Record Of Third Life
Aku membuka mata dan menggerakkan tubuhku. Hanya ada rasa sakit yang aku terima saat melakukannya.
"Kenapa ini terasa sangat menyakitkan?"
Melihat tubuhku sekarang, aku hanya bisa kaget dengan itu. "Apa ini!?"
Tidak seperti yang aku harapkan ketika bereinkarnasi. Aku berharap memiliki tubuh bayi mungil yang baru keluar dari rahim. Ini malah tubuh yang sudah besar dan dan sudah menginjak masa remaja.
"Daripada reinkarnasi … bukankah ini lebih tepat menyebutnya perpindahan jiwa?"
Yang lebih buruknya lagi … tubuh ini penuh dengan luka. Mulai dari kaki yang patah, punggung yang robek, dan tangan kiri yang tidak bisa digerakkan.
Tapi, itu bukan masalah besar bagiku.
"Keluarkan ramuan penyembuhan!"
Aku mengucapkan perintah.
Sebuah botol berisi ramuan keluar dari udara hampa. Ini adalah salah satu hal yang aku bawa dari kehidupanku sebelumnya.
Good road reincarnation, itu adalah sihir yang aku gunakan untuk bereinkarnasi. Sebuah sihir yang mampu mereinkarnasi pengguna di dunia lain, dan juga mampu membuat pengguna membawa hal dari kehidupan sebelumnya ke kehidupan selanjutnya. Asalkan pengguna memiliki energi dan pengorbanan yang cukup untuk mengaktifkannya. Dengan sihir ini aku membawa segudang harta pada saat bereinkarnasi.
Yang aku bawa contohnya ramuan ini, dan brankas emas yang merupakan benda spasial yang sebelumnya mengeluarkan ramuan.
Aku membuka botol ramuan itu dengan menggigitnya menggunakan gigi, dan dengan tangan kananku yang masih utuh untuk memegangnya. Setelah itu aku langsung meminumnya. Seketika kaki, punggung, dan tangan kiri yang terluka parah langsung sembuh sepenuhnya
Setelah itulah aku berdiri lalu melihat dan mengamati sekitar.
Lokasiku sekarang berada di dasar jurang dan juga langit tampak gelap dengan awan hitam. Dari informasi minim ini saja aku bisa mengetahui kenapa tubuh ini sangat berantakan.
Mungkin, pemilik tubuh sebelumnya dikejar oleh segerombolan monster dan terkena serangan di punggungnya dan dikarenakan ini sudah malam penglihatan jadi berkurang menyebabkan dia jatuh ke jurang.
Atau mungkin, dia menyadari ada jurang dan berhenti, tapi karena itu dia mendapatkan serangan dari belakang yang menyebabkannya terdorong jatuh kedalam jurang.
"Apapun itu sekarang tidak penting. Dia sudah mati dan tubuhnya menjadi milikku. Yang penting adalah apa yang harus aku lakukan sekarang dan apa tujuanku sekarang."
Iya benar! tujuanku.
Tujuanku di kehidupanku yang ketiga ini.
Melihat langit malam, aku mendapat inspirasi untuk membuat puisi.
"Langit malam dipenuhi dengan hitamnya awan.
Aku melangkah di dasar jurang kegelapan.
Dengan penuh harta dan pengetahuan.
Aku akan keluar menjadi legenda di catatan zaman.
Penuh harta dan wanita di sepanjang jalan.
Menikmati hidup penuh kesenangan dan kebahagiaan."
Dengan segudang harta dan pengetahuan, aku akan menjalani hidup penuh kekuatan dan tak terkalahkan.
Dengan segudang harta dan pengetahuan, aku akan mendapatkan dan menggoda kecantikan.
Dengan segudang harta dan pengetahuan, aku akan mendapatkan kekuasaan dan kejayaan.
Dengan segudang harta dan pengetahuan, aku akan mengendalikan takdir dan kekacauan.
"Hahahaha." Aku tertawa kencang ketika memikirkan masa depanku
Jresss
Ahh … entah Kenapa … turun hujan deras disaat-saat hatiku sedang bersemangat.
Alam kelihatannya tidak mendukungku.
Grrrr
Ditambah, entah kenapa aku bisa mendengar suara geraman dari arah belakang. Ketika aku menengok dan melihat, itu adalah segerombolan monster hijau humanoid lebih dari dua puluh ekor.
"Mungkinkah karena tawaku yang keras aku jadi membangunkan mereka?"
Oii hoii … meskipun aku ingin menjadi tak terkalahkan, aku belum melakukan apapun untuk itu. Sekarang aku masih lemah seperti manusia biasa.
Awalan yang buruk.
"Gawat! kabur!"
Tidak ada pilihan lain selain harus kabur dari para monster itu untuk menyelamatkan hidupku yang baru dan lemah ini.
Tentu saja para monster-monster itu mengejar aku yang melarikan diri.
"Sialan, apanya yang ingin menjadi tak terkalahkan."
Aku berlari sekuat tenaga, beberapa kali aku menabrakkan diri di dinding jurang dalam minimnya cahaya bulan malam yang tertutup oleh awan hitam.
Setiap aku menginjak tanah akan terdengar suara gemericik air. Sesekali kakiku tergelincir karena tanah yang basah oleh air hujan.
Jurang itu gelap, dikarenakan awan hitam yang menutupi cahaya bulan, dan tanah menjadi licin karena air hujan. Jika bukan karena pengalaman aku pasti sudah dimakan.
Tapi, mau seberapa lamanya aku berlari menelusuri jurang ini, aku tidak pernah lolos dari monster-monster sialan ini.
Selama aku berlari menyelamatkan diri, aku bisa melihat ada banyak monster yang tidur dalam jurang.
Kegaduhan dan kebisingan yang aku buat dalam menyelamatkan dan melarikan diri, membuat mereka bangun sebelum ikut serta dalam pengerjaan.
Bukannya jumlah monster itu berkurang, itu malah bertambah menjadi tiga puluh ekor.
"Kapan ini akan berakhir! Jika ini di hutan mungkin aku bisa selamat dengan memanjat pohon, tapi ini adalah jurang, dan itu juga lumayan tinggi untuk dipanjat."
Licinnya dinding jurang karena air hujan bukanlah masalah besar bagiku. Masalahnya adalah monster yang mengejarku adalah goblin, mereka memiliki bentuk tubuh humanoid, dengan begitu mereka juga bisa memanjat.
Jika aku memaksakan untuk memanjat dinding jurang, mereka pasti akan ikut memanjat dan menangkap aku duluan sebelum aku berhasil menaiki, disaat itulah aku pasti akan terjatuh di tengah gelombang goblin ini, dan tamat sudah kehidupanku ini
"Hahh … hahhh…" aku bernafas terengah-engah dangan lalah yang terasa. "Sialan … staminaku juga sudah mau habis.
Gelegar
Sebuah suara geledek yang meraung beserta kilat berkelebat di langit. Cahaya kilat yang singkat itu menabrak dinding jurang menciptakan keberuntungan bagiku, sebuah gua di dinding jurang terlihat di dekatku.
"Keberuntungan!"
Dengan cepat aku mendaki dinding jurang itu untuk mencapai gua dengan segenap usaha dan stamina yang tersisa.
"Dengan tinggi seperti ini aku bisa mendaki dengan cepat sebelum tertangkap para goblin itu."
Tepat ketika tanganku meraih mulut gua, kakiku sudah dicengkeram oleh goblin.
Aku melawan dengan menginjakkan kakiku di kepala goblin itu; berusaha menjatuhkannya dan melepaskan tangannya dari kakiku.
"Sialan, jatuhlah."
Dengan segenap usaha dan stamina yang tersisa, goblin itu berhasil aku jatuhkan ke bawah dan aku berhasil tiba dengan selamat di mulut gua itu. Tapi ini bukanlah akhir. Para goblin sialan itu masih berusaha memanjat dan mengejarku.
"Keluarkan flame blade!"
Dengan perintahku, brankas emas mengeluarkan sebuah pedang tanpa pelindung gagang. Bilah pedang yang ramping itu terselimuti oleh api yang terus-menerus membara. Api ini mengkonsumsi energi spiritual di sekitar, selama masih ada energi spiritual di sekitar, api ini tidak akan pernah padam.
Dengan segenap tenaga yang tersisa aku mengayunkan flame blade ke goblin yang masih memanjat; yang masih berusaha untuk menangkap dan memangsa ku.
Satu demi satu goblin terjatuh berkat usaha yang kulakukan dan beserta posisiku yang menguntungkan.
Grawl
Roar
Rarrkk
Para goblin itu meraung-raung saat aku menebas sebelum mereka jatuh kebawah. Makhluk ini sangatlah bodoh, meskipun sudah melihat banyaknya anggota mereka yang mati, mereka tetap berusaha untuk menangkap ku. Tapi itu adalah hal yang normal, Ini adalah salah satu karakteristik dari monster, mereka semua bodoh.
"Akhirnya selesai."
Dari atas aku bisa dengan jelas melihat tumpukan mayat goblin yang aku bunuh dan jatuhkan.
Aku menjatuhkan tubuhku ke tanah karena kelelahan, dan bersandar di dinding gua.
Melihat flame blade di tangan kananku yang masih membara dengan api.
"Selalu berguna ini artefak."
Aku tidak mengeluarkannya tadi karena tidak mungkin bisa menghadapi goblin menggunakan artefak ini. Goblin itu lebih lemah dari kebanyakan manusia biasa. Tapi mereka memiliki jumlah yang banyak.
Aku menancapkan flame blade ke tanah dan menggunakannya sebagai penerangan dan penghangat.
Aku melepas bajuku dan mengeringkannya sebelum memakainya lagi. Setelah itu aku memikirkan masalah selanjutnya.
"Aku lapar."
Tapi tidak masalah.
"Brankas emas keluarkan makanan!"
Tidak ada yang keluar.
Tentu saja tidak ada yang keluar. Lagipula itu hanya mengeluarkan yang aku simpan di dalamnya, bukan menciptakan apa yang aku mau.
Satu hal yang aku pikirkan ketika bereinkarnasi, aku akan kembali dilahirkan menjadi bayi, seperti yang pertama kali. Dan hal yang pertama aku bayangkan untuk dimakan adalah susu yang keluar dari payudara ketika aku menghisapnya. Karena itulah, aku sama sekali tidak menyiapkan makanan.
"Sialan, jika aku tahu begini aku akan menyimpan makanan. Penyesalan selalu di akhir."
Goblin juga tidak bisa dimakan. Keluar untuk berburu disaat seperti ini bukanlah hal yang bagus.
"Awan hitam mengambang di angkasa.
Lagit malam menangis di hutan.
Sang Transenden meratapi dirinya di dalam sunyi gua.
Hanya bisa menangisi dirinya yang kelaparan. "
Apa yang harus aku lakukan?
Pilihanku hanya di sekitar angka tiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Chou12999
Thor mohon untuk ucapan pakai pihak ketiga jangan pihak pertama kata Aku dan ku
pakai nama aja Thor
saudaraku mohon ini yg sering baca novel saya gk enak baca pakai pihak pertama
2022-07-09
1
Nurul
Antara 'beberapa' dan 'seberapa' pilih satu kata saja agar pembaca tidak bingung.OK!
2022-06-24
1
Nurul
Semuanya serba 'Dengan segudang harta...' terus
2022-06-24
0