Pil dewa relik, tentu saja itu diciptakan oleh pengguna relik. Lebih tepatnya ini adalah warisan dewa relik.
Sebenarnya, Sebagai seorang pengguna artefak, aku memiliki sedikit rasisme Kepada pengguna relik. Ini timbul dari rasa superioritas yang aku miliki kepada mereka. Bagaimana tidak, setiap kali aku bertarung dengan mereka, hanya dengan lima puluh persen dari kekuatanku aku bisa menang.
Bukan itu saja, rasisme ini juga timbul dari lingkungan sosial penyihir di dunia Akisena. Para penyihir Akisena, itu selalu menganggap para pengguna relik itu sebagai orang yang yang ingin mendapatkan kekuatan dengan cara yang cepat.
Penyihir, untuk bisa menggunakan sihir itu harus memahami hukum sihir, membentuk sihir sigil, mengukir sihir seni. Dalam prosesnya itu bisa sangat panjang. Tapi sekarang bagaimana dengan pengguna relik, mereka hanya perlu mendapatkan relik, mereka tidak perlu memahami hukum, membentuk sigil, mengukir seni. Yang harus mereka lakukan hanyalah mendapatkan relik, setelah itu mereka sudah bisa menggunakan sihir, tidak atau lebih tepatnya menggunakan keterampilan dalam relik itu.
Bukan itu saja, kebanyakan pengguna relik itu sangat lemah, dan juga tidak efisien, jika mereka sudah naik peringkat dua relik peringkat satu tidak akan berguna lagi. Ini sangat berbeda dengan pengguna sigil, seni, maupun artefak.
Dan juga, aku tidak pernah kalah dari pengguna relik.
Hahh...... ya ampun, aku selalu bertanya kepada mereka kenapa mereka, kenapa menjadi pengguna relik? Dan jawabannya selalu satu, untuk mendapatkan kekuatan secara instan.
Inilah alasan kenapa banyaknya penyihir memiliki rasisme terhadap mereka. Tak terkecuali aku.
" Dan sekarang aku harus mengandalkan warisan dewa relik agar aku bisa menjadi kuat. Hahhh.... tidak ada pilihan lain. "
Dengan berat hati aku, menelan pil itu. Dan aku bisa merasakan pil itu membentuk sebuah roh di dalam tubuhku. Tapi pembentukan itu terasa sangat lama.
"Apa yang harus aku lakukan selagi menunggu." Sebuah pikiran melintasi pikiranku. "Menelusuri jurang bukan hal yang buruk, dengan tubuh chaotic imitation, monster disekitar sini bukanlah apa-apa, dan juga ini untuk menyesuaikan diri dengan tubuh baru."
...****************...
Lucy.
Lucy adalah namaku. Hanya Lucy.
Orang yang memberikan nama ini pasti adalah orang yang tidak mau repot-repot memikirkan sebuah nama. Dan terkesan seperti memberikan nama secara acak. Tapi aku tidak membenci orang tuaku. Meski mereka memberikan nama perempuan.
Di alam semesta yang luas ini hanya ada dua orang yang aku akui sebagai orang tua, meski aku memiliki tiga kehidupan. Itu adalah orang tuaku dari kehidupanku yang pertama. Sayangnya ibuku mati saat usiaku delapan belas tahun dan ayahku mati saat usiaku sembilan belas tahun. Dan aku mati saat usiaku dua puluh tahun. Satu keluarga matinya berturut-turut.
Di kehidupanku yang kedua. Dua pihak yang turut serta akan kelahiranku di dunia, tidak aku akui sebagai orang tua. Karena mereka membuangku saat aku masih bayi hanya karena bakat rohku yang lebih buruk dari manusia rata-rata.
Sialan, jika aku bukan reincarnator aku pasti sudah mati di jalanan karena kelaparan.
Bakat rohku memang buruk, rohku lebih kecil dari manusia rata-rata, tapi Untunglah tubuh milikku lebih baik dari bayi pada umumnya. Aku sudah bisa berjalan tidak lama setelah aku lahir. Dengan tubuh seperti itu aku bisa bertahan hidup satu minggu. Setelah itu aku dipungut seseorang dan dibawa ke panti asuhan.
Di kehidupanku yang ketiga, aku bahkan tidak memiliki orang tua.
Dan sekarang, sudah sekitar satu jam aku menelusuri jurang ini.
"Tiga ratus enam puluh lima. Banyak juga goblin yang aku bunuh, dan aku juga masih belum lelah. Tubuh ini memang luar biasa. Seperti yang aku harapkan dengan salah satu mahakarya yang pernah aku ciptakan."
Dan pembentukan rohku juga masih belum selesai.
Ohh … ada sesuatu di depan.
Kerangka? kerangka manusia. Kenapa hal seperti itu ada disini? Di ujung jurang.
Dilihat dari pakaiannya itu sudah ada disini sejak sekitar dua tahun.
Hmm … enam tulang rusuknya patah, tangan kanannya hilang, tengkoraknya retak, dan semua tulang kaki kirinya hancur.
Pasti orang ini habis bertarung dan tapi setelah itu karena luka yang diderita.
Orang yang mati sendirian di dalam hutan tanpa penguburan biasanya adalah penyihir setan. Terserahlah setan atau bukan. aku tidak tertarik dengan itu, aku hanya tertarik dengan cincin di jari telunjuk tangan kirinya.
Aku mengeluarkan dan mengambil cincin itu sebelum mengamatinya.
"Ini … benda sihir. Lebih tepatnya sebuah benda penyimpanan spasial. "
Benda sihir penyimpanan spasial, atau yang kadangkala disebut penyimpanan spasial atau benda spasial saja. Itu merupakan sebuah benda yang mampu menyimpan sebuah benda yang melebihi volumenya. Karena terdapat sebuah ruang tersendiri di dalamnya.
Contohnya cincin ini. Meskipun ini hanyalah cincin kecil, ini mampu menyimpan sebuah pedang, tombak, dan apapun yang lebih besar darinya.
Yang lebih untungnya lagi, pemakainya tidak akan merasakan berat benda yang disimpan didalamnya.
Tapi itu juga ada batasannya. Ada batasan dalam volumenya. Jika maksimalnya adalah bervolume sepuluh meter, maka tidak mungkin menyimpan benda yang memiliki volume melebihi itu.
Penyimpanan spasial juga kebanyakan tidak bisa menyimpan benda hidup.
Aku juga memiliki benda semacam ini. Bukan benda sihir, lebih tepatnya adalah sebuah artefak. Ramuan penyembuhan, telur tubuh chaotic imitation, flame blade. Semua itu berasal dari artefak penyimpanan milikku.
Artefak penyimpanan ku sebenarnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan cincin ini. Itu hanya berukuran sekecil debu. Itu terletak di dalam tubuhku, atau lebih tepatnya berada di kepalaku.
Meskipun ini sangat kecil, volume yang diberikan sangat besar, aku sendiri tidak tahu batasannya. Tapi yang pasti … aku pernah berhasil menyimpan sebuah benua didalam artefak ini.
Artefak ini namanya brankas emas, peringkat EX, peringkat tertinggi dari peringkat artefak.
Cincin yang aku pegang sekarang tidak bisa dibandingkan dengan brankas emas. Ini sama saja membandingkan kotoran dengan berlian, atau bahkan lebih dari itu.
Dan juga, semua hartaku dari kehidupanku yang kedua, yang akau bawa di kehidupan ini, aku menyimpannya di dalam brankas emas.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan terhadap cincin ini. Ini tidak seperti brankas emas yang hanya dengan perintah bisa menyimpan dan mengeluarkan benda. Cincin ini perlu menggunakan mana. Tapi karena keadaan rohku sekarang aku tidak memiliki mana karena sedang dalam masa pembentukan. Meski begitu, jika aku menghancurkan cincin ini, maka benda yang ada didalamnya akan tumpah keluar. Mungkin saja akan ada harta. "
Aku memegangnya menggunakan jari telunjuk dan jari jempol. Menekannya menggunakan kedua jari, aku berusaha menghancurkannya.
Crang
Hancurlah benda itu sebelum mengeluarkan sebuah benda.
"Kristal? "
Hanya ada kristal emas yang keluar.
Itu adalah kristal sigil.
Kristal sigil. Ini memang berharga. Tapi kristal sigil apa ini?
Dengan kekuatanku sekarang, kelihatannya aku tidak bisa menilainya.
"Nanti aku akan tanya ke phoenix itu."
Kemungkinan orang itu, yang lebih berpengalaman dariku tahu jenis apa sigil didalam kristal ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Nurul
di jalanan
2022-06-24
1