Kemarahan Ardi

Adira sedang menyibukkan diri di dapur, sedang memasak cumi-cumi pedas untuk menu makan malam nanti, dengan penuh kesabaran Adira memasak untuk suami dan mertuanya.

"Nyonya muda kenapa sore ini masak banyak sekali, apa nanti malam ada tamu istimewa?." tanya bik Sumi yang sedang memotongi bawang merah.

"Entah bik, saya juga kurang tau, mungkin ada teman mama yang akan datang ke rumah, biasanya kan teman-teman arisan mama ke sini."

"Oh iya mungkin saja nyonya." sahut bik Sumi lagi.

Saat Adira masih menyibukkan diri di dapur, tiba-tiba dari arah ruang tamu Adira mendengar suara suaminya.

"Sepertinya mas Ardi sudah pulang bik."

"Iya sepertinya nyonya."

"Sebentar ya bik." Adira yang sudah cuci tangan di wastafel, lalu mengelap dengan tisu dan berjalan keluar dari dapur untuk menemui suaminya.

"Asalamualaikum, sayang aku pulang." teriak Ardi.

"Waalaikumsalam sayang." Adira yang berjalan mendekat ke arah suaminya, lalu langsung mencium tangan suaminya dan tidak lupa juga mengambil alih tas kerja suaminya.

"Kok lama keluarnya?." tanya Ardi lalu mengecup kening istrinya.

"Iya.. sibuk masak." jawab Adira.

"Masak apa?." Ardi yang sudah melingkarkan tangannya di pinggang Adira.

"Masak banyak sayang." jawab Adira sambil menatap wajah sang suami.

"Tumben, buat apa masak banyak?." tanya Ardi lagi karena penasaran.

"Gak tau." Adira yang sedikit mengangkat kedua pundaknya."mungkin teman mama mau main ke rumah."

"Oh." Ardi yang sedikit menggelangkan kepalanya.

Adira pun berjalan di samping Ardi untuk mengantarkan suaminya masuk ke dalam kamar, namun saat tiba di depan pintu kamar mama Erlin memanggil anaknya.

"Ardi?." panggil mama Erlin, dan seketika membuat Ardi dan Adira menoleh.

"Iya ma?." jawab Adira.

"Aku tidak memanggil mu, aku memanggil anakku!." ucap mama Erlin dengan ketus.

"Ada apa ma?." Ardi yang sudah berdiri di depan mamanya, dengan Adira terus di sampingnya.

"Nanti malam dandan lah yang rapi, pakailah kemeja yang bagus." ucap mama Erlin.

Ardi yang mendengar ucapan mamanya seketika langsung mengerutkan dahinya. "Buat apa Ardi pakai kemeja malam-malam, emang ada acara keluarga nanti malam?."

"Iya.. nanti malam keluarga Delisa akan datang ke rumah kita untuk membahas pernikahan kamu dengan Delisa." mama Erlin yang sedikit melirik pada Adira.

"Apa!." Ardi yang sangat terkejut dengan ucapan mamanya.

Deg..

Keluarga Delisa akan datang untuk membahas sebuah pernikahan? Adira yang mendengar ucapan mertuanya tidak kalah terkejutnya, tidak hanya sakit seperti di sayat peso, tapi kali ini Adira merasa seperti di timpa beribu-ribu batu panas dari neraka.

"Mama ini apa-apaan, buat apa orang tua Delisa ke sini, aku tidak akan menikah dengan Delisa, mama kan tau aku sudah punya Adira." jelas Ardi yang tidak setuju dengan kemauan mamanya.

"Kemarin kan mama sudah bilang ke padamu, cepat ceraikan istri tak berguna mu itu lalu menikahlah dengan Delisa."

"Tidak! apa mama fikir pernikahan itu main-main? hingga mama dengan mudah menyuruh ku untuk menikah lagi dengan wanita lain."

"Lalu buat apa kamu bertahan dengan seorang wanita yang tidak bisa memberimu keturunan?."

"Adira bisa memberi keturunan ma, bukankah Ardi sudah bilang kemarin, sabarlah.. kita berdua akan segera memberikan mama cucu."

"Sabar mama sudah habis Ardi, apakah satu tahun masih kurang lama? dan mama tidak mau tau, nanti malam keluarga Delisa akan kesini, kamu harus menemuinya, tidak mungkin mama akan membatalkannya."

"Tidak ma, aku tidak akan mau menikah dengan Delisa."

"Kalau kamu tidak mau menikah dengan Delisa, lebih baik mama mati, bukankah kamu lebih memilih wanita mandul itu dari pada mama, pilihlah dia Ardi, tapi mama akan mati, dengan begitu mama mengalah dari wanita mandul mu itu." ucap mama Erlin yang mengancam anaknya.

"Aku memilih mama dan juga memilih Adira, tapi tidak dengan memilih Delisa dan menikah dengannya, tolong lah ma, hargai Adira sebagai istri Ardi di rumah ini."

Adira yang masih berdiri di samping Ardi sudah mencengkram jas yang di kenakan suaminya, Adira benar-benar merasa sakit dan kecewa mendengar ucapan mertuanya, bahkan matanya pun sudah berkaca-kaca, namun Adira mencoba untuk menahannya agar tidak jatuh di depan mertuanya.

"Mama tidak mau tau, kamu harus menikah dengan Delisa, titik!." mama Erlin yang sudah berjalan pergi namun di cegah oleh Ardi.

"Ma.. Ardi mohon ma, jangan seperti ini, Ardi punya istri, tidak mungkin Ardi menikah lagi." Ardi yang terus memohon kepada mamanya.

"Ya sudah.. kalau kamu tidak mau menceraikan Adira, poligami saja, jadikan Delisa istri kedua, gampang kan?." ucap mama Erlin.

Ardi pun semakin geram dan tidak tahan dengan ucapan mamanya. "Mama sangat tega dengan Ardi, mama sangat tega dengan pernikahan Ardi dan Adira, mama benar-benar keterlaluan!." Ardi yang sudah menerka-nerka.

"Sekarang kamu berani membentak-bentak mama Ar, kenapa tidak sekalian kamu pukul mama, ayo pukul, pukul, biar kamu puas!." mama Erlin yang sudah meraih tangan Ardi lalu mengarahkan ke pipinya.

"Ardi tidak akan pernah membentak mama, kalau mama tidak keterlaluan!."

Adira yang melihat suaminya semakin tak terkendali pun segera menenangkannya. "Istighfar mas, istighfar.. dia adalah mama mu, tidak baik marah-marah seperti itu."

"Hanya karena membela wanita mandul itu." mama Erlin yang menunjuk ke arah Adira."Kamu sekarang berani dengan mama."

"Ardi sudah bilang berkali-kali kepada mama kalau Adira itu tidak mandul!." sentak Ardi lagi.

"Mas.. sudah..." Adira yang terus menenangkan suaminya.

"Puas kamu wanita mandul, setelah anakku menikah denganmu, anakku semakin berani denganku!." ucap mama Erlin menatap Adira dengan penuh kebencian lalu berjalan pergi meninggalkan Adira dan Ardi.

Di wajah Ardi masih terlihat raut wajah marah, Ardi memang anak yang keras kepala dan tidak suka di atur-atur, apa lagi di paksa.

"Sudah ayo ke kamar mas.. kamu pasti capek kan?." Adira yang sudah membuka pintu kamar.

Ardi dan Adira pun sudah masuk ke dalam kamar, Ardi sudah duduk di ujung ranjang tempat tidur, dan Adira sedang berdiri di depan suaminya untuk melepas dasi dan juga jas yang di kenakan suaminya.

"Semarah apapun mas, jangan sekali-kali membentak seorang ibu, itu tidak baik, mas tau kan surga itu di bawah kaki ibu." Adira yang terus menenangkan suaminya.

"Aku tau seorang ibu harus di hormati, dan di sayangi, tapi apakah itu balasan seorang ibu kepada anaknya saat anaknya menghormatinya, aku tidak bisa diam saja Dir, mama sangat egois, apa kamu juga setuju jika aku menikah lagi?." Ardi yang menatap wajah Adira.

"Tentu saja tidak mas, tapi aku bisa apa, memang yang di katakan mama benar, aku tidak bisa mempunyai keturunan, dan mungkin dengan mas menikah lagi itu jalan yang terbaik."

"Jalan terbaik dari mana? ini yang mas tidak suka darimu, kamu selalu mencoba kalah dan mengalah, bahkan saat mama menghinamu pun, kamu tetap diam dan hanya bisa menangis, cobalah menjadi wanita yang kuat walaupun keadaan memaksamu untuk tidak kuat." Ardi yang tiba-tiba juga marah kepada Adira.

Adira yang mendengar Ardi berbicara tinggi kepadanya pun menjadi diam, bahkan matanya sudah berkaca-kaca. Ardi yang melihat istrinya sudah berkaca-kaca seketika tidak tega.

"Di saat aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, aku juga mau kamu mencoba untuk mempertahankan rumah tangga kita." Ardi yang sudah memeluk tubuh istrinya, dan mengusap rambut panjang istrinya.

Terpopuler

Comments

angel

angel

kog jd istri pasrah aj ...emang ada ya di dunia nyata ....

2024-12-19

0

Mamahe 3E

Mamahe 3E

ini kl dibalik misal mamanya dipoligami papanya mau ga...
ngomong kok asal nyaplak aja ga mikirin perasaan org

2022-07-03

2

lovely

lovely

dasar ibu ga punya ahlaq s Erlin 😠

2022-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!