Apel Merah Beracun

"Jangan-jangan ini ...."

Lindsey yang baru saja menyelesaikan tugas pertamanya di dunia dongeng, kembali terkejut karena sekarang ia berada di tengah hutan yang semua permukaannya diselimuti oleh salju.

"Aku rasa, tempat ini adalah dongeng Putri Salju." ucapnya, namun kurang begitu yakin.

Lindsey bingung untuk mencari jalan keluar, karena banyaknya salju yang membuat dirinya tak bisa membedakan warna di hutan ini. Semuanya benar-benar hanya berwarna putih.

Aaauuu!!

Tiba-tiba ada suara yang sangat familiar terdengar dari kejauhan.

"Lolongan serigala?"

Dengan kecepatan kilat, ia pun berlari untuk bersembunyi dari para serigala itu.

Aku tidak mau dimakan oleh serigala-serigala lapar itu. umpatnya lalu mencari tempat bersembunyi.

Ia memutuskan untuk sembunyi di balik pohon besar dan mengintip sedikit untuk memastikan. "Sepertinya, serigala itu sudah pergi. Huh syukurlah." Lindsey menghela napas lega.

Lindsey yang menyadari akan kepergian kawanan serigala itu pun segera pergi dari kawasan itu dan secepatnya untuk mencari jalan keluar.

Satu jam Lindsey berjalan menyusuri kawasan hutan, dan akhirnya ia berhasil menemukan satu jalan menuju pedesaan. Di sana ada banyak sekali kerumunan orang, antara penjual dan pembeli. Lindsey seperti orang asing di tempat itu, tapi bukan asing lagi, ia memang sama sekali tidak tahu di mana ia berada. Lindsey hanya bisa menebak-nebak di dunia penuh fantasi ini dengan takjub sekaligus heran.

Lindsey pun dengan cepat berjalan menjauh sambil melirik-lirik ke sembarang arah.

Ya, Lindsey saat ini tengah mencari keberadaan Putri salju. Ia sangat yakin kalau tugasnya di tempat ini adalah membantu Putri salju.

"Di mana sih istana Putri Salju itu? Aih ... aku sudah sangat lelah mencarinya," ucapnya monolog, sambil terus berjalan mencari.

Di penghujung jalan, Lindsey melihat sebuah istana besar nan megah. Tanpa pikir panjang, ia pun berlari ke arah istana itu. Tiba di istana, Lindsey melihat seorang pria sedang berbicara dengan seorang gadis cantik yang kulitnya putih seputih salju, bibirnya merah semerah darah, dan rambutnya hitam sehitam kayu ebony. Lindsey yang melihatnya terkesima dengan kecantikan Putri Salju.

"Wah, Putri Salju memang sangat cantik, aku beruntung bisa melihatnya secara langsung." Pujian langsung ia lontarkan untuk Putri Salju.

Setelah Putri Salju berbicara dengan orang itu, sang Putri berlari meninggalkan istana. Orang yang sedari tadi berbicara dengannya pun mengejar.

"Eh?" Lindsey terkejut dengan apa yang dilihatnya. Karena dirinya sangat penasaran, ia pun mengikuti Putri Salju dan orang itu.

Putri salju berlari ke arah hutan yang baru saja dilewatlan oleh Lindsey. "Huft, kenapa harus hutan itu!" gerutunya tidak terima.

Di tengah hutan, Lindsey melihat Putri Salju yang sudah terduduk di tanah dengan wajah penuh air mata. Orang yang mengejar Putri Salju ternyata adalah seorang pemburu. Terlihat dari pedang yang ia pegang, dan arah pedang itu tepat berada di depan wajah Putri salju.

"Astaga! Jadi, itu adalah pemburu yang di suruh oleh Ratu jahat untuk membunuh Putri Salju." katanya pada diri sendiri, ia saat ini tengah bersembunyi di balik pohon besar.

Putri Salju pun menangis di depan pemburu. Ia berkata. "Wahai pemburu, tolong jangan bunuh aku, aku akan pergi ke hutan liar dan tidak akan kembali lagi."

Sang pemburu menaruh rasa kasihan pada Putri Salju, ia berkata. "Pergilah kalau begitu."

Putri Salju pun pergi meninggalkannya, sang pemburu berpikir bahwa binatang liar di hutan sana akan memangsa sang Putri, ia pun melepaskan Putri Salju, hatinya menjadi lebih ringan seolah-olah terbebas dari gencatan batu yang besar. Saat itu juga dilihatnya seekor babi hutan yang berlalu, dan sang pemburu pun menangkap babi hutan tersebut, lalu mengeluarkan hatinya untuk dibawa ke sang ratu sebagai bukti.

Lindsey pun mengikuti Putri Salju ke dalam hutan liar. Ia khawatir kalau sang Putri akan dimangsa binatang buas.

"Sebenarnya ini sangat menyebalkan, kenapa harus aku yang mengawasi Putri Salju?" gumamnya kesal.

"Aaahh! Daripada aku menggumam tidak jelas, lebih baik aku cepat menyusulnya sebelum kehilangan jejak," ucap Lindsey berlari menyusul Putri Salju.

Ratu telah melihat bukti kematian Putri Salju yang berupa hati, yang dibawa oleh pemburu. Ia pun merasa tenang sekarang, sebab tak ada lagi wanita paling cantik selain dirinya.

Dia pun berdiri di depan cermin dan berkata. "Wahai cermin ajaib, siapa wanita tercantik di kerajaan ini?"

Dan cermin menjawab. "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir tidak ada bandingannya, Putri Salju adalah yang tercantik."

Ratu menjadi sangat terkejut saat mendengarnya. Ia akhirnya tahu bahwa pemburu telah menipunya. Ia pun berpikir keras untuk menghabisi Putri Salju. Akhirnya ia pun mendapatkan rencana, ia menyamarkan wajahnya dan memakai pakaian yang biasa dipakai oleh wanita tua agar tidak ada yang bisa mengenalinya. Dalam penyamarannya, Ratu pergi ke dalam hutan untuk mencari keberadaan Putri Salju.

...***...

Lindsey masih terus mengawasi Putri Salju dari kejauhan, ia melihat sang Putri kesulitan ketika melewati semak-semak berduri. Dengan cepat Lindsey menghampiri Putri Salju.

"Kau tidak apa-apa, Yang Mulia?" tanya Lindsey mendekat ke arah Putri Salju.

Putri Salju terkejut karena kedatangan Lindsey yang tiba-tiba. "Siapa kau?" tanyanya.

"Jangan takut, aku akan membantumu untuk masuk ke dalam hutan itu," ucap Lindsey meyakinkan Putri Salju.

"Kau bukan suruhan Ratu, kan?"

"Tentu saja bukan, memangnya siapa yang mau berurusan dengan ratu jahat seperti itu," gerutu Lindsey sambil memutarkan kedua bola matanya.

"Syukurlah kalau begitu." Putri salju menghela napas lega.

Sepertinya, aku harus mencari rumah ketujuh kurcaci yang ada di dalam alur cerita ini. Aku yakin kalau Putri salju tidak tahu keberadaan kurcaci-kurcaci itu. Pikir Lindsey.

Dan saat malam hampir tiba, Lindsey dan Putri Salju tiba di sebuah rumah kecil. Lindsey dan Putri Salju pun masuk ke dalam. Segala sesuatu yang ada di dalam rumah berukuran sangat kecil. Tetapi indah dan bersih. Di rumah tersebut terdapat bangku dan meja yang di alas dengan taplak putih, dan di atasnya terdapat tujuh buah piring, pisau makan, garpu makan, dan cangkir minum. Di dekat dinding, terlihat tujuh ranjang tidur kecil saling bersebelahan, dan dilapisi dengan seprei putih juga.

"Aku lapar sekali," ucap Putri Salju.

"Aku juga, kalau begitu kita makan saja semua makanan yang ada di atas meja itu," usul Lindsey yang juga kelaparan. Dia sendiri juga memang belum makan sejak berada di dongeng Cinderella. Kuat sekali.

Dan akhirnya, mereka berdua pun memakan semua makanan itu.

Putri Salju yang sudah merasa kenyang pun merasa lelah, dan membaringkan tubuhnya di tujuh ranjang, ia pun tertidur di tempat tidur tersebut.

"Aih, cepat sekali dia tertidur," ucap Lindsey. "Aku tidak bisa tidur di tempat kecil seperti ini. Untuk dua orang berukuran besar mana cukup?" sambungnya.

Saat malam tiba, pemilik rumah pulang ke rumah dan mereka adalah tujuh orang kurcaci yang pekerjaannya menggali terowongan bawah tanah di pegunungan.

Saat ketujuh kurcaci itu membuka pintu, mereka terkejut karena keberadaan Lindsey yang tengah duduk di lantai. "Siapa kau?" tanya yang pertama pada Lindsey.

"A-aku--"

Yang kedua berkata, "siapa yang telah duduk di kursi kecilku?"

"Eh, itu aku--" sahut Lindsey.

Yang ketiga berkata, "siapa yang telah makan makanan dari piring kecilku?"

"Aku dan Putri Salju yang memakannya." sahut Lindsey kembali.

Yang keempat berkata, "siapa yang telah memakan buburku?"

"Sepertinya Putri Salju," Lindsey masih menjawab.

Yang kelima berkata, "siapa yang telah menggunakan garpuku?"

"Itu ulah Putri Salju," jawab Lindsey.

Yang keenam berkata, "siapa yang telah mengambil roti kecilku?"

"Maaf, tapi aku yang telah memakannya." Lindsey kembali menjawab.

Yang ketujuh berkata, "siapa yang telah minum menggunakan cangkir kecilku?"

"Baiklah, sudah cukup! Semua makanan dan peralatan kalian aku dan Putri Salju yang menggunakannya." Lindsey yang kesal karena banyaknya pertanyaan para kurcaci pun menjelaskannya dengan rinci. Mungkin, sebenarnya itu tidak terlalu rinci. Tapi, setidaknya mereka jelas dengan penjelasan Lindsey barusan.

Para kurcaci pun masih terlihat kebingungan. "Siapakah gadis cantik ini?" Dengan polosnya kurcaci pertama bertanya dan menunjuk ke arah Putri salju yang tengah berbaring di ranjang kecil mereka.

"Ya ampun, dia itu Putri Salju, tau!" jelas Lindsey kembali, raut wajahnya terlihat sudah sangat kesal.

Sabar Lindsey sabar ....

Para kurcaci itu merasa tidak tega untuk membangunkan Putri Salju yang tengah tertidur lelap. Mereka juga terpaksa untuk tidur bergantian dengan teman-temannya, setiap satu jam, di tiap-tiap ranjang temannya sampai malam berlalu.

Untuk Lindsey sendiri, dia tidak bisa tidur karena terus saja memikirkan Putri Salju.

Bagaimana kalau aku tidak bisa menyelamatkannya dari ratu jahat itu? Pasti dia akan datang kesini untuk mencari lalu membunuh Putri salju, dan jika itu terjadi, aku tidak akan bisa pulang ke rumahku. Pikir Lindsey yang masih terbangun.

Menjelang pagi, ketika Putri Salju terbangun dan melihat ketujuh kurcaci, Putri Salju menjadi ketakutan. Tapi, nyatanya para kurcaci itu sangat bersahabat dan bahkan menanyakan bagaimana Putri Salju dan Lindsey bisa tiba di rumah mereka. Putri Salju pun bercerita bagaimana ibunya berharap agar dia mati, bagaimana sang pemburu membiarkannya hidup, bagaimana ia berlari dan akhirnya bertemu dengan Lindsey. Hingga tiba di rumah mereka.

Lindsey yang hanya bisa mendengar pun mengangguk pelan ketika Putri salju bercerita pada ketujuh kurcaci itu.

Para kurcaci kemudian berkata pada Putri salju, "Jika kau mau membersihkan rumah, memasak, mencuci, merapihkan tempat tidur, menjahit, dan mengatur semuanya agar tetap rapih dan bersih, kau bisa tinggal disini, dan kau tidak akan kekurangan apapun."

"Aku setuju, dan aku juga punya satu permohonan, izinkan Lindsey tinggal di sini bersama kita." usul Putri salju.

"Memangnya, dia bisa apa?" ucap kurcaci itu yamg seakan sudah meremehkan kemampuan Lindsey.

"Hei! Jangan remehkan aku, aku bisa menyapu halaman kalian, lihat! Halaman itu sangat kotor, aku juga akan mencari bahan makanan yang bisa kudapatkan di hutan ini," ucap Lindsey kesal.

"Kami masih punya banyak persediaan makanan di rumah kami." sahut kurcaci pertama.

"Tapi, kalau makanan itu habis bagaimana? Kalian semua juga tidak akan bisa makan kan?" balas Lindsey.

"Baiklah kau boleh tinggal,"

...***...

Di pagi hari, para kurcaci pergi ke gunung untuk menggali emas, pada malam hari saat mereka pulang, mereka telah dipersiapkan makan malam oleh Putri salju. Para kurcaci pun pernah memberi nasihat pada Putri salju dan Lindsey untuk tetap berhati-hati jika suatu hari ibu tiri Putri salju datang ke rumah mereka.

"Berhati-hatilah pada ibu tirimu, dia akan tahu bahwa kalian ada di sini, jangan biarkan siapapun masuk ke dalam rumah, dan kau Lindsey! Jaga Putri salju selagi kami pergi untuk menggali emas."

"Iya iya, aku mengerti." Lindsey mengangguk.

Setelah itu ketujuh kurcaci pergi ke gunung untuk menggali emas. Di rumah kurcaci, Lindsey tengah menyapu halaman di depan pekarangan rumah dan terus mengawasi setiap ada pergerakan. Sedangkan, Putri salju tengah memasak untuk nanti mempersiapkan makan malam.

"Lindsey, aku kehabisan kayu bakar untuk memasak bubur dan roti kesukaan para kurcaci. Bisakah kau mencarikannya?" pinta Putri salju pada Lindsey.

"Baiklah, aku akan mencarinya. Tapi, ingat! Jangan bukakan pintu untuk siapa pun." nasihat Lindsey pada Putri salju.

"Iya,"

Lindsey pun pergi ke tengah hutan mencari kayu bakar untuk Putri salju. "Kuharap Putri salju baik-baik saja." gumamnya.

Ketika para kurcaci dan Lindsey tidak berada di sekitar rumah. Seorang wanita tua berkerudung datang dengan membawa satu keranjang penuh apel merah. Wanita tua itu pun mengetuk pintu rumah kurcaci. Putri salju yang menyadari suara ketukan itu mengintip dari jendela dan berkata.

"Siapa di sana?"

Terpopuler

Comments

Nuhume

Nuhume

wah scene putri salju jugaa

2023-04-09

0

baguss

2023-04-02

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Sepatu Kaca Ella
3 Sepatu Kaca Ella (2)
4 Apel Merah Beracun
5 Apel Merah Beracun (2)
6 Kutukan Jarum Pintal
7 Kutukan Jarum Pintal (2)
8 Kutukan Jarum Pintal (3)
9 Gadis Merah
10 Keajaiban Kecambah Kacang
11 Rumah Kue Nenek
12 Suara Ariel
13 Suara Ariel (2)
14 Dimensi 'Kebingungan'
15 Bermain di Neverland
16 Tanah Liliput
17 Dorothy dan Toto
18 Mimpi dalam Mimpi
19 Penjahat Baik
20 Neil Scots
21 Misi Terakhir
22 Erobos
23 Melawan Antagonis
24 Akhir Petualangan Perang
25 Kembali
26 Musim Panas Terakhir
27 Tim Berkumpul
28 Elf Torlock – Chapter 1
29 Elf Torlock – Chapter 2
30 Elf Torlock – Chapter 3
31 Fog Forest – Chapter 1
32 Fog Forest – Chapter 2
33 Amber Stone – Chapter 1
34 Amber Stone – Chapter 2
35 Dark Magic Vessel – Chapter 1
36 Dark Magic Vessel – Chapter 2
37 Different Dimension – Chapter 1
38 Different Dimension – Chapter 2
39 Stone Seeker – Chapter 1
40 Stone Seeker – Chapter 2
41 Stone Seeker – Chapter 3
42 Stone Seeker – Chapter 4
43 The Down Kingdom – Chapter 1
44 The Down Kingdom – Chapter 2
45 Eternal Evil – Chapter 1
46 Eternal Evil – Chapter 2
47 Eternal Evil – Chapter 3
48 The End of Seeker – Chapter 1
49 The End of Seeker – Chapter 2
50 The End of Seeker – Chapter 3
51 Queen of Forestopia – Chapter 1
52 Queen of Forestopia – Chapter 2
53 Queen of Forestopia – Chapter 3
54 Forestopia – Chapter 1
55 Forestopia – Last Chapter
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Prologue
2
Sepatu Kaca Ella
3
Sepatu Kaca Ella (2)
4
Apel Merah Beracun
5
Apel Merah Beracun (2)
6
Kutukan Jarum Pintal
7
Kutukan Jarum Pintal (2)
8
Kutukan Jarum Pintal (3)
9
Gadis Merah
10
Keajaiban Kecambah Kacang
11
Rumah Kue Nenek
12
Suara Ariel
13
Suara Ariel (2)
14
Dimensi 'Kebingungan'
15
Bermain di Neverland
16
Tanah Liliput
17
Dorothy dan Toto
18
Mimpi dalam Mimpi
19
Penjahat Baik
20
Neil Scots
21
Misi Terakhir
22
Erobos
23
Melawan Antagonis
24
Akhir Petualangan Perang
25
Kembali
26
Musim Panas Terakhir
27
Tim Berkumpul
28
Elf Torlock – Chapter 1
29
Elf Torlock – Chapter 2
30
Elf Torlock – Chapter 3
31
Fog Forest – Chapter 1
32
Fog Forest – Chapter 2
33
Amber Stone – Chapter 1
34
Amber Stone – Chapter 2
35
Dark Magic Vessel – Chapter 1
36
Dark Magic Vessel – Chapter 2
37
Different Dimension – Chapter 1
38
Different Dimension – Chapter 2
39
Stone Seeker – Chapter 1
40
Stone Seeker – Chapter 2
41
Stone Seeker – Chapter 3
42
Stone Seeker – Chapter 4
43
The Down Kingdom – Chapter 1
44
The Down Kingdom – Chapter 2
45
Eternal Evil – Chapter 1
46
Eternal Evil – Chapter 2
47
Eternal Evil – Chapter 3
48
The End of Seeker – Chapter 1
49
The End of Seeker – Chapter 2
50
The End of Seeker – Chapter 3
51
Queen of Forestopia – Chapter 1
52
Queen of Forestopia – Chapter 2
53
Queen of Forestopia – Chapter 3
54
Forestopia – Chapter 1
55
Forestopia – Last Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!