Sepatu Kaca Ella

Lindsey terkejut karena sekarang dirinya berada di sebuah desa terpencil, seperti pusat perdagangan. Banyak sekali orang-orang berlalu lalang.

"Pengumuman!! Bagi para bangsawan di seluruh negeri, hari ini sang raja akan mengadakan pesta dansa untuk mencarikan istri untuk sang pangeran."

Itu adalah suara pengumuman dari salah satu kereta kuda yang baru saja melewati Lindsey.

"Pesta dansa ...? Hah? Sebenarnya ini di mana, sih? Kenapa bisa ada pesta dansa?" Lindsey yang mendengarnya terlihat kebingungan dan hanya terus bertanya-tanya dalam pikirannya.

"Aku harus segera pergi dari tempat ini. Tempat ini aneh sekali." Lindsey kembali melangkahkan kakinya dengan cepat dan meninggalkan desa itu.

Di perjalanan, ia melihat sebuah rumah besar dengan taman bunga yang sangat indah. Kupu-kupu nampak berterbangan mengelilingi setiap kelopak bunga yang bermekaran diikuti siulan burung-burung yang hinggap di pohon pekarangan rumah. Lindsey juga melihat ada seorang gadis cantik berambut pirang sedang menyirami tanaman di sekitar taman bunga itu. Sesekali gadis itu menyanyi mengikuti siulan burung-burung yang hinggap di pohon.

"Cinderella! Cepat kemari!" Tiba-tiba seseorang memanggil nama yang tidak asing bagi pendengaran Lindsey, dari dalam rumah besar itu.

"Cinderella?" Lindsey kembali bertanya-tanya.

"Iya, kak! Aku datang!" sahut gadis yang sedari tadi menyirami bunga.

"Eh? Jangan-jangan gadis pirang itu, Cinderella?" ucapnya menduga.

"Astaga, ini tidak masuk akal. Masa sih ini tempat Cinderella? Ya ampun, ini gila!" ucap Lindsey semakin bingung, "tapi, bagaimana bisa?" sambungnya.

Bukankah Lindsey sangat mempercayai bahwa dongeng itu nyata? Kenapa dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini?

"Tentu saja bisa, Lindsey." ucap seseorang.

"S-siapa itu?" Lindsey terkejut dengan suara misterius itu. Dia tak melihat apapun di sekitarnya, yang terlihat hanya burung dan kupu-kupu yang masih berada di tempat mereka.

"Aku berbicara melalui kalung ini," ucap sosok misterius itu kembali.

"Kalung?" Lindsey langsung mengarahkan pandangannya ke kalung permata biru laut yang sudah melingkar di lehernya.

"Tenang saja Lindsey, kau akan baik-baik saja. Tugasmu hanya mengamati cerita dongeng yang ada di sini, jika ada yang harus kau lakukan jangan sungkan untuk melakukannya. Kau juga harus ingat, kalau kau tidak bisa mengubah cerita yang sudah dibuat." jelas kalung itu.

"Apa maksudmu? Aku tidak bisa, ini semua hanya mimpi, ayo bangun Lindsey," ucapnya masih tidak percaya. Ia terus menepuk wajahnya.

"Ini bukan mimpi, kau harus menyelesaikan tugasmu disini. Jika tidak, kau tidak akan bisa kembali ke duniamu sebelum tugas-tugas itu selesai. Kau mengerti?"

"Kenapa harus aku yang melakukannya?"

"Karena kau orang yang terpilih,"

Tiba-tiba kalung itu kembali bersinar menampilkan kilauan biru lautnya. Lalu suara misterius itu menghilang dengan sendirinya.

"Tunggu! Aku belum selesai bicara!" teriak Lindsey.

"Sekarang aku harus bagaimana?" Lindsey tertunduk.

"Baiklah, aku akan mengikuti alur ceritanya sampai selesai." ucap Lindsey pasrah.

Lindsey diam-diam menyelinap ke rumah besar itu. Rumah dimana Cinderella berada.

"Apa aku harus membantu Cinderella?" ucap Lindsey masih kebingungan.

"Lebih baik aku amati saja dulu jalan cerita di sini," sambungnya sambil terus mengintip di luar jendela rumah Cinderella.

"Cinderella! Cepat bawakan aku kue dan teh!"

"Cinderella! Sisir rambutku!"

"Iya, Kak! Tunggu sebentar!"

"Cepat! Kau ini lamban sekali! Aku tidak mau menunggu!"

"Astaga! Apa aku harus melihat Cinderella diperbudak seperti itu?" gerutu Lindsey.

Beberapa lama kemudian, Cinderella pun kembali ke kamarnya, ia juga terlihat sangat kelelahan akibat terus diperintah oleh Ibu maupun kakak tirinya yang kejam. Ia berbaring di tempat tidurnya sambil menangis.

"Ayah ... Ibu, aku merindukanmu ..." lirih Cinderella sambil terus mengusap wajahnya karena air mata.

Ning nong!

Saat Cinderella sedang berbaring di tempat tidurnya, ia mendengar suara bel pintu rumah berbunyi. Dengan cepat Cinderella bangkit dari tempat tidurnya lalu berlari untuk membukakan pintu.

Cinderella membuka pintu rumah dengan wajah yang sudah sangat kelelahan.

"Siapa, ya?" tanya Cinderella pada orang itu.

"Aku adalah pengawal istana kerajaan yang diutus oleh sang raja untuk membacakan undangan bagi para bangsawan yang ada di negeri ini." jawab sang pengawal itu.

"Undangan?"

"Ahh ... ada pengawal istana rupanya, silahkan masuk, Tuan." Tiba-tiba Ibu tiri Cinderella datang dan mempersilahkan pengawal itu untuk masuk ke dalam rumah.

"Cinderella, cepat panggil kakak-kakakmu!" titah Ibu tiri pada Cinderella. "Setelah itu pergi mencuci pakaian!" titahnya lagi.

"Baik, Ibu ..." Cinderella hanya pasrah atas perintah sang ibu.

"Siapa gadis itu?" tanya pengawal yang penasaran.

Sang ibu tiri terkekeh pelan. "Dia hanya pembantu di sini," jawab ibu tiri dengan senyum sombongnya.

"Apa gerangan Tuan datang ke istana kecilku?" tanya Ibu tiri pada pengawal.

Sang pengawal membuka surat undangan itu lalu membacanya dengan keras. "Malam ini sang raja akan mengadakan pesta dansa untuk merayakan hari ulang tahun putera tunggalnya. Ia juga akan mencarikan pasangan yang cocok untuk sang Pangeran. Pihak kerajaan mengundang para bangsawan di negeri ini untuk hadir di pesta tersebut."

Pengawal itu menutup lembaran undangan yang ada di tangannya dan kembali duduk sambil menyeruput segelas teh.

"Sebuah pesta dansa? Itu sangat mengagumkan!" seru salah satu gadis yang tengah menuruni tangga.

Pengawal menoleh ke arah dua gadis itu. "Siapa mereka?" tanyanya.

"Mereka adalah anak-anakku, yang kelak akan menjadi calon pasangan Pangeran," ucap Ibu tiri dengan percaya diri.

Kedua gadis itu pun tersenyum lebar mendengar pujian sang ibu.

"Cih! Mereka tidak pantas untuk pangeran. Yang pantas itu Cinderella!" gerutu Lindsey yang sedari tadi mengintip di balik jendela.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi." Pengawal itu pun memutuskan untuk pergi dan kembali ke kereta kuda miliknya.

"Saya akan mengantarmu, Tuan."

Ibu tiri Cinderella pun mengantar pengawal istana ke depan pintu gerbang rumahnya.

"Hari ini aku pakai gaun apa, ya? Aku harus kelihatan cantik saat pesta nanti," ucap kakak tiri pertama.

"Aku juga, lebih baik kita mulai bersiap-siap." sahut kakak tiri kedua.

"Yuhuuu! Cinderella, cepat ke kamarku! Bantu aku bersiap-siap." Kedua Kakak tiri itu kembali memerintah.

Cinderella yang sedang membersihkan lantai pun hanya bisa pasrah melakukan semua perintah itu.

"Hei, Cinderella! Cepat sisir rambutku!" bentak kakak tiri pertama.

"Cinderella! Di mana sepatuku?" teriak kakak tiri kedua.

"Tunggu sebentar, aku akan mencarinya," ucap Cinderella lalu bergegas mencari sepatu yang diinginkan sang kakak.

Ketika Cinderella kembali menyisir salah satu rambut kakak tirinya, sang kakak bertanya pada Cinderella. "Hei Cinderella, apa kau tidak datang ke pesta itu?"

"Apa aku boleh ikut?" jawabnya, Cinderella nampak mulai menunjukkan rasa senang di wajahnya.

"Tentu saja. Tapi, apa kau punya gaun yang bagus untuk pergi?"

"Kalau kau datang menggunakan gaun itu, nanti kau akan dikira pelayan di sana."

"Tapi, kau memang pelayan, kan? Hahaha!" sahut Kakak tiri kedua. Wajah yang tadinya senang tiba-tiba sirna begitu saja saat sang kakak kembali mengejek dan menertawakan Cinderella. Bahkan, Cinderella sudah tak kuasa menahan air matanya, hingga dia menangis sambil terus menyisir rambut kakaknya.

"Ih! Jahat sekali!" Kali ini Lindsey kembali menggerutu. Ia tak bisa melakukan apapun saat ini. Yang bisa ia lakukan hanya melihat dan mengamati.

"Aku merasa seperti menonton drama di sini. Kapan cerita ini akan berakhir?"

...***...

Terpopuler

Comments

Alvianvv

Alvianvv

semangat

2023-09-20

0

AGDHA LY

AGDHA LY

semangat nulisnya 💪🏻

2023-06-07

1

Ry🦢

Ry🦢

Pengen deh bikin cerita fantasi kek punya Author, sayangnya otak aku gak nyampe huhuhu😭

2023-05-04

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Sepatu Kaca Ella
3 Sepatu Kaca Ella (2)
4 Apel Merah Beracun
5 Apel Merah Beracun (2)
6 Kutukan Jarum Pintal
7 Kutukan Jarum Pintal (2)
8 Kutukan Jarum Pintal (3)
9 Gadis Merah
10 Keajaiban Kecambah Kacang
11 Rumah Kue Nenek
12 Suara Ariel
13 Suara Ariel (2)
14 Dimensi 'Kebingungan'
15 Bermain di Neverland
16 Tanah Liliput
17 Dorothy dan Toto
18 Mimpi dalam Mimpi
19 Penjahat Baik
20 Neil Scots
21 Misi Terakhir
22 Erobos
23 Melawan Antagonis
24 Akhir Petualangan Perang
25 Kembali
26 Musim Panas Terakhir
27 Tim Berkumpul
28 Elf Torlock – Chapter 1
29 Elf Torlock – Chapter 2
30 Elf Torlock – Chapter 3
31 Fog Forest – Chapter 1
32 Fog Forest – Chapter 2
33 Amber Stone – Chapter 1
34 Amber Stone – Chapter 2
35 Dark Magic Vessel – Chapter 1
36 Dark Magic Vessel – Chapter 2
37 Different Dimension – Chapter 1
38 Different Dimension – Chapter 2
39 Stone Seeker – Chapter 1
40 Stone Seeker – Chapter 2
41 Stone Seeker – Chapter 3
42 Stone Seeker – Chapter 4
43 The Down Kingdom – Chapter 1
44 The Down Kingdom – Chapter 2
45 Eternal Evil – Chapter 1
46 Eternal Evil – Chapter 2
47 Eternal Evil – Chapter 3
48 The End of Seeker – Chapter 1
49 The End of Seeker – Chapter 2
50 The End of Seeker – Chapter 3
51 Queen of Forestopia – Chapter 1
52 Queen of Forestopia – Chapter 2
53 Queen of Forestopia – Chapter 3
54 Forestopia – Chapter 1
55 Forestopia – Last Chapter
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Prologue
2
Sepatu Kaca Ella
3
Sepatu Kaca Ella (2)
4
Apel Merah Beracun
5
Apel Merah Beracun (2)
6
Kutukan Jarum Pintal
7
Kutukan Jarum Pintal (2)
8
Kutukan Jarum Pintal (3)
9
Gadis Merah
10
Keajaiban Kecambah Kacang
11
Rumah Kue Nenek
12
Suara Ariel
13
Suara Ariel (2)
14
Dimensi 'Kebingungan'
15
Bermain di Neverland
16
Tanah Liliput
17
Dorothy dan Toto
18
Mimpi dalam Mimpi
19
Penjahat Baik
20
Neil Scots
21
Misi Terakhir
22
Erobos
23
Melawan Antagonis
24
Akhir Petualangan Perang
25
Kembali
26
Musim Panas Terakhir
27
Tim Berkumpul
28
Elf Torlock – Chapter 1
29
Elf Torlock – Chapter 2
30
Elf Torlock – Chapter 3
31
Fog Forest – Chapter 1
32
Fog Forest – Chapter 2
33
Amber Stone – Chapter 1
34
Amber Stone – Chapter 2
35
Dark Magic Vessel – Chapter 1
36
Dark Magic Vessel – Chapter 2
37
Different Dimension – Chapter 1
38
Different Dimension – Chapter 2
39
Stone Seeker – Chapter 1
40
Stone Seeker – Chapter 2
41
Stone Seeker – Chapter 3
42
Stone Seeker – Chapter 4
43
The Down Kingdom – Chapter 1
44
The Down Kingdom – Chapter 2
45
Eternal Evil – Chapter 1
46
Eternal Evil – Chapter 2
47
Eternal Evil – Chapter 3
48
The End of Seeker – Chapter 1
49
The End of Seeker – Chapter 2
50
The End of Seeker – Chapter 3
51
Queen of Forestopia – Chapter 1
52
Queen of Forestopia – Chapter 2
53
Queen of Forestopia – Chapter 3
54
Forestopia – Chapter 1
55
Forestopia – Last Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!