"Nur!" pekiknya. Nafasnya tersengal, begitu sesak hingga Ia harus menepuk dadanya beberapa kali. Kakinya pun gemetar, terutama ketika air asin itu datang dan membasahi kakinya.
"Aaaaaarrrrgghhh!" pekiknya histeris, mengalah kan si Ibu yang anaknya tenggelam tadi.
Aida tak mendengarnya. Deras dan keras suara ombak menghalangi pendengarannya. Dan lagi, Ia fokus pada anak itu, yang sebentar lagi Ia raih.
"Sayang, ayo pegang tangan Kakak. Jangan terlalu banyak bergerak, nanti malah kamu makin ke tengah." pinta Aida padanya.
Anak itu mengangguk, dan Aida dapat menangkapnya. Baru saat itulah, Ia dapat mendengar panggilan Tono padanya.
"Nur!" panggilnya lagi. Bahkan lebih parah, karena Tono tengah merangkak, bahkan nyaris merayap menghampirinya.
"Astaghfirullah, Mas Tono kenapa?" tanya Mei. Yang lalu tangannya meraih anak itu. "Cepet tolongin Suamimu. Anak ini, aku yang urus."
Aida pun langsung berenang, lalu Ia naik menghampiri Tono yang lemah disana. Meraih tubuh dan membawa ke dalam pangkuannya.
"Nur, kepalaku sakit." keluh Tono, yang pucat berkeringat.
"Ya ampun, Mas. Kenapa begini?"
"Sakit, Nur. Apalagi ketika melihat ombak dan lautan yang luas itu. Dadaku sesak."
"Kita istirahat di warung dulu." papahnya pada Tono meski sulit karena Tono begitu tinggi untuknya.
Semua orang menyambut mereka di warung nenek Mis. Beberapa membantu membuka pakaian Tono agar bernafas lebih lega, sementara Aida masuk sebentar mengganti pakaiannya. Ia kemudian keluar dengan segala peralatannya, seperti tensi dan stetoskop untuk memeriksa kondisi Tono.
"Tekanan darah rendah, denyut nadi rendah. Dan... Pernafasan begitu sesak. Dia, trauma." lirih Aida.
"Trauma dengan pantai?" tanya Nenek Mis, dengan segelas air hangat untuk sang cucu mantu.
"Lebih tepatnya lautan. Karna ketika di pantai dangkal, Ia tak apa. Anak dan Ibu tadi, pergi ke area terlarang."
Aida berhenti sejenak, mengelap wajah Tono yang masih penuh dengan keringat dingin. Tangannya pun tak lepas dari genggaman Tono, yang masih gemetar hingga sekarang.
"Apa, Dia sempat terombang ambing di lautan sana? Darimana dia sebenarnya? Apakah begitu jauh?" tanya Aida dalam hati.
"Nur?" panggil Tono dengan lirih, bahkan bibirnya pun bergetar.
"Iya, Mas?"
"Air laut itu begitu luas. Serasa aku tenggelam di dalamnya. Tak bisa teriak, tak dapat berbuat apa-apa. Sekelilingku gelap. Aku hanya bisa diam," balas Tono.
"Sudah, jangan di ingat lagi. Istirahatlah, aku akan mengambil obatmu."
Tono hanya mengangguk, dan kembali memejamkan matanya. Nenek Mis menungguinya, sembari sesekali melayani pembeli. Nenek Mis tampak begitu menyayangi Tono, dan menganggapnya seperti cucunya sendiri.
" Permisi,"panggil seorang pria yang datang ke warung itu.
" Iya, ada apa, Pak?" Nek Mis menghampiri dengan ramah.
Mereka berpakaian jas rapi. Sangat tegap dan tampak begitu formal. Seperti sebuah pasukan khusus, yang sering di sewa orang kaya/Bodyguard.
"Permisi, Bu. Kami mau bertanya, boleh?"
"Iya, pak. Silahkan." jawab Nenek.
Seorang pria yang bertindak sebagai pemimpin, mengeluarkan sebuah foto. Nenek Mis yang sedikit rabun, menatapnya dengan begitu teliti.
"Apakah, Ibu pernah lihat orang ini? Beliau sudah hilang selama Satu minggu." tanya nya.
"Maaf, saya ngga pernah lihat. Disini ngga ada orang nyasar." jawab Nek Mis.
"Baiklah." jawab pria itu, lalu mendongak ke dalam. Melihat Tono yang tengah tidur.
"Dia, cucu saya. Baru datang dari kota, beberapa hari yang lalu." ucap Nek Mis.
"Baiklah, terimakasih. Kami, pamit pergi."
Rombongan itu pun pergi, menyusuri area pantai dan bertanya dengan yang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Lina Lina
ya elah drama ikan terbang
2022-10-25
1
мєσωzα
mereka orang jahatnya, atau orang suruhan mama tirinya rayan?
2022-07-31
2
Julio Stevaning
mereka yang jahat kah yang sedang mencari
2022-07-27
1