Pagi pun sudah beralih menjadi malam, setelah tadi ada tragedi mama Erlin mengancam Ardi anaknya dengan naik ke atas lantai dua dan mencoba untuk lompat, akhirnya mau tidak mau Ardi harus menuruti keinginan mamanya yang menyuruhnya untuk menemui keluarga Delisa malam ini.
Di dalam kamar Ardi sudah begitu rapi menggunakan kemeja dengan di padukan celana panjang, Ardi sudah berdiri di depan istri tercinta yang terlihat mencoba kuat dan tidak menangis.
"Maafkan aku sayang, aku tidak punya pilihan lain, aku menyayangimu, tapi kamu tau sendiri kan mama seperti apa." Ardi yang sudah menyentuh wajah istrinya.
"Kenapa kamu tidak menceriakanku saja mas, lebih baik aku di cerai dari pada aku harus di madu, dan melihatmu mempunyai istri baru."
"Sayang.. aku tidak akan menceraikanmu, dan sampai kapan pun kita tidak akan bercerai, aku akan menikah dengan Delisa karena kemauan mama, bukan kemauan ku, dan kamu akan tetap jadi yang pertama bagiku, kamu tidak akan tergantikan oleh siapa pun sayang, aku akan selalu menyayangimu." Ardi yang memberi penjelasan kepada istrinya bahwa ini semua bukan keinginannya.
"Bagaimana jika Delisa bisa memberi mas keturunan, pasti mas akan bahagia bukan kalau Delisa bisa memberikan seorang anak."
"Aku tidak akan pernah menyentuh Delisa." sahut Ardi dengan ketus."Aku hanya mau menyentuh tubuhmu saja."
"Tidak mas, mas tidak boleh seperti itu, jika mas berani menikahi Delisa, mas juga harus berani memberikan nafkah secara lahir dan batin, itu sudah menjadi kewajiban mas." ucap Adira.
"Tapi pernikahan ini bukan kemauanku Adira, aku juga tidak mencintai Delisa, bagaimana aku bisa menyentuh tubuhnya."
"Lama-kelamaan kamu pasti bisa, percaya itu." Adira yang sudah mengusap rambut suaminya dengan lembut.
"Aku menyayangimu Adira, aku sangat menyayangimu, maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu." Ardi yang langsung memeluk tubuh istrinya, sesekali mengecup kening istrinya.
"Aku juga menyayangimu mas, aku yang seharusnya minta maaf karena belum bisa memberikanmu keturunan." Adira yang sudah mengusap pundak suaminya.
"Tidak.. jangan bicara seperti itu, aku yakin kamu pasti bisa memberi ku keturunan."
"Berjanjilah padaku ya mas, berjanjilah jika mas akan tetap menyayangiku setelah menikah dan mempunyai anak dari Delisa." Adira yang sudah mendongakkan kepalanya menatap wajah suaminya.
"Tanpa kamu minta, aku akan tetap mencintaimu dan menyayangimu sayang, aku akan tetap menyangimu sampai kapan pun."
Adira yang mendengar ucapan suaminya sudah berkaca-kaca, namun dia mencoba untuk kuat, dan menerima bahwa suaminya akan berpoligami, walupun Adira tau itu bukan keinginan suaminya, hanya karena desakan dari sang mertua yang cepat menginginkan cucu.
Saat Ardi dan Adira masih berpelukan tiba-tiba pintu kamar terbuka.
"Ceklak." membuat Ardi dan Adira menoleh bersamaan ke arah pintu.
"Ayo Ardi, keluarga Delisa sudah datang, kita harus segera menemuinya." ucap mama Erlin.
Ardi pun seketika kembali menatap wajah istrinya. "Sayang." ucap Ardi lirih, dan Adira pun hanya mengangguk pelan memberi isyarat bahwa dirinya mengizinkan Ardi untuk menemui keluarga Delisa.
"Kamu ikut ke depan ya?." ucap Ardi lagi.
"Eh.. ngapain kamu ajak wanita mandul itu menemui keluarga besar Delisa, engga-engga.. mama tidak mengizinkan, buat malu saja." ucap mama Erlin yang masih di ambang pintu.
"Ma, bagaimana pun Adira adalah istri Ardi yang pertama, tanpa seizin istri pertama suami tidak boleh menikah lagi, alias poligami." jelas Ardi. "Ardi akan membawa Adira kedepan, menemui keluarga Delisa, kalau mama tidak setuju, Ardi juga tidak akan mau menemui keluarga Delisa." ancam Ardi.
"Iya-iya.. terserah kamu, bawa saja wanita mandul itu, tapi ingat ya, awas wanita itu membuat masalah, langsung mama buang dari rumah ini!." ucap mama Erlin begitu pedas menyayat hati.
"Cepat keluar, mama tunggu di ruang tamu." lanjut mama Erlin yang sudah kembali menutup pintu kamar.
"Sayang kamu benar tidak apa-apa kan?." tanya Ardi sekali lagi.
"Iya sayang.. aku tidak apa-apa." jawab Adira dengan sangat kuat, namun di dalam hati justru sebaliknya, hatinya benar-benar hancur, tidak bisa membayangkan jika suaminya nanti menilkah dengan Delisa.
"Ayo kita keluar." Ardi yang sudah melingkarkan tangannya di pinggang sang istri melangkah keluar dari kamar.
Ardi dan Adira pun sudah tiba di ruang tamu, di ruang tamu sudah banyak keluarga Delisa, dan tentu saja juga ada Delisa.
"Hay Ardi, apa kabar kamu, kok makin ganteng aja sih?." Delisa yang sudah beranjak berdiri mendekati Ardi.
Adira bisa melihat wanita cantik, tinggi, mempunyai boddy golas, dan tentu saja juga sangat modis. Begitu terlihat jauh darinya, yang hanya tampil biasa-biasa saja, bahkan hanya menggunakan bedak dan lisptik saja.
"Apakah ini menantumu itu jeng Erlin?." tanya seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik dan elegan, seperti mama Erlin yang sudah berumur tapi masih terlihat cantik, dia adalah mama Delisa yang bernama tante Siska.
"Iya, dia istri Ardi." jawab mama Erlin dengan malas mengakui bahwa Adira adalah menantunya.
"Kamu tampan-tampan kok selera nya rendahan sih Ardi, cari itu yang kaya Delisa dong, cantik dan berpendidikan, bahkan model papan atas." ucap tante Siska yang menyanjung anaknya sendiri.
"Istrimu ini bisa apa, dan bekerja apa, apa dia hanya wanita rumah tangga, bisanya di dapur doang, eh denger-dengar juga mandul ya, gak bisa punya anak." celetuk tante Siska.
"Maaf tante, jika tante datang ke sini hanya untuk menghina dan menginjak-ijak nama istri saya, lebih baik tante kembali pulang saja." Ardi yang tidak terima Adira di hina.
"Eh.. kamu usir tante, bukankah yang tante ucapkan memang benar, bahkan mamamu juga sering cerita kepada tante, bahwa istrimu itu man_".
"Stop.. stop tante, jangan pernah bilang lagi bahwa istri saya itu mandul!." Ardi yang semakin marah.
Adira yang masih berdiri di samping Ardi hanya bisa menunduk saja, bahkan bukan hanya keluarga suaminya yang menghinanya, bahkan orang tua Delisa pun juga menghinanya. Hatinya semakin hancur bagai kaca jatuh di lantai berserakan tanpa bisa kembali utuh seperti semula.
"Ma.. jangan bilang seperti itu, tidak baik, mama juga punya anak perempuan, yaitu Delisa, bagaimana kalau anak mama yang mandul, ucapan itu adalah doa." ucap tuan Abraham yaitu suami tante Siska.
Tante Siska yang mendengar ucapan suaminya tersenyum kecut. "Tidak mungkin Delisa mandul, secara dia kan anakku, anak orang kaya."
Mama Erlin yang melihat kondisi semakin tak kondusif segera mencairkan suasana. "Sudah-sudah jangan berdebat, ayo kita lanjutkan saja memilih tanggal untuk pernikahan Ardi dan juga Delisa, ayo Delisa yang cantik duduk kembali, ayo Ardi kamu juga duduk." ucap mama Erlin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Dewi Dama
ada y...mertua dan calon besan yg seperti..ini...kata nya orang kayaa...tpi..kok mulut nya kayak orang...gk.ber pendidikan..alias mulut comberan
2024-12-20
0
Yanti Agejul
boleh gsk thor aku Semprotin cairan pembasmi Hama.....emosi aku
2022-11-21
1
Mamahe 3E
jahat bgt ya..
kl aq jd adira mending pergi aja
2022-07-03
1