva.
"Abah pasti ngamuk bila tahu hasil karyanya diragukan! Apa akang tak lihat tonjolan ini?" Adeeva busungkan dada perlihatkan dadanya yang membukit. Imron menggeleng tak habis pikir ada cewek tak kenal kata malu.
"Idih nih bocah! Malu tuh! Jaga sikap!" Desi mengomeli Adeeva yang cuek bebek diganggu Imron.
"Habis kang Imron meragukan aku ini cewek! Ntar jatuh cinta ma gue baru nyaho! Oh dewa amor! Panah hati kang Imron jatuh cinta pada gue! Jamin kutolak!" Adeeva berkata dengan setelan tinggi.
"Kacau habis nih bocah! Dikasih makan apa nih bocah? Ayok kerja sebelum disate pak Judika!" Imron towel kepala Adeeva untuk kembali ke mejanya. Bercanda terus kapan bertugas.
"Nama doang keren! Suara kayak kaleng rombeng!" gerutu Adeeva ingat kepala divisi mereka yang sok ganteng.
"Siapa rombengan?" ntah dari mana muncul seorang pria berpenampilan necis dengan pakaian resmi seorang pemimpin. Rambut dipotong cepak kayak tentara baru lulus pendidikan. Dari segi wajah bolehlah dapat nilai tujuh.
"Lagu baru pak! Lagu top kekinian!" sahut Adeeva asalan. Lebih baik menyahut sekedar ketimbang bosnya curiga lagi omongin dia.
"Oh...Oya Imron! Skema baru sudah kau serahkan pada Eva?"
"Sudah pak! Tanya langsung tuh orang! Katanya sudah tiga hari tiga malam lembur. Matanya sudah hitam semua!" Imron melirik Adeeva yang pura-pura tak dengar obrolan Imron dan bosnya.
Katanya tugasnya sebagai database administrator tapi kini menjalar ke sistem dan security. Kebangetan nih kantor. Mentang dia anak baru seenak dengkul main perintah.
"Adeeva...kau tidak mampu kembangkan skema Imron?"
"Nggak pak! Tidak mampu.. otakku lagi demam. Lagi istirahat mikir! Toh itu bukan bidangku! Aku ini hanya seorang pegawai kecil. Otak pas-pasan." Adeeva merendah diri masa bodoh dengan perkembangan skema.
"Imron...tampaknya kau harus kembangkan sendiri! Pegawai sekarang suka membangkang." ujar Judika melirik Adeeva dengan jengkel. Mereka bertiga tahu kemampuan Adeeva melebihi mereka tapi anak itu malasnya minta ampun kalau disuruh kerjakan bukan bidangnya.
"Iya...uang lembur satu juta bisa buat beli Snack." Imron mengedipkan mata pada Judika memancing Adeeva dengan kata uang.
Kuping Adeeva terbuka dengar uang satu juta. Lumayan buat nampak uang sewa rumah bulan ini. Satu malam bisa hasilkan uang sejuta sungguh luar binasa.
"Satu juta ya! Kayaknya tidak sulit...kita cuma perlu perluaskan jaringan komunikasi." kata Adeeva malu-malu kucing.
"Dengar duit langsung bisa! Dasar matre..!" Judika menggeram lihat betapa songong pegawai satu ini.
"Ntah kenapa dengar duit otakku terbuka! Duit dulu baru skema."
"Kau tak percaya padaku?"
"Percaya...berhubung Eva lagi kedatangan tamu bulanan jadi sensitif dengan duit. Satu juta bisa beli skema dalam satu jam! Mau coba?"
Judika menggeleng tak sangka masih ada orang matre gitu. Orang pasti mengira Adeeva anak orang kurang mampu tak bisa dengar kata uang. Demi uang dia bersedia lakukan hal luar biasa. Adeeva tak pernah cerita kalau dia lagi kumpul duit buat lanjutkan kuliah. Berhubung abahnya tidak setuju terpaksa banting tulang cari duit sendiri.
"Nih duitnya! Kerjakan dan serahkan besok pagi!" Judika terpaksa rogoh kocek untuk dapat perkembangan skema yang sedang digarap Imron. Mereka hanya buat ide, selanjutnya Adeeva yang merancang hingga tuntas.
Adeeva menerima uang dari Judika tanpa malu-malu. Sepuluh lembar uang warna merah itu dikipas-kipaskan ke udara untuk rasakan bau uang. Benda paling kotor tapi paling jadi perburuan setiap manusia.
Adeeva mengeluarkan satu map plastik lalu serahkan pada Judika sambil cengar-cengir.
Judika menatap map di tangan penuh tanda tanya. Map apa pula dikasih pagi ini. Bukankah dokumen sistem baru sudah diserahkan kemarin?
"Apa ini?" tanya Judika heran.
"Perkembangan rancangan kang Imron!" sahut Adeeva santai.
"Adeeva.... kau mau dipecat? Beraninya kau terima uangku!" bentak Judika ingin sekali letakkan tangan di leher jenjang Adeeva. Mencekiknya lalu banting-banting biar patah.
"Aduh pak! Ini termasuk lembur cuma lemburnya tadi malam. Sama saja kapan lemburnya. Penting sudah siap." Adeeva menyimpan uang ke dalam tas tanpa merasa bersalah pada bosnya. Sah-sah dia terima uang itu karena memang itu bukan tugasnya. Hanya cari uang sampingan untuk menyambung hidup.
Judika tidak bisa berkata apa-apa punya bawahan pintar tapi songong. Judika membawa map-nya ajak Imron diskusi hasil kerja Adeeva.
Adeeva masa bodoh dengan apa yang akan dilakukan Judika dengan Imron. Dia telah mendapat upah yang pantas untuk hasil bergadang semalaman.
Desi tertawa geli melihat akal bulus Adeeva meraup keuntungan dari pada bos mereka. Si pelit Adeeva mana mau melewatkan kesempatan emas ini mendapat uang lebih banyak. Itu sudah menjadi keberuntungan Adeeva memiliki otak yang encer.
Judika dan Imron tak hati-hati memuji kebrilianan otak Adeeva. Tugas yang diberikan oleh Imron telah diselesaikan dengan baik oleh gadis konyol itu. Namun Judika sengaja tidak memuji Adeeva biar gadis itu tidak besar kepala. Biarlah adeeva mengira masih banyak kekurangan sehingga dia akan berusaha menjadi yang lebih baik.
Keempat orang ini kembali tenggelam dalam tugas masing-masing. Keheningan melanda divisi yang paling ramping ini. Hanya sekali-kali terdengar ******* nafas Adeeva sesaat menemukan kesulitan dalam pekerjaan.
Tiba-tiba masuk seorang lelaki berkacamata ke tempat Judika. Adeeva hanya melirik sekilas lalu kembali menekuni pekerjaannya. Paling kepala divisi mereka dipanggil oleh atasan untuk tugas baru. Atasan selalu mengharap adanya inovasi baru dari divisi mereka. Mereka berempat hanya bekerja di belakang layar sedang yang mendapat pujian mereka yang berada di garda depan.
"Pak Judika dipanggil bos dari pusat." lapor si kacamata jelas di dengar semuanya.
"Memang ada apa?"
"Presentasi nona Celine kacau balau karena dia tidak paham materi. Bos jadi marah minta perancang asli maju jadi jubir."
Adeeva tak dapat tahan tawa mendengar Celine kena batunya. Ada beberapa part memang sengaja Adeeva kunci biar Celine tak bisa melanjutkan ke inti rancangan. Celine selalu jual nama kalau dia yang keras keras hasilkan karya bagus padahal hanya cuap-cuap hasil jerih payah orang.
Tawa Adeeva mengundang perhatian Judika. Kenapa Adeeva tampak gembira dengan kegagalan presentasi Celine. Rencana nakal apa dilakukan Adeeva menyandung Celine hingga tersungkur.
"Adeeva...yang sopan!" ujar Judika memarahi Adeeva.
Adeeva mendekap mulut lupa telah luapkan rasa gembira berlebihan."Sori...ada cerita lucu! Ada burung gagak nyaris metong ketelan biji kedondong."
Desi dan Imron ingin ikut ketawa takut dosa. Ada saja ulah Adeeva balas atasan nakal peras bawahan. Kali ini Adeeva bikin perangkap agar Celine terbuka topengnya.
"Perancangnya memang divisi kami tapi pak direktur tak ijinkan kami tampil. Harus nona Celine permaisuri direktur jadi primadona." sahut Desi yang memang sudah gedek pada Celine. Berulang kali wanita dipuji setinggi langit berkat hasil karya Desi dkk.
"Direktur apa lagi? Bos besar dari pusat datang langsung. Ayok cepat ke ruang rapat! Siapa yang akan presentasi?" si kacamata mulai tak sabaran hadapi divisi paling konyol ini.
"Kang Imron saja..." usul Adeeva.
"Aku cuma baca dokumen kemarin. Tidak kudalami." Imron menolak takut kena jebakan Batman Adeeva.
"Nah yang paling tepat bos kita pak Judika tidak pakai Sihotang." usul Desi juga tak berani maju. Dia juga tidak dalami hasil pemikiran Adeeva.
Giliran Judika blingsatan. Jangankan baca! Lihat kop atas saja dia tidak lakukan. Dari tangan Adeeva langsung ke manager pemasaran.
"Begini saja! Adeeva yang maju! Ini hasil pemikiranmu. Kesempatan emas naik pangkat nona cantik!" Judika kembangkan senyum termanis agar Adeeva luluh oleh pesona atasan ganteng.
"Sekarang nona cantik, besok nona songong! Ogah...ntar kecantikanku luntur dipelototi puluhan pasang mata. Bedak aku bakal luntur. Beli mahal luntur kan sayang!"
"Berapa bedakmu? Biar kuganti. Dasar vampire fulus!"
"Mahal lho! Seratus rebo!"
Kantong Judika akan tergerus selembar duit warna merah lagi. Punya karyawan alih strategi model Adeeva pasti akan bikin atasan pindah tinggal di gubuk reyot. Duit habis buat bayar nombokan.
"Gitu dong! Ok...ayok come on pak Siput!" Adeeva bangkit tenteng laptop tipis produk kekinian.
Si kacamata melotot marah dipanggil Siput oleh Adeeva.
"Adeeva...namaku Supit. Bukan siput..."
"Oh...lupa...sori pak Supit! Jangan merengut hilang gantengnya!" gombal Adeeva menaikkan harga Supit yang baru terhempas.
Judika menarik nafas lega terhindar dari mara bahaya kena semprot gas beracun dari bos pusat. Mengapa bos mendadak datang padahal setahun bos pusat tidak datang ke kantor mereka. Bos pusat terkenal kejam dan dingin. Katanya pernah tinggal di Rusia jadi anak buah Vladimir Putin.
Adeeva dan Supit lalui lorong-lorong dan naik lift ke lantai delapan tempat ruang rapat berada. Adeeva pede saja karena memang menguasai materi. Cewek ini bersyukur telah beri pelajaran berharga pada Celine. Suka main embat jasa orang. Pas pula yang datang bos pusat.
Semoga ke depan divisi mereka dapat perhatian dari kantor pusat. Tidak dijadikan anak tiri padahal yang banting tulang adalah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
mungkin s hakim bos y
2023-03-15
1
玫瑰
Suka dengan watak Adeeva..ceria dan pandai strategi
2022-09-28
1
♡Ñùř♡
apa mungkin bos nya adeeva itu suami nya sendiri 🤔
adeeva emang👍👍
2022-07-14
3