Aku Tidak Mandul Ibu Mertua
Adira Alin Harmita atau yang biasa di sapa Dira, baru saja tiba di rumah setelah belanja di pasar bersama bik Sumi ART di rumah mertuanya. Adira baru saja meletakkan sayur mayur dan beberapa perlengkapan dapur di atas meja dapur. Namun Adira seketika menghentikan kegiatannya saat mendengar suara yang cukup kencang terdengar di telinganya, yaitu suara mama Erlin ibu mertuanya. Dan tidak lama Adira pun juga mendengar suara suaminya, ya benar mama Erlin sedang berdebat dengan anak laki-lakinya yaitu Marlio Ardian Mahesa, atau yang biasa di sapa Ardi.
Adira yang mendengar perdebatan mereka berdua seketika mencoba untuk mendekat.
"Bentar ya bik." Adira yang sudah menepuk pundak bik Sumi.
"Iya nyonya." jawab bik Sumi sedikit mengangguk.
Adira berjalan pelan, ternyata suara itu bersumber dari ruang keluarga, yang tidak jauh dari dapur dan ruang makan. Adira terus berjalan pelan namun seketika langkahnya terhenti begitu saja karena mendengar ucapan ibu mertuanya yang begitu menyakitkan masuk ke dalam hati yang paling dalam.
"Ceraikan Adira Ar, dia tidak pantas bersamamu." ucap mama Erlin yang berdiri di depan Ardi anaknya.
"Kenapa mama selalu meminta aku untuk menceraikan Adira, kita berdua saling mencintai ma." sangkal Ardi yang tidak setuju dengan ucapan mamanya.
"Adira itu wanita mandul, dia tidak bisa memberikan keturunan, apa kamu mau hidup bersama dengan wanita yang tidak bisa memberikan anak?."
"Adira itu tidak mandul ma." Ardi yang tidak terima istrinya di katakan mandul.
"Buktinya? dia sampai sekarang juga belum hamil."
"Mungkin Allah belum mengizinkan kita untuk menjaga amanahnya, yaitu seorang anak." sahut Ardi.
"Halah.. Pernikahan kalian itu sudah memasuki umur satu tahun, tapi mana Adira juga belum hamil, apa lagi kalau tidak mandul, lihatlah istri Samuel, mereka baru saja menikah 4 bulan, tapi istrinya sudah hamil 2 bulan."
"Rezeki orang itu berbeda-beda ma, toh juga aku dan Adira menikah baru 1 tahun, banyak yang menikah sudah 3 sampai 5 tahun belum di karuniai anak, tapi bukan berarti istri mereka mandul, tapi karena Allah belum mengizinkan amanahnya di titipkan kepada mereka, karena anak itu adalah amanah dari tuhan yang harus di jaga, tapi mereka tidak menyerah terus berikhtiar dan berusaha untuk bisa mendapatkan momongan."
"Sekarang kamu berani ya menjawab ucapan mama setelah menikah dengan wanita kampungan itu."
"Ardi tidak membantah atau mencoba melawan mama, tapi Ardi mencoba menjelaskan kepada mama, bahwa istri Ardi tidak mandul. Ardi dan Adira juga sedang berusaha untuk memberikan cucu kepada mama dengan selalu berkunsultasi ke dokter, dan menjalani beberapa terapi, jadi Ardi mohon mama bersabarlah kita berdua akan segera memberikan cucu untuk mama."
"Bersabar sampai kapan? sampai mama tua? sampai wajah keriput dan semua rambut sudah ubanan? sudah lah Ar apa susahnya kamu tinggalkan wanita itu, masih banyak wanita yang lebih cantik, dan pintar dari dia, tentunya juga cepat memberikan keturunan untuk keluarga besar kita, agar bisa menjadi penerusmu nanti, menikah lah lagi, kalau tidak menikahlah dengan Delisa wanita yang sudah mama jodohkan denganmu." ucap mama Erlin.
"Ardi tidak pernah mencintai Delisa ma, Ardi hanya mencintai Adira, dan sampai kapan pun Ardi tidak akan pernah menceraikan Adira." ucap Ardi dengan tegas.
"Cinta itu bisa belakangan, yang penting kalian sama-sama mau dulu, Delisa juga cantik dia model papan atas, bahkan terlahir dari keluarga kaya, tidak seperti Adira."
"Stop ma, stop.. tolong jangan terus menjelekkan Adira, Adira itu istriku, menantu mama yang juga anak mama."
"Tidak.. sampai kapan pun mama tidak akan menganggap Adira sebagai menantu mama, dan cepat ceraikan dia, dan menikahlah lagi!." mama Erlin yang sudah pergi begitu saja dari hadapan Ardi.
Adira yang masih di balik tembok ruang makan, berdiri terdiam mematung mendengar ucapan ibu mertuanya, bukan hanya satu kali atau dua kali Adira mendengar mertuanya berbicara bahwa Adira adalah wanita mandul, tidak bisa mempunyai keturunan. Hampir setiap hari Adira mendengar mertuanya berbicara seperti itu, dan selalu mendesak suaminya untuk segera menceriakan dirinya. Hati Adira begitu sakit bagaikan tersayat beribu-ribu peso yang sangat tajam. Air matanya pun sudah tumpah ruah membasahi pipi mulusnya. Adira begitu terluka mendengar semua makian dan cacian sang mertua.
Kehadiran dirinya selama satu tahun di rumah sang mertua tidak pernah di anggap dan tidak pernah di hargai, dia hanya di anggap sebagai pembantu bukan istri dan juga menantu di keluarga Mahesa.
Ardi adalah anak tunggal, itu yang membuat Ardi tidak bisa meninggalkan orang tuanya, sebenarnya Ardi berniatan untuk mempunyai rumah sendiri bersama Adira, namun karena papa Ardi sakit-sakitan ia harus ikut bersama mamanya untuk ikut membantu menjaga sang papa yang sedang berbaring di tempat tidur karena gejala setruk.
"Kapan di mata mertuaku aku baik dan benar." Adira yang terus menitihkan air matanya.
Namun saat Adira masih berdiri di sebalik tembok, tiba-tiba Ardi datang dengan tubuh sedikit terkejut melihat istrinya sedang berdiri tidak jauh dari pintu ruang makan.
"Sayang kamu ngapain di sini?." tanya Ardi yang mendekat ke arah Adira.
"Ah itu.. aku sedang mau buat sarapan mas." jawab Adira sambil menyeka air matanya.
Ardi bisa melihat bahwa Adira baru saja menangis, Ardi sudah tau pasti Adira juga mendengar perdebatanya bersama mamanya.
"Kamu jangan masukin ke hati ya ucapan mama, mama begitu hanya karena marah saja." Ardi yang sudah memeluk sang istri di dekapannya.
"Tapi yang di bilang mama memang benar mas, aku wanita tidak berguna dan tidak bisa memberikan_."
"Sutsss.. jangan berbicara seperti itu, kamu ingat kan ucapan dokter waktu itu, bahwa kamu dan aku sama-sama sehat, tidak mempunyai kelainan dan penyakit apapun, mungkin Allah belum menginginkan kita untuk mempunyai baby dulu." Ardi yang mencoba menenangkan Adira.
"Iya mas.. tapi kan tetap saja di mata mama dan di mata orang-orang aku adalah wanita mandul." Adira yang begitu sedih di pelukan Ardi.
"Jangan hiraukan perkataan orang lain, yang penting Kita sudah berusaha untuk mendapatkan momongan, sisanya kita serahkan pada yang di atas, besuk kita buktikan saja kepada mereka bahwa kita bisa memiliki momongan." Ardi yang sudah mengecup kening istrinya.
Adira yang mendengar ucapan Ardi seketika menjadi tenang, dia benar-benar merasa bersyukur mendapat laki-laki seperti Ardi yang selalu menyayanginya, sabar dan mencoba memahami semua isi hati seorang istri.
"Sudah ayo ke kamar." Ajak Ardi sudah melingkarkan tangannya di pinggang Adira.
"Ta_tapi aku belum buat sarapan mas, nanti mama marah."
"Biar bik Sumi yang buat sarapan, kamu itu istri aku, yaitu nyonya Ardian bukan pembantu di rumah ini." ucap Ardi.
.
.
.
.
Selamat mampir di karya aku kakak-kakak semua.
Jangan baper ya, karena Novel ini kedepannya akan menyajikan kisah lika-liku kehidupan rumah tangga.
Semoga kalian suka dan menjadi favorit kalian.
Jangan lupa tinggalkan jejak seperti like, komment, dan Vote.
Selamat membaca, sarang heoo ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
paling tidak bagus kalo mertua selalu ikut campur urusan rumah tangga anaknya
2024-03-17
0
menik rachmawati
ya tapi dalam agama, perempuan yang dihina seperti itu alasanya surga, tapi mana tahan, kalo saya udah saya tinggalun/Scream/
2024-02-19
0
Lena Sari
hmmm...kpn ya mantu mertua bisa akur?????
2023-08-12
0