Bekerja

Tuti meminta pembantu cowok itu membantu bereskan rumah Adeeva. Memang sudah bersih tapi yang namanya pengantin baru mesti lebih bonafide. Tuti ambil bagian kamar sedang si cowok ambil kerja sebelah dapur dan kamar mandi.

Adeeva ongkang-ongkang kaki biarkan kedua pembantu lakukan tugas mereka. Kebetulan Adeeva lagi malas bergerak dikarenakan busana yang tidak leluasa beraktifitas. Yang paling enak tentu saja rebahan di kasur empuk bermimpi pangeran tampak menunggang kuda putih menyambut Adeeva. Mereka menunggang kuda berlari sepanjang hamparan pasir putih diselingi suara deburan ombak. Romantisnya sampai ke tulang sumsum.

Adeeva tersenyum sendiri membayangkan bahagianya berkuda dengan pangeran pujaan hati. Bukan dengan laki bangkotan bau tanah. Herannya orang mesum kayak gitu kok panjang umur? Maunya umurnya dipangkas biar tak menambah polusi udara. Rambut kali dipangkas.

"Nona Adeeva..." suara Tuti membuyar lamunan pangeran tampan dari negeri ntah berantah.

Mata Adeeva yang indah berkejab-kejab hadirkan bintang dalam kolam mata itu. Tuti terpesona oleh keindahan mata Adeeva. Mengapa mata seindah gini harus disembunyikan oleh kacamata jelek.

"Ya ampun Adeeva...! Matamu indah sekali! Mirip mata orang India... bulat bening!" puji Tuti berkesan pada mata Adeeva.

"Oh gitu ya! Aku ini rabun jauh dekat maka pakai kacamata tebal." sahut Adeeva asal bunyi. Emang ada rabun jauh dekat?

"Oh...sayang sekali ya! Mata seindah ini ada penyakitnya. Oya...aku mau bilang kerja kami sudah beres! Adeeva ada perintah lain?"

"Emang aku ratu kejam main perintah? Tidak ada kerja lain. Cuma kuharap ada air minum. Aku ini kuat minum."

"Oh ada dong! Sudah beres semua!" sahut Tuti tersenyum manis perlihatkan gigi gisul nan lucu.

"Mana temanmu? Susah kabur?"

"Lah Adeeva nampak ada orang lain. Katanya rabun..."

"Mataku rabun tapi kuping aku belum ikutan rabun. Emang kuping aku tak dengar ada suara cowok? Mana orangnya?"

"Oh..kirain nona Adeeva nampak! Namanya Kiano..."

"Wah nama keren! Hebat juga pembantu sini. Nama aja mirip nama anak bintang sinetron. Panggil sini!"

"Sebenarnya namanya Wakno, biar keren ganti Kiano..." ujar Tuti sambil ketawa cekikan. Nakal juga si Tuti buka rahasia Kiano. Amblas deh harga jual Kiano.

"No...sini!" seru Tuti praktek gaya tarzan kota. Memanggil orang pakai suara sambar gledek.

"Iya..." Kiano ntah muncul dari mana. Dengar suara Tuti langsung hadir.

Kedua Art berdiri sejajar di depan Adeeva. Kiano alias Wakno mirip orang kampung umumnya. Lugu berkesan sederhana. Pakaian juga ala kadar asal bersih.

Citra manggut setuju keduanya jadi bagian divisinya. Lugu tidak neko-neko. Cocok dengan selera Adeeva.

"Kalian mau jadi pengikut aku?"

"Mau dong! Adeeva tidak cerewet macam nyonya lain. Apa Adeeva butuh kami berdua?" tanya Tuti berharap Adeeva angguk.

"Apa kalian sanggup jaga kebersihan rumah ini dan jaga semua rahasia majikan kalian?" Adeeva edarkan mata di wajah Tuti dan Kiano silih berganti.

"Sumpah setia...kami harus jaga majikan kami walau harus korban jiwa dan raga!" sahut Tuti lebay bikin Adeeva tersedak. Emang jaman perang pakai korban jiwa raga. Hanya jaga mulut itu cukup.

"Bagus...pertama kalian tak boleh sebar berita apapun tentang aku! Orang tanya mengenai aku jawabnya nggak tahu. Gimana aku dan tampang aku hanya rahasia kita bertiga! Bisa nggak?"

"Ya bisa dong! Kerja di sini bisa santai. Adeeva orang tidak nyinyiran maka Tuti suka. Eh No...kau bisa nggak? Jangan ntar disogok rokok langsung kelepasan kentut." Tuti menyenggol Wakno yang paham-paham nggak.

"Maksud nona kami tak boleh kasih berita apapun tentang nona termasuk semua kegiatan nona di sini?"

Adeeva acung jempol memuji Wakno berhasil rekam permintaanya di otak. Adeeva sudah takut Wakno ini telmi alias telat mikir.

"Gitu deh! Termasuk majikan laki kalian! Bilang saja nona kalian kerjanya hanya makan tidur serta main hp. Orangnya jorok, muka jerawatan, pemalas, malas mandi dan bau."

Tuti dan Kiano melongo bodoh tak ngerti apa tujuan Adeeva karang seabrek keburukan di depan majikan laki. Itu sih minta ditendang pinalti ke luar gerbang utama.

"Nona.. bukankah itu merugikan nona! Tuan Hakim bisa tidak muncul di rumah kita ini!"

"Itu lebih bagus..." senyum licik bergantung di sudut bibir Adeeva. Makin buruk dia makin besar kesempatan terbebas dari pernikahan konyol ini.

Tuti dan Kiano menggaruk kepala mereka yang tak gatal. Nyonya lain berlomba tampil secantik mungkin di hadapan tuan besar mereka biar disayang. Ini malah ceburkan diri ke Empang kotor.

"Baiklah kalau itu mau Nona.." lirih Kiano masih bingung tapi mengangguk. Lebih baik patuh dengan majikan nyentrik mereka ketimbang di plonco oleh nyonya lain. Adeeva tampaknya baik dan lucu. Tidak arogan kayak nyonya lain.

"Ok.. berhubung kalian sudah janji maka aku lega. Ingat kalian sudah janji setia padaku! Ingkar janji bakal disambar geledek!"

"Janji Adeeva! Sekarang apa tugas kita?"

"Apa ya? Nggak ada deh! Kalian benahi saja pot-pot bunga di halaman depan! Nanti aku bawa tanaman baru biar rumah kita makin asri."

"Nona tidak perintah kita nyapu sekali lagi? Ngelap rak sepatu? Lihat apa ada semut di setiap sudut rumah?" tanya Kiano lugu.

"Aku masih waras kok! Ngapain suruh kalian buang tenaga sia-sia. Emang majikan kalian dulu gitu? Dasar edan..."

Kiano manggut dengan muka sedih. Adeeva tertawa geli tak paham pola hidup orang kaya. Saking banyak duit gaji orang kerja hanya untuk kerjakan hal sepele.

"Tidak usah...kalian kerjakan apa yang kalian rasa perlu! Kita santai saja di gubuk derita kita. Eh makan malam kita gimana? Kita masak sendiri?"

"Mau masak boleh...mau minta di rumah utama juga boleh. Biasa nyonya lain masak sendiri. Sebulan sekali makan bareng di rumah utama. Adeeva bisa masak?"

"Bisa dong Tut! Kita masak seluruh isi kulkas."

"Kulkas kita kosong! Apa kuambil di rumah Adeeva yang pink itu?"

"Ambillah! Kiano kawani Tuti biar cepat! Kamu cowok harus lindungi cewek!"

"Iya non!"

Tuti dan Kiano segera laksanakan perintah Adeeva. Kalau dipikir-pikir kehidupan sini mirip sekali dengan kehidupan di kerajaan masa lampau. Seperti cerita di dalam film-film kuno yang mengisahkan para raja mengoleksi puluhan selir. Setiap selir dilayani puluhan dayang dan Kasim. Apa Kiano harus dikebiri ikuti aturan kisah kerajaan.

Adeeva pusing lihat masih ada kehidupan jaman kuno di abad moderen ini. Tapi peduli amat lagi Adeeva. Yang penting dia harus cari cara melepaskan diri dari sangkar emas ini.

Adeeva masuk ke kamar membongkar koper untuk mencari pakaian yang layak untuk dipakai. Adeeva memilih kaos oblong warna putih dan celana ponggol warna hitam. Celananya lumayan ketat mencetak bentuk tubuh Adeeva yang indah. Dari atas sampai ke bawah tidak ada nampak lemak bergumpal di tubuh yang semampai itu. Jelas kali adeeva adalah seorang cewek penggemar olahraga.

Adeeva dikejutkan oleh teriakan khas Tuti. Adeeva mulai terbiasa berada di sisi pembantu lugunya. Mereka hanyalah orang kelas bawah butuh pemasukkan untuk menunjang pengeluaran biaya hidup.

Adeeva segera keluar kamar menemui kedua dayangnya. Kini Adeeva masuk dalam jajaran selir kerajaan Dilangit yang kekayaannya tak habis dimakan tujuh kali tujuh turunan.

Tuti dan Kiano terpaku melihat satu sosok wanita cantik bak bidadari turun dari kahyangan nomplok ke bumi. Dari ujung rambut hingga ujung kaki Adeeva menarik. Mengapa nona mereka menutup diri hingga tampak mengerikan dalam pakaian tertutup.

"Adeeva?" tanya Tuti belum percaya itu majikan mereka. Sungguh beda dalam bayangannya. Katanya jerawatan tapi faktanya pipi itu kinclong sampai lalat pun tergelincir bila nemplok di situ.

"Wei...kalian sudah janji tidak macam-macam! Ini aku...ayo masuk! Tutup pintu agar nyamuk tak bisa intip rumah kita!"

"Oh..." Tuti dan Kiano masuk turuti saran majikan mereka.

Adeeva sangat tinggi sehingga Tuti dan Kiano tampak mungil berada di sisi Adeeva. Kiano yang cowok saja tidak dapat menandingi tinggi Adeeva. Kiano sedikit dibawa Adeeva. Mungkin pendek kisaran lima senti.

Adeeva memimpin di dapur memasak menu sesuai selera. Aneka jenis lauk dan sayuran tersusun di meja menanti Adeeva menamai mereka dengan nama sesuai jenis masakan. Adeeva berpikir sejenak masakan apa yang harus masuk ke kualinya kali ini. Gini-gini Adeeva pernah kerja di restoran fast food sewaktu kuliah di kota singa alias Singapura. Kenallah dikit cara masak koki restoran walau bukan chef profesional. Asal enak di mulut sudah boleh.

"Udang asam manis, tumis baby kaylan, dan sop jagung. Ok..tiga menu cukup untuk kita! Ayo gerak! Kiano susun sisa makanan ke kulkas dan Tuti bantu di dapur. Kita pesta sebagai penyambutan pengantin baru."

Tuti dan Kiano terbawa oleh keceriaan Adeeva. Baru kali ini mereka jumpa majikan baru model Adeeva. Lucu dan periang. Tidak sombong lagi. Aman deh hidup mereka jadi ajudan Adeeva.

Tuti tak habis pikir orang secantik Adeeva berdandan kayak orang kampung belum pernah ke kota. Mengapa Adeeva tidak suka dengar majikan laki mereka datang di sekitarnya. Apa Adeeva tidak suka jadi isteri pak Hakim yang kaya raya? Semua gadis bermimpi jadi isteri orang kaya itu. Jadi selir ke sepuluh juga tak jadi soal asal masuk daftar wanita Hakim.

"Tut...banyak melamun jauh jodoh! Ayok cepat bergerak!" Adeeva mencolek hidung Tuti pakai ujung jagung.

Kumis halus jagung ikut membelai hidung pesek Tuti hingga gadis muda itu geli. Tuti menggosok hidungnya sampai merah gara-gara keisengan Adeeva.

"Digosok terus ntar hilang hidungnya baru tahu rasa."

"Kamu sangat cantik mengapa sembunyi di balik cadar? Orang bisa salah sangka kamu sembunyikan wajah jelek!"

Adeeva tertawa renyah dengar pertanyaan Tuti. Memang itu harapannya menggalang opini dia gadis payah. Makin dijauhi makin bawa berkah.

"Aku ini dasarnya jelek! Pakai make up biar tampak cantik! Pokoknya kalian sudah janji tidak buka rahasia aku! Ingat dosa lho!"

"Iya...heran aku! Nyonya lain berlomba caper di depan tuan. Yang baru malah sembunyi." omel Tuti tidak sejalan dengan pikiran Adeeva.

Adeeva tertawa terbahak-bahak geli dengar omelan Tuti. Tuti mungkin tidak ngerti mengapa Adeeva bisa berbuat sekonyol ini. Terangkan sedetailnya pada orang-orang lugu tak ada guna. Mereka mana paham arti kemerdekaan berkarya. Bagi mereka hidup dalam gelimang harta adalah jalan pintas menuju hidup makmur.

Begitu sepenggal kisah mengapa Adeeva mendapat gelar selir ke enam dari raja tambang setanah air. Semua ditambang untuk jadi duit. Isi perut bumi tanah air habis digasak pengusaha kaya yang hanya memikirkan keuntungan. Adeeva masa bodoh dengan pekerjaan suaminya. Mau mafia, raja tambang, tukang ledeng bahkan raja singa bukan urusan Adeeva. Adeeva tak mau tahu secuwilpun tentang suaminya. Syukur tak kenal wajahnya berkat kacamata pembawa berkah milik Oma Uyut. Adeeva bisa hidup tenang jauh dari keluarga.

Dua bulan berlalu.

Pagi mendung menaungi langit kota B tempat Adeeva berkarir. Udara yang sudah dingin bertambah dingin karena sebentar lagi hujan akan menguasai kota.

Adeeva cepat-cepat habiskan sarapan paginya berupa roti tawar diolesi selai srikaya. Adeeva pergi kerja gunakan motor matic yang cukup lama menjadi teman sejatinya. Bawa motor ke kantor lebih irit dan gampang lolos dari jebakan kemacetan. Pakai mobil mahal di bensin. Hidup di rantau orang harus hemat. Biar cepat terkumpul duit untuk lanjut kuliah.

Adeeva berpacu melawan tangis langit yang pasti dahsyat. Langit patah hati kali maka pasang lembaran wajah mendung. Parahnya kalau mewek curahkan air mata guyur seluruh kota.

Sedikit balapan akhirnya Adeeva menang. Tiba di kantor tempat dia kerja tanpa basah. Gadis ini parkir motor di tempat langganan dia di sudut kantor. Satpam kantor sudah hafal kebiasaan Adeeva parkir motor di tempat favorit.

Adeeva selalu jadi pemandangan indah bagi para pejantan kantor. Sikap Adeeva ceria full senyum memabukkan menjadi penyegar mata sumpek para cowok.

"Selamat pagi kang Eril!" sapa Adeeva pada satpam sebagai penyemangat satpam paro baya itu.

"Pagi neng geulis...wah segar amat!"

"Segar dong! Bunga baru dipetik dari kebun. Fresh..." gurau Adeeva sambil berlari kecil hindari rintikan langit yang mulai nangis.

Tawa satpam itu mengiringi langkah Adeeva masuk kantor. Gadis ini segera naik lift ke lantai enam tempat dia bertugas. Divisi Adeeva tidak ramai hanya diisi empat orang. Mereka bertugas menjaga security file kantor dan segala rahasianya. Semua pengeluaran dan pemasukkan kantor harus lalui divisi mereka barulah dibagi ke bagian masing-masing divisi lain lagi.

Di dalam lift sesak oleh pegawai yang ingin cepat duduk di bangku masing-masing. Apalagi cuaca tidak bersahabat. Yang telat datang pasti kena serpihan air hujan. Sengaja main hujan tidaklah mungkin. Malah dipikir masa kecil tidak bahagia. Kecil tidak main air hujan, sudah tua baru hujan-hujanan.

Adeeva melenggang santai ke meja kerjanya karena yakin tidak terlambat. Yang ada cuma Desi yang rumahnya dekat kantor. Sudah pasti dialah karyawan teladan selalu datang duluan.

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

mungkin jd bkin penasan suami nya krn sikap s eva

2023-03-15

1

lihat semua
Episodes
1 Mimpi buruk
2 Sah Jadi Tuan Tajir
3 Rumah Baru
4 Bekerja
5 Kena Skak Mental
6 Rahasia Adeeva
7 Adeeva Bersedih
8 Asisten Pribadi
9 Mutasi
10 Tugas Baru
11 Lawan Bos Tirani
12 Klub
13 Ban bocor
14 Mengenal Adeeva
15 Cari Kecurangan
16 Sport Ringan
17 Pembangkang
18 First Kiss
19 Tragedi Sosis
20 Menuntut Nikah
21 Dukun Sakti
22 Galau
23 Adeeva Terjebak
24 Menikah
25 Menikah
26 Jago Kandang
27 Suami Palsu
28 Cari Kebebasan
29 Pertolongan
30 Kembali
31 Maju Perang
32 Talak Idaman
33 Ancaman
34 Sogokan Ikan Bakar
35 Tidur Bareng
36 Pagi Heboh
37 Makin Dekat
38 Insiden Pagi
39 Pulang
40 Poni Liar
41 Jumpa Konco
42 Terciduk
43 Wanita Amanah
44 Kabur Lagi
45 Tuan Mabuk
46 Melawan
47 Kecelakaan
48 Ezra Buta
49 Urus Ikan Paus
50 Yang Mana Buta
51 Mulai Akting
52 Kumpulan Selir
53 Mulai Bergerak
54 Mengobrol
55 Terulang
56 Test Mental
57 Persaingan
58 Ngelindur
59 Pembasmi Hama
60 Drama Kecurangan
61 Liburan
62 Villa
63 Kumpulan Selir
64 Misi
65 Malam Pertama
66 Canggung
67 Rencana Talak
68 Dua Kuda
69 Kesempatan Datang
70 Di mana Adeeva
71 Kiamat Sonya
72 Ketahuan
73 Kehancuran
74 Kabur Jauh
75 Ketemu Calon
76 Pelajaran Berharga
77 Test Stamina
78 Main ke Peternakan
79 Ayah Penjahat
80 Penyesalan
81 Ikan Baru
82 Ke pesta
83 Ketahuan
84 Jumpa
85 Bantuan Akbar
86 Kabur Lebih Jauh
87 Rumah Eyang Supono
88 Eyang Bijak
89 Oma Sakit
90 Tawaran CEO
91 Sandiwara Untuk Oma
92 Limpahan Kekayaan
93 Bos Baru
94 Sapu Bersih
95 Rasa Iba
96 Menguak Masa Lalu
97 Berdua Lagi
98 Paus Sakit
99 Ikut Rapat
100 Pelajaran
101 Pemimpin Kecil
102 Nostalgia
103 Kecurangan
104 Ezra Sakit
105 Kabar Baik
106 Pembersihan
107 Ketegasan Ezra
108 Terbongkar Sedikit
109 Morning Sick
110 Pak Jul Kolaps
111 Bangkrut
112 Kaget
113 Aksi Ika
114 Cari Penyakit
115 Berdamai
116 Penculikan
117 Pendarahan
118 Selamat
119 Contoh Baik
120 Kuatir
121 Talak Dan Talak
122 Talak Sempurna
123 Kabar Baik
124 Dalang
125 Cari Kebenaran
126 Bongkar
127 Kuliti Rani
128 Incaran
129 Ancaman
130 Terciduk
131 Adaptasi
132 Rekrut Supono
133 Konflik lagi
134 Kabar Duka
135 Kuasai Istana
136 Mencoba Damai
137 Game Over
138 Trik Jahat
139 Kupas Desi
140 Penyesalan Ika
141 Kondusif
142 Tenteram
143 Adeeva Syok
144 Adeeva Sakit
145 Si Kembar
146 Petik Pelajaran
147 Nama Si Kembar
148 Pelita Ezra
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Mimpi buruk
2
Sah Jadi Tuan Tajir
3
Rumah Baru
4
Bekerja
5
Kena Skak Mental
6
Rahasia Adeeva
7
Adeeva Bersedih
8
Asisten Pribadi
9
Mutasi
10
Tugas Baru
11
Lawan Bos Tirani
12
Klub
13
Ban bocor
14
Mengenal Adeeva
15
Cari Kecurangan
16
Sport Ringan
17
Pembangkang
18
First Kiss
19
Tragedi Sosis
20
Menuntut Nikah
21
Dukun Sakti
22
Galau
23
Adeeva Terjebak
24
Menikah
25
Menikah
26
Jago Kandang
27
Suami Palsu
28
Cari Kebebasan
29
Pertolongan
30
Kembali
31
Maju Perang
32
Talak Idaman
33
Ancaman
34
Sogokan Ikan Bakar
35
Tidur Bareng
36
Pagi Heboh
37
Makin Dekat
38
Insiden Pagi
39
Pulang
40
Poni Liar
41
Jumpa Konco
42
Terciduk
43
Wanita Amanah
44
Kabur Lagi
45
Tuan Mabuk
46
Melawan
47
Kecelakaan
48
Ezra Buta
49
Urus Ikan Paus
50
Yang Mana Buta
51
Mulai Akting
52
Kumpulan Selir
53
Mulai Bergerak
54
Mengobrol
55
Terulang
56
Test Mental
57
Persaingan
58
Ngelindur
59
Pembasmi Hama
60
Drama Kecurangan
61
Liburan
62
Villa
63
Kumpulan Selir
64
Misi
65
Malam Pertama
66
Canggung
67
Rencana Talak
68
Dua Kuda
69
Kesempatan Datang
70
Di mana Adeeva
71
Kiamat Sonya
72
Ketahuan
73
Kehancuran
74
Kabur Jauh
75
Ketemu Calon
76
Pelajaran Berharga
77
Test Stamina
78
Main ke Peternakan
79
Ayah Penjahat
80
Penyesalan
81
Ikan Baru
82
Ke pesta
83
Ketahuan
84
Jumpa
85
Bantuan Akbar
86
Kabur Lebih Jauh
87
Rumah Eyang Supono
88
Eyang Bijak
89
Oma Sakit
90
Tawaran CEO
91
Sandiwara Untuk Oma
92
Limpahan Kekayaan
93
Bos Baru
94
Sapu Bersih
95
Rasa Iba
96
Menguak Masa Lalu
97
Berdua Lagi
98
Paus Sakit
99
Ikut Rapat
100
Pelajaran
101
Pemimpin Kecil
102
Nostalgia
103
Kecurangan
104
Ezra Sakit
105
Kabar Baik
106
Pembersihan
107
Ketegasan Ezra
108
Terbongkar Sedikit
109
Morning Sick
110
Pak Jul Kolaps
111
Bangkrut
112
Kaget
113
Aksi Ika
114
Cari Penyakit
115
Berdamai
116
Penculikan
117
Pendarahan
118
Selamat
119
Contoh Baik
120
Kuatir
121
Talak Dan Talak
122
Talak Sempurna
123
Kabar Baik
124
Dalang
125
Cari Kebenaran
126
Bongkar
127
Kuliti Rani
128
Incaran
129
Ancaman
130
Terciduk
131
Adaptasi
132
Rekrut Supono
133
Konflik lagi
134
Kabar Duka
135
Kuasai Istana
136
Mencoba Damai
137
Game Over
138
Trik Jahat
139
Kupas Desi
140
Penyesalan Ika
141
Kondusif
142
Tenteram
143
Adeeva Syok
144
Adeeva Sakit
145
Si Kembar
146
Petik Pelajaran
147
Nama Si Kembar
148
Pelita Ezra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!