"Saya mau bawa Aida pulang kerumah. Udah di sekolahin tinggi, diurusin bener-bener. Malah ngga jadi apa-apa. Ngga tahu terimakasih." ucap Tante Rum dengan mata nyalang. Rasanya, menembus hingga ke ulu hati yang terdalam.
"Aida ngga punya hutang budi apapun sama Kamu, Rum. Aida sekolah aja pakai Beasiswa. Dan semua, berasal dari kerja keras dia sendiri. Apalagi, dengan semua yang Ayahnya tinggalkan untuk Aida sendiri."
"Tapi say, yang ngurusin dia. Emang kemana-mana ngga pakai ongkos."
Perdebatan antara menantu dan mertua itu makin panas. Lebih lagi, tak ada yang berani melerai hingga Aida sendiri yang turun tangan.
"Nek, udah Nek. Nenek duduk aja dulu." tariknya pada sang nenek.
Aida kemudian berdiri, menghampiri Tantenya dan bicara lagi.
"Mau Tante gimana? Aida itu ngga mau di jodohlan. Aida pun ngga pernah minta, untuk Tante repot memikirkan masa depan Aida. Aida akan berusaha sendiri. Tolong hargai keputusan itu."
" Jangan sok kuat, jika akhirnya, lagi-lagi Om dan Tante yang harus repot mengurus kamu. Dan dia!" tunjuk Tante pada Tono yang daritadi diam."Kamu justru memikirkan dia, yang bukan siapa-siapa kamu. Jangan pernah menyesal, Aida."
Tante Rum menghentakkan kakinya dengan kasar. Lalu, Ia pergi dengan menyetir motor matic barunya. Aida curiga, jika itu pemberian dari keluarga Amrul untuknya. Sebagai syarat pernikahan mereka kelak.
" Nur, itu siapa?"tanya Tono.
" Itu? Tante ku. Istri dari adik ayahku. Dan ayahku sudah ngga ada."
"Meningga?"
"Ya, meninggal sudah lamaaa sekali."
"Ibu?"
"Ibu? Bahkan Aku ngga tahu, wajah Ibu gimana. Tahu, tapi sengaja lupa."
"Bahkan aku yang kehilangan memori, tengah berusaha mengingatnya kembali. Kenapa, kau justru melupakan?"
"Ingatan itu bahkan entah bagaimana. Biarkan mengalir, karena jika di ingat akan sakit." jawab Aida, yang kali ini tersenyum pada Tono.
"Pertama kali tersenyum. Manis sekali," pujinya dalam hati.
Aida asyik bercanda dengan Tono. Tanpa sadar, Nenek nya nyaris jatuh dan pingsan di kamarnya. Terdengar bunyi, membuat Tono dan Aida langsung menghampirinya.
"Nenek, kenapa?" tanya Tono yang tampak amat cemas.
"Nenek pusing. Sepertinya, darah tinggi nenek akan kumat." keluh nenek padanya. Untungnya, saat itu Mei datang. Hingga langsung dapat membantu nenek memeriksakan diri ke bidan jaga di puskesmas.
"Tenang aja, ada Mei. Kalian tunggu aja dirumah. Nanti kalau ada apa-apa, bakalan Mei kabarin." ucapnya, sembari memapah nenek untuk naim ke motornya.
Aida menghela nafas sejenak, lalu Ia pergi untuk mengambil peralatan P3Knya. Ia akan mengganti verban dikepala Tomo, yang lukanya masih basah itu.
" Pelan," lirih Tomo, yang aslinya takut dengan darah.
"Iya sebentar, aku buka nya pelan-pelan. Jangan merintih, nanti kedengeran orang.
" Gimana ngga ngerintih, sakit. Lembut sedikit. Aaakh, aaaakkkh!" pekik Tomo, yang meski pelan, tapi tetap terdengar dari luar.
Braaak! Lagi-lagi pintu di buka dengan kasar. Aida kaget, nyaris jatuh dari kursinya. Untung saja, Tomo menangkapnya meski sedikit berpelukan.
" Tuh, lihat. Keponakan tersayang kamu, Mas. Berduaan dirumah sama pria asing. Ngapain berpelukan gitu? Terus, tadi rintih-rintih, kenapa?" tunjuk Tante Rum, yang kembali datang bersama Om Edo.
Aida spontan melepas pelukan Tomo, "Om, ini ngga seperti yang Om lihat. Aida hanya...."
"Hanya apa, Aida? Mau pembelaan apa? Kalian hanya berdua? Nenek mana? Bisa-bisanya meninggalkan kalian!" Om Edo, tampak menahan amarahnya.
"Nenek di...."
"Halah, ngga usah alasan. Itu, tetangga juga udah dateng. Hayo, gimana kalian?" sergah Tante Rum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
haha ini readers semua pada emosi sama tante lampir kaan.sama saya juga pen bejek2 biar jadi perkedel😡
2022-11-21
0
💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.
pgn gua tonjooookk tuuuh mulut mak lampir..👊🏻👊🏻👊🏻👊🏻😡😡😡😡
2022-10-11
0
Lilisdayanti
itu mulut di kasih boncabe,,🌶️🌶️🌶️
2022-08-12
1