Di rumah besar milik mertua Adira sudah di penuhi dengan para tamu undangan, dan ini hari di mana Adira harus menyaksikan dan mengikhlaskan sang suami menikah lagi. Adira sudah melihat laki-laki yang ia cintai sudah duduk bersebelahan dengan wanita yang Adira tau tidak di inginkan oleh suaminya, dua sepasang pengantin sudah di tudungkan kain berenda berwarna putih di kepelanya.
Hari ini adalah hari bersejarah yang tak kan pernah di lupakan oleh Adira, laki-laki yang dulu menikahinya 1 tahun silam, sekarang harus membagi tubuh dan waktunya untuk istri kedua. Adira melihat sang suami sudah berjabat tangan dengan pak penghulu, namun sebelum Ardi memulia ijab Qobul, Ardi menatap wajah sang istri terlebih dahulu yang duduk tidak jauh darinya.
Ardi bisa melihat tatapan Adira penuh makna, mata berkaca-kaca mengisyaratkan bahwa hatinya terluka dan sulit untuk mengiklaskan. Ardi tatap lamat-lamat wajah wanita cantik berkulit putih bersih tersebut, ia terlihat sangat sederhana dan apa adanya.
"Maafkan aku Adira, maafkan aku telah melukai hatimu, tapi aku janji, sayangku tidak akan pernah berkurang sedikit pun untukmu nanti." ucap Ardi di dalam hati terus menatap Adira.
"Bagaimana pak? apa sudah siap?." tanya pak penghulu menyadarkan lamunan Ardi, dan Ardi pun hanya mengaguk pelan.
Dan tidak lama kata "SAH" pun sudah terdengar begitu menggema. Ardi dan Delisa sudah sah menjadi sepasang suami, istri. Ardi sudah mengecup kening Delisa dan Delisa pun sudah mencium punggung tangan suaminya. Banyak wajah yang terlihat bahagia dengan pernikahan Ardi dan Delisa, begitupun mama Erlin dan juga tante Siska, tertawa penuh kebahagian. Namun tidak hal nya untuk Adira. Butiran air jernih pun sudah lolos begitu saja membasahi pipi mulusnya, namun seketika ia langsung seka air mata tersebut.
"Aku yakin rencanamu indah tuhan, aku yakin di balik semua ini, engkau telah menyiapkan kebahagian yang tiada tara untukku nanti." ucap Adira di dalam hati.
Delisa yang sudah sah menjadi istri Ardi pun seketika langsung menatap ke arah Adira, dengan senyum sinis Delisa lontarkan ke kepada Adira yang terlihat wajahnya begitu sedih. Adira langsung paham dengan raut wajah Delisa bahwa dirinya mengisyaratkan senyum kemenangan.
Hari pun semakin sore, dan sebentar lagi acara pernikahan Ardi dan Delisa selesai, dari tadi pagi Adira belum bertemu dengan suaminya, hanya jumpa di acara ijab Qobul, itu saja hanya saling pandang, karena Ardi begitu sangat sibuk menemui para tamu undangan dan keluarga Delisa, bahkan Delisa terus saja mengikuti di mana pun Ardi berada.
"Ehh.. itu kan istri Ardi yang pertama?." ucap salah satu ibu-ibu yang terlihat modis berjalan di depan Adira bersama rekan-rekannya.
"Iya itu istrinya." jawab wanita yang lainnya.
"Pantas saja Ardi nikah lagi, istrinya aja buluk kaya gitu, beda jauh sama yang baru."
"Iya lah, secara yang istri barunya ini model papan atas, terkenal di mana-mana."
"Dan dengar-dengar dia juga mandul."
"Oh iya? masak sih mandul?."
Adira yang mendengar dirinya di hina pun langsung melangkah pergi untuk menuju ke kamar, namun saat Adira akan masuk kamar tiba-tiba di panggil oleh Ardi yang sedang bersama Delisa dan juga mama Erlin.
"Adira? sayang." Ardi yang sudah berjalan menghampiri istri pertamanya.
"Eh mas.. mas kemana aja kok baru kelihatan?." tanya Adira berdiri di depan Ardi.
Delisa yang melihat Ardi menghampiri Adira pun juga mendekat. "Eh kamu wanita..." Delisa yang menjeda ucapannya karena di tatap tajam oleh Ardi.
"Eh kamu Adira_." ucap Delisa lagi.
"Apa kamu tidak bisa panggil Adira dengan sebutan kakak atau mbak, Adira saja menghormati kamu memanggil dengan sebutan mbak." ucap Ardi.
"Ah.. kelamaan sayang, yang penting kan nama dia Adira." Delisa yang menatap Ardi. "Kamu malam ini jangan tidur di kamar ini, tidurlah di kamar lain, karena kamar ini sekarang menjadi kamar aku dan mas Ardi." tegas Delisa.
Adira yang mendengar ucapan Delisa tidak setuju. "Loh kamar ini kan dari awal sudah kamar saya dan mas Ardi mbak, dan kita sudah satu tahun tempati kamar ini."
"Ya bodo amat, mau satu tahun kek, mau dua atau lima tahun kek bukan urusan aku, pokoknya malam ini, kamu harus beresi semua barang-barang kamu dari kamar ini, tanpa terkecuali." ucap Delisa lagi.
"Kamu ini apa-apa an sih Del, kamu dan aku bisa tempati kamar yang lain, biarkan kamar ini di tempati oleh Adira, aku tidak setuju kamu menempati kamar ini." Ardi yang menatap ke arah Delisa.
"Ya aku maunya kamar ini sayang, pokoknya aku mau tidur di kamar ini, dan Adira harus pergi." Delisa yang tetap bersi kokoh menempati kamar Ardi dan Adira.
"Kenapa kamu sangat merepotkan sekali, tinggal tidur aja repot banget, kamar juga masih banyak." ucap Ardi lagi.
"Mama.. lihat ma, mas Ardi tidak mau menuruti ke inginkan Delisa." rengek Delisa mengadu pada mama Erlin mertuannya.
Mama Erlin pun sudah berjalan mendekat kepada mereka ber tiga."Apa susahnya sih Ar turuti ke inginkan istrimu ini, Adira kan tinggal keluar lalu tidur di kamar lain, toh juga sama saja."
"Tapi kan dari awal menikah Ardi sudah nyaman di kamar ini sama Adira ma."
"Sudah-sudah jangan berdebat, eh.. kamu Adira cepat kemasi barang-barangmu, tidurlah di kamar dekat bik Sumi."
"Loh.. kok dekat bik Sumi sih ma, kamar itu kan kotor, dan dekat dapur, kan masih ada kamar yang lain yang masih bagus layak di tempati."
"Kamar yang lain mau di bersihkan dulu, kan kamar itu bisa dia bersihkan dulu sama Adira, lagian punya tangan buat apa?."
"Tapi kan ma_." Ardi yang masih tidak setuju.
"Sudah, mama capek." mama Erlin yang sudah pergi begitu saja meninggalkan mereka bertiga.
"Tuh.. kamu dengarkan mama Erlin bilang apa, pindah dari kamar ini sekarang, sudah sana cepat beresi barang-barang mu." Delisa yang sudah mendorong tubuh Adira untuk masuk ke dalam kamar.
"Gak usah dorong-dorong juga kalik Del, bagaimana pun Adira adalah istriku, dan kamu orang baru di rumah sini." ucap Ardi jengkel, lalu masuk ke dalam kamar bersama Adira.
Adira pun sudah ke sana kemari mengemasi baju dan juga barang-barangnya, dengan di bantu oleh Ardi.
"Sayang kamu tidak usah tidur di kamar itu, aku tidak setuju, tidurlah di kamar atas saja, aku akan bicara dengan mama." ucap Ardi yang sudah mengambil beberapa pakaian Adira di dalam almari.
"Tidak apa-apa sayang, toh juga sementara kan, habis itu aku akan pindah ke kamar atas."
"Kamu memang tidak pernah berubah selalu mengalah dan rendah hati." Ardi yang sudah mengelus rambut istrinya.
Delisa yang duduk di atas ranjang menatap jengkel kepada Adira, bahkan merasa mual melihat Ardi begitu perhatian kepada Adira.
"Kamu tu ngapain sih sayang bantu dia, ini tu malam pertama kita, seharusnya kita habiskan malam ini berdua, bukannya malah bantu beres-beres Adira." ucap Delisa terus menatap ke arah Ardi.
Ardi yang mendengar ucapan Delisa hanya diam, tanpa merespon.
"Sayang.. ayo kita tidur saja." rengek Delisa.
"Diam! kupingku panas mendengar kamu ngoceh terus, lama-lama gendang telingaku bisa pecah dengar suara cemprengmu itu.!" Ardi yang menatap Delisa lalu kembali melengoskan wajahnya ke arah almari.
"Kalian memang sama-sama menyebalkan!." Delisa yang sudah keluar dari kamar begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Dewi Dama
pergi ajaaa...
2024-12-20
0
kalea rizuky
cerai aja lah bodoh bgt mau di madu tolol
2024-07-09
1
Yunerty Blessa
perempuan tak tau malu
2024-03-17
0