"Cieee, yang udah mulai cembukur. Iiihiiiiw!" goda Mei pada Aida.
"Cemburu, apaan? Aneh kamu sih. Ngga cemburu, tapi bener kan? Itu suamiku. Ngga pantes aku masukin sahabat di kamarku, apalagi dalam kondisi begitu." balas Aida, yang melangkahkan kakinya ke dapur.
Ia mencari sang nenek, untuk membantunya memasak sarapan pagi.
"Eh, udah mateng?" kagetnya, melihat isi tudung saji yang penuh makanan. Ia pun tertunduk malu, apalagi menatap jam yang memang sudah mulai siang.
"Sampai lupa waktu," manyun Mei, melempar sebuah serbet pada sahabatnya itu.
"Dah ah, mau mandi." Aida berjalan genit, menggoyangkan pinggulnya memasuki kamar.
"Menyebalkaaaaan," gerutu Mei dengan megepalkan kedua tangannya.
*
"Mas, udah selesai mandinya?" tanya Aida yang melihat Tono tengah berkaca di kaca lemari kamar itu.
"Nur?" panggilnya, menatap seluruh tubuh tegapnya yang masih tersisa beberapa luka disana. Terutama di kepalanya.
"Iya, Mas?" Aida menghampiri dengan kemeja yang masih tergeletak di ranjang. Lalu, memakaikannya pada Tono.
"Pakai, nanti kamu masuk angin. Mau tanya apa?"
"Apakah, tak ada yang mencariku? Bukan Tono, tapi entah siapa. Dan mungkin, itu aku."
"Belum, Mas. Belum ada yang mencari. Tono pun, nama yang ku dapat dari KTP yang ada di dekatmu. Itu sudah luntur, dan hanya tersisa beberapa huruf itu." Aida merapikan pakaian Tono, dan membantunya menyisir rambut, meski harus dengan berjinjit.
Tono menatapnya lucu, tersenyum lalu melebarkan kedua kakinya agar Aida dapat meraihnya.
"Terimakasih," senyum Aida padanya.
Aida pun segera mengambil handuk yang tergelar di pintu lemarinya. Dan meletakkan nya di bahu untuk Ia bawa sendiri. Kamar mandi masih Satu, dan berada di belakang. Hingga mereka harus bergantian untuk itu.
"Sudah, keluar sana. Sarapan sudah siap, dan ada Mei disana. Tak usah sungkan dengan Mei, dia sudah seperti adik ku."
"Baiklah," angguk Tono, lalu keluar menuju meja makan.
Dan benar saja, disana ada Mei yang tengah sibuk dengan gawainya.
"Eh, Mas Tono. Udah selesai mandinya? Mau sarapan? Sini, Mei bantu ambilin."
"Iya, terimakasih. Nenek mana?" tanya Tono, yang mencari dengan tatapan tajam nya. Tatapan setajam elang, seperti tengah mencari mangsanya.
"Nenek? Nenek punya warung diujung. Pas di depan pantai. Apalagi hari minggu begini, pasti ramai." Mei bercerita sembari melayani Tono dengan baik.
"Jangan sungkan, Mei memang begini. Soalnya kalau nunggu Aida, lama mandinya. Kelaperan Mas nanti." imbuhnya, lalu kembali dengan gawainya.
"Nenek, ngga ada yang bantu?" tanya Tono, yang tengah mengunyah makananya.
"Ada, nanti Aida sama Mei kesana. Bantu jaga warung, sekalian jaga pantai. Biasanya, ada aja yang hanyut. Atau bahkan tenggelam. Itu tugas Mei sama Ai."
"Berdua?"
"Engga, banyak temen lain." balas Mei.
Tono tampak menikmati hidangan itu. Ia pun makan dengan lahap, bahkan menghabiskan yang Mei ambilkan untuknya. Hingga Aida datang padanya. Aida sigap, dengan nampan berisi obat lengkap untuk Tono, beserta perlengkapan ganti verbannya.
"Nur, aku ikut ke pantai?"
"Istirahat aja dirumah lah. Di pantai panas, nanti pusing."
"Kamu, menemukan aku di pantai itu. Aku, hanya ingin mencoba...."
"Baiklah. Tapi, di warung aja kalau kepanasan. Itu lukanya, belum sembuh bener."
"Baiklah." jawab Tono padanya.
"Nur? Bukannya, Aida selama ini paling kesel kalau di panggil Nur?" gumam Mei dalam hati. Tapi, melihat ke akraban mereka, Mei tak berani menyela sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
мєσωzα
panggilan sayang itu mei.. maklumin aja yaa 🤭
2022-07-31
1
Julio Stevaning
Mpok Nur
2022-07-27
0
。.。:∞♡*♥
panggil cahaya juga bagus🤭
2022-07-16
0