Sepatu Kaca Ella (2)

Akhirnya malam pun tiba. Ibu dan kedua kakak tiri Cinderella telah berangkat ke istana untuk menghadiri pesta dansa.

Cinderella hanya bisa melihat ibu dan kakak tirinya berangkat dari jendela kamarnya. Saat ini dia sangat sedih, karena tidak bisa pergi ke pesta dansa itu. Padahal, dia ingin sekali pergi. Namun, Cinderella tak punya gaun secantik milik kedua kakak tirinya.

Ketika rumah sudah sangat sepi, Lindsey yang melihat Cinderella sedang sedih mengambil kesempatan untuk masuk ke dalam rumah dan menemui Cinderella.

"Psstt ... Cinderella." Lindsey berusaha memanggil.

Cinderella yang terkejut hanya bisa menoleh ke sembarang arah untuk mencari sumber suara tersebut.

"Siapa itu?!" Wajah Cinderella nampak panik.

"Aku di sini," ucap Lindsey sambil melambaikan satu tangannya.

Cinderella pun menoleh ke arah jendela dan membukanya.

"Kau siapa?" tanyanya.

"Aku Lindsey. Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu," ucap Lindsey, ia berusaha membuat Cinderella percaya padanya.

"Sekarang ikut aku keluar. Kau mau ke pesta dansa itu, kan?" rayu Lindsey pada Cinderella.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Ayo ikut saja,"

Lindsey menarik tangan Cinderella dan pergi menuju halaman belakang.

"Untuk apa kita ke sini?" tanya Cinderella.

"Kau tunggu saja, sebentar lagi ibu peri akan datang untuk membantumu." jawab Lindsey sambil senyum-senyum.

"Ibu peri? Di mana?"

"Tunggu saja, dia akan segera datang."

Lindsey yang percaya akan kedatangan ibu peri terus menunggu hingga waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"Loh? Kenapa ibu peri itu tidak datang? Padahal sebentar lagi sudah mau pukul 12 malam." Lindsey bertanya-tanya.

"Memangnya kenapa jika pukul 12 malam?" Cinderella yang sudah mulai bosan menunggu akhirnya bertanya pada Lindsey.

"Eh? Bagaimana cara menjelaskannya, ya?" Lindsey terlihat kebingungan untuk menjawab pertanyaan Cinderella. Ia tidak mungkin menjawab bahwa tepat pukul 12 malam semua keajaiban akan kembali seperti semula. Pasti jawaban itu akan sulit dimengerti oleh Cinderella. Dan mungkin bisa mempengaruhi alur cerita di sini.

"Lindsey, kau harus ingat. Selesaikan tugasmu secepatnya, karena waktumu hampir habis di tempat ini." Kalung Lindsey kembali bersinar dan bicara untuk memperingatkannya.

Eh? Kalung ini bicara lagi. Gumamnya.

"Bagaimana caranya? Ibu peri itu tidak datang untuk membantu Cinderella," jelas Lindsey pada kalung itu

"Apa kau bicara padaku?" Cinderella kebingungan saat Lindsey berbicara sendiri. Dia pikir Lindsey yang mengajaknya bicara. Ternyata bukan.

"Kau tidak perlu menunggu kedatangan ibu peri itu. Karena kaulah yang akan membantu Cinderella untuk pergi ke pesta dansa itu."

"Caranya?"

"Tetapkan hatimu. Lalu wujudkan,"

"Aku tidak mengerti, tolong jelaskan lebih rinci lagi, kalung!"

"Kau sedang berbicara dengan kalung itu?" tanya Cinderella. Namun Lindsey tak menghiraukan pertanyaan Cinderella.

"Ada satu hal lagi yang perlu kau ingat. Kau tidak boleh mengubah alur cerita di dalam dongeng ini maupun yang lainnya. Kalau sampai itu terjadi, maka kau tidak akan pernah kembali ke duniamu. Kau mengerti!"

"Hah?! Itu tidak adil, aku tidak mau terjebak di dunia dongeng. Apa yang harus aku lakukan?" ucap Lindsey sambil berteriak.

"Jadi, apa ibu peri itu akan benar-benar datang?" Lagi-lagi Cinderella kembali bertanya. Lindsey pun tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan Cinderella.

"Tetapkan dan wujudkan? Apa maksudnya?" ucap Lindsey masih tidak mengerti.

"Aaaa! Sudah tidak ada waktu lagi, kalau begini caranya Cinderella tidak akan bisa ke pesta dansa itu. Ibu peri itu tidak bisa diandalkan!" ucapnya sangat kesal.

"Seandainya aku bisa mewujudkan keinginan Cinderella untuk pergi ke pesta dansa itu, mengenakan gaun indah sebiru laut, memakai sepatu kaca, dan pergi ke istana menggunakan kereta kuda dari sebuah labu!" ucap Lindsey dengan suara lantang.

Ting!

Ucapan Lindsey yang asal itu membuat kalung yang tengah dikenakannya bersinar dan merubah penampilan Cinderella yang saat ini telah mengenakan gaun sebiru laut dan memakai sepatu kaca yang sangat berkilau. Labu yang sudah dipersiapkan pun telah menjadi kereta kuda.

Lindsey membuka lebar-lebar mata dan mulutnya karena terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya. Sihir.

"Dari mana kau mendapatkan gaun dan sepatu kaca itu? Lalu, kereta kuda it--" tanya Lindsey pada Cinderella yang ikut kebingungan.

"Aku tidak tahu, tiba-tiba semua terjadi begitu saja setelah kau mengucapkannya." Cinderella pun juga sangat kebingungan.

"Ucapanku? Yang mana?" Lindsey masih sangat kebingungan dengan dirinya sendiri.

"Aku mengerti, ucapanku tadi yang membuat semua ini menjadi kenyataan. Itu berarti, kau harus cepat ke istana!" suruhnya pada Cinderella untuk segera menaiki kereta kuda dan pergi ke istana.

"Baiklah." Cinderella pun menuruti perintah Lindsey untuk segera naik ke kereta kuda dan berangkat ke istana.

Kereta kuda itu pun melaju dengan cepat menuju istana. Lindsey yang melihatnya turut senang karena ia tepat waktu.

Apa mungkin ini sejenis sihir? Aku tidak percaya kalau barusan aku memang memakai sihir. Batin Lindsey.

"Eh, Cinderella! Kau harus kembali sebelum pukul 12 malam!" teriak Lindsey.

"Baik Ibu peri!"

"Eh? Dia memanggilku apa? Ibu peri?" Lindsey tercengang mendengar ucapan Cinderella yang menganggapnya sebagai ibu peri.

Karena rasa penasaran Lindsey pada Cinderella amat besar, ia pun menyusulnya ke istana untuk memastikan semua alur cerita berjalan semestinya.

Lagi-lagi ia mengucapkan sesuatu yang aneh, ia berharap akan mengendarai seekor kuda putih menuju istana kerajaan. Padahal Lindsey tidak pernah mengendarai apalagi menaiki seekor kuda.

"Sangat keren!"

Ajaibnya, Lindsey menaiki dan mengendarai kuda itu dengan penuh percaya diri. Bahkan seperti sudah terbiasa menaiki kuda.

Tiba di istana, Lindsey berhenti sebelum benar-benar masuk ke dalam. Ia harus memikirkan sesuatu sebelum penjaga istana mengetahui siapa dirinya. Bisa-bisa dia langsung diusir.

Apa aku harus menyamar? Batinnya.

Dan benar saja, Lindsey menyamar menjadi seorang pelayan untuk bisa masuk ke dalam istana.

"Menjadi pelayan adalah hal yang sama sekali tidak keren." gerutunya.

Tiba di dalam istana, Lindsey melihat Cinderella dan Pangeran sedang berdansa bersama. "Ya ampun, mereka benar-benar cocok."

Teng ..! Teng ..!

Lindsey yang sedang asik mengamati Cinderella berdansa, terusik saat mendengar suara jam besar yang terpajang di ujung ruangan pesta.

"Sudah pukul 12 malam. Tapi, kenapa Cinderella masih berdansa dengan sang Pangeran?" ucap Lindsey.

"Aih! Jangan-jangan dia lupa. Tidak ada pilihan lain, aku harus memperingatkannya!"

Dengan cepat Lindsey berlari ke arah Cinderella yang masih asik berdansa dengan sang Pangeran. Lindsey berusaha memberi isyarat pada Cinderella untuk segera meninggalkan istana. Akhirnya Cinderella menyadari keberadaan Lindsey dan dengan cepat meninggalkan istana.

"Tunggu! Kau mau ke mana? Pesta ini belum selesai." tanya sang Pangeran.

"Maaf Pangeran, aku harus pergi."

"Tapi, aku belum tahu siapa namamu?" tanya Pangeran pada Cinderella, namun ia berlari tak menghiraukan pertanyaan sang Pangeran padanya.

"Aduh! Kenapa sepatu kaca Cinderella tidak terlepas juga dari kakinya? Padahal dia sudah berlari," ucap Lindsey masih terus memperhatikan Cinderella yang berlari menuju kereta kuda.

Apa aku harus turun tangan? Pikirnya.

Saat Cinderella sampai di depan pintu istana, ia ditarik oleh Lindsey untuk bersembunyi di sekitar semak-semak taman istana.

"Ibu peri?" Cinderella terlihat kebingungan dengan kedatangan Lindsey yang tiba-tiba menariknya ke semak-semak.

"Sstt! Diamlah,"

"Kenapa Ibu peri ada di sini?" tanya Cinderella.

"Hei, jangan panggil aku Ibu peri. Aku ini masih remaja," cicit Lindsey yang tak ingin dipanggil ibu peri oleh Cinderella.

Apa aku setua itu? Batinnya.

"Sekarang, lepaskan sepatu kacamu!" perintah Lindsey.

"Kenapa?"

"Sudah, lepaskan saja,"

"Iya." Cinderella pun menuruti perintah Lindsey untuk melepaskan sepatu kaca dari kakinya. Setelah itu, ia langsung memberikannya pada Lindsey.

Dengan cepat Lindsey melempar sepatu kaca itu tepat di depan Pangeran yang terlihat sedang sibuk mencari keberadaan Cinderella. Untungnya sepatu kaca itu tidak pecah (karena ajaib)

"Eh? Ini kan, sepatu milik gadis itu." Sang Pangeran pun menyadari keberadaan sepatu kaca milik Cinderella tepat di bawah tangga.

"Pengawal! Cepat cari pemilik sepatu ini!" perintah Pangeran pada seluruh pengawal istana.

"Cinderella, kita harus segera pergi dari sini," ucap Lindsey.

"Baiklah,"

Lindsey dan Cinderella pun pergi menjauh dari istana. Mereka tidak boleh sampai ketahuan oleh para pengawal suruhan Pangeran, mereka juga harus sampai di rumah Cinderella sebelum ibu dan kakak tirinya sampai terlebih dahulu.

Setelah perjalanan menuju rumah mengendarai kuda putih Lindsey, akhirnya mereka pun sampai tepat waktu sebelum Ibu dan kakak tiri Cinderella sampai.

"Terima kasih Lindsey. Berkat bantuanmu aku bisa datang ke pesta dansa, aku benar-benar sangat bahagia," ucap Cinderella menunjukkan raut wajah bahagia.

"Tapi ini belum berakhir,"

"Maksudnya?" Cinderella bingung dengan ucapan Lindsey padanya.

"Tunggu saja sampai besok,"

"Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu," kata Cinderella lalu masuk ke dalam rumah.

Setelah Cinderella masuk ke dalam rumah. Lindsey yang mendengar kata Cinderella hanya bisa diam dan memikirkan nasibnya.

"Apa aku harus tidur di halaman belakang rumah Cinderella untuk menunggu hari esok?" keluh Lindsey lalu pergi ke taman belakang.

Terpaksa, Lindsey harus tidur di halaman belakang rumah Cinderella untuk menunggu hari esok. Karena, besok adalah hari dimana Pangeran membawa Cinderella ke istana untuk menjadikannya pasangan hidup.

...***...

Keesokan paginya, Cinderella seperti biasa bangun lebih awal dari ibu dan kakak tirinya untuk beres-beres rumah. Seperti mencuci pakaian, menyapu lantai, menyirami tanaman di halaman belakang, dan kegiatan rutin yang biasa ia lakukan.

"Hoam! Sudah pagi?" ucap Lindsey sambil terus menguap.

"Oh iya, apa pengawal istana sudah datang?" Lindsey mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Aku harus melihatnya." Dengan cepat Lindsey langsung berdiri dan melihat keadaan Cinderella dari balik jendela.

Dan benar saja, saat ini pengawal istana tengah bertanya-tanya pada ibu tiri Cinderella mengenai sepatu kaca yang ditinggalkan Cinderella saat pesta dansa semalam.

Satu persatu kakak tiri Cinderella mencoba memakai sepatu kaca itu. Alhasil, tidak ada yang muat.

"Apa aku boleh mencobanya?" Cinderella memberanikan diri bertanya pada pengawal untuk mencoba sepatu itu.

"Tentu saja Nona, silahkan." Sang pengawal menyetujuinya.

"Hahaha! Hei Cinderella, tidak mungkin sepatu kaca itu muat di kakimu!" Kedua kakak tiri Cinderella mengejek dan menertawakannya. Cinderella yang tengah mencoba sepatu itu tidak terusik dengan ejekan sang kakak.

"Bagus sekali Cinderella! Dengan begini tugasku akan selesai," umpat Lindsey.

Tiba-tiba, sepatu kaca yang sedang dicoba oleh Cinderella bersinar sangat terang. Dan seketika itu gaunnya berubah seperti yang ia pakai pada saat pesta dansa semalam.

"Hah!? Cinderella adalah Putri yang semalam berdansa dengan sang Pangeran!?" seru kedua kakak tiri Cinderella sambil menganga lebar.

"Akhirnya, aku menemukan gadis pemilik sepatu kaca ini," ucap pengawal itu kegirangan.

"Syukurlah Cinderella, dengan begini hidupmu tidak akan sengsara lagi." ucap Lindsey yang bahagia melihat akhir cerita Cinderella.

Ting!

Tiba-tiba, kalung Lindsey bersinar sangat terang, dan menunjukkan cahayanya yang menyilaukan mata. Lindsey yang tak kuat melihat cahaya itu pun langsung memejamkan kedua matanya. Saat cahaya itu meredup, ia kembali membuka matanya dan melihat ke sekelilingnya yang dipenuhi oleh warna putih.

"Salju?"

Terpopuler

Comments

Nuhume

Nuhume

hahaha aku juga kaget lindsey🤩🔥🔥

2023-04-09

0

lanjutkan cuyy

2023-03-29

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Sepatu Kaca Ella
3 Sepatu Kaca Ella (2)
4 Apel Merah Beracun
5 Apel Merah Beracun (2)
6 Kutukan Jarum Pintal
7 Kutukan Jarum Pintal (2)
8 Kutukan Jarum Pintal (3)
9 Gadis Merah
10 Keajaiban Kecambah Kacang
11 Rumah Kue Nenek
12 Suara Ariel
13 Suara Ariel (2)
14 Dimensi 'Kebingungan'
15 Bermain di Neverland
16 Tanah Liliput
17 Dorothy dan Toto
18 Mimpi dalam Mimpi
19 Penjahat Baik
20 Neil Scots
21 Misi Terakhir
22 Erobos
23 Melawan Antagonis
24 Akhir Petualangan Perang
25 Kembali
26 Musim Panas Terakhir
27 Tim Berkumpul
28 Elf Torlock – Chapter 1
29 Elf Torlock – Chapter 2
30 Elf Torlock – Chapter 3
31 Fog Forest – Chapter 1
32 Fog Forest – Chapter 2
33 Amber Stone – Chapter 1
34 Amber Stone – Chapter 2
35 Dark Magic Vessel – Chapter 1
36 Dark Magic Vessel – Chapter 2
37 Different Dimension – Chapter 1
38 Different Dimension – Chapter 2
39 Stone Seeker – Chapter 1
40 Stone Seeker – Chapter 2
41 Stone Seeker – Chapter 3
42 Stone Seeker – Chapter 4
43 The Down Kingdom – Chapter 1
44 The Down Kingdom – Chapter 2
45 Eternal Evil – Chapter 1
46 Eternal Evil – Chapter 2
47 Eternal Evil – Chapter 3
48 The End of Seeker – Chapter 1
49 The End of Seeker – Chapter 2
50 The End of Seeker – Chapter 3
51 Queen of Forestopia – Chapter 1
52 Queen of Forestopia – Chapter 2
53 Queen of Forestopia – Chapter 3
54 Forestopia – Chapter 1
55 Forestopia – Last Chapter
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Prologue
2
Sepatu Kaca Ella
3
Sepatu Kaca Ella (2)
4
Apel Merah Beracun
5
Apel Merah Beracun (2)
6
Kutukan Jarum Pintal
7
Kutukan Jarum Pintal (2)
8
Kutukan Jarum Pintal (3)
9
Gadis Merah
10
Keajaiban Kecambah Kacang
11
Rumah Kue Nenek
12
Suara Ariel
13
Suara Ariel (2)
14
Dimensi 'Kebingungan'
15
Bermain di Neverland
16
Tanah Liliput
17
Dorothy dan Toto
18
Mimpi dalam Mimpi
19
Penjahat Baik
20
Neil Scots
21
Misi Terakhir
22
Erobos
23
Melawan Antagonis
24
Akhir Petualangan Perang
25
Kembali
26
Musim Panas Terakhir
27
Tim Berkumpul
28
Elf Torlock – Chapter 1
29
Elf Torlock – Chapter 2
30
Elf Torlock – Chapter 3
31
Fog Forest – Chapter 1
32
Fog Forest – Chapter 2
33
Amber Stone – Chapter 1
34
Amber Stone – Chapter 2
35
Dark Magic Vessel – Chapter 1
36
Dark Magic Vessel – Chapter 2
37
Different Dimension – Chapter 1
38
Different Dimension – Chapter 2
39
Stone Seeker – Chapter 1
40
Stone Seeker – Chapter 2
41
Stone Seeker – Chapter 3
42
Stone Seeker – Chapter 4
43
The Down Kingdom – Chapter 1
44
The Down Kingdom – Chapter 2
45
Eternal Evil – Chapter 1
46
Eternal Evil – Chapter 2
47
Eternal Evil – Chapter 3
48
The End of Seeker – Chapter 1
49
The End of Seeker – Chapter 2
50
The End of Seeker – Chapter 3
51
Queen of Forestopia – Chapter 1
52
Queen of Forestopia – Chapter 2
53
Queen of Forestopia – Chapter 3
54
Forestopia – Chapter 1
55
Forestopia – Last Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!