"Hey, Pak! Kenapa pingsan lagi?" Aida menepuk-nepuk pipinya. Bahkan sedikit keras untuk dapat menyadarkannya sebentar saja.
"Aida! Angkot nya udah ada. Itu, mang Usman juga dateng, mau bantuin." teriak dan lari Mei padanya.
"Da, mana mayatnya?" tanya Mang Usman, yang ikut cemas dengan penemuan itu.
"Belum mayat, Mang. Dia masih hidup." balas Aida, memintanya segera mengangkat pria itu naik ke dalam angkot tuanya.
"Ke Rumah sakit, Mang. Yang penting, ditangani dulu, sama dokter." pinta Aida.
"Tapi, biayanya mahal loh. Siapa yang bayar?" tanya Mei padanya. Aida berfikir sejenak, lalu menatap cincin yang ada di jari manisnya. Bukan cincin pertunangan, melainkan cincin peninggalan sang Ibu padanya.
"Aku, udah ngga berharap lagi bertemu Ibu. Dia juga entah dimana. Inget aku ada aja, mungkin engga. Jualin ya, Mei? Lumayan, buat biaya Mas ini, nanti." Aida memberikan cincin berharga itu pada Mei.
"Astaga, Aida. Bisa-bisa nya kamu......"
"Mei, tolong. Nyawanya perlu di selamatkan." bujuk Aida.
Mei pun turun, mencari ojek di persimpangan jalan yang akan membawanya ke sebuah toko emas terdekat. Ia tahu, memang Aida itu gadis baik dan tulus. Hanya nasibnya saja, yang kurang beruntung gara-gara tak memiliki orang tua saat itu. "Aida, Aida. Kadang, takut kamu di begoin orang, kalau begini." gumamnya.
Angkot berhenti di Rumah sakit terdekat. Aida memanggil beberapa perawat jaga, dan membawakan brankar untuk membawa pasien itu masuk kedalam.
"Aida, siapa dia?" tanya seorang senior padanya.
"Aida ngga tahu, Kak. Aida cuma nemuin dia terdampar. Lalu Aida bawa kesini. Identitasnya, cuma ada ini," Aida menunjukkan KTP luntur itu pada seniornya.
"Lalu, siapa yang akan bertanggung jawab nanti? Biayanya? Dan semua....."
"Aida yang tanggung. Aida jadi walinya hari ini. Tolong, lakukan apapun yang terbaik, Kak." mohon Aida dengan sangat.
"Ya, baiklah. Maaf, hanya mengikuti prosedur Rumah sakit." senior bernama Bima itu langsung membawa nya ke ruang observasi. Pria itu langsung di tangani sesuai SOP yang berlaku untuk pasien tenggelam. Aida memperhatikannya, dan bernafas lega ketika melihat semuanya berangsur membaik.
" Tekanan darah rendah, suhu tubuh rendah, pernafasan dan detak jantung lemah. Apa, kamu mau dia di rawat inap?" tanya Seniornya lagi.
"Jika tidak, apakah akan bahaya?" tanya Aida, memikirkan biaya yang mungkin akan Ia tanggung nantinya. "Jujur, Aida ngga punya biaya, Kak. Ini saja, menunggu Mei menjual cincin Ibu."
Bima hanya menghela nafas, lalu memikirkan sebuah cara agar Pria itu dapat tertolong, dan Aida tak tercekik dengan biayanya.
"Aida kan lulusan Bidan. Bagaimana, kalau Aida rawat sendiri dia dirumah? Kakak akan bantu kontrol, dan memberi beberapa tindakan lain yang tak bisa Aida lakukan."
"Bisa kah? Tak apa jika begitu. Aida akan merawatnya dirumah, bersama nenek dan Mei, nanti."
"Baiklah, Kakak akan bantu bicara pada staf Rumah sakit."
"Aidaaaa!" panggil Mei, berlari dengan begitu cepat menghampirinya. "Ini, uangnya. Dapet segitu, karena emas lama, dan ngga ada surat suratnya." ucap Mei, dengan nafas terengah.
Aida menerima uang itu, dan menghitungnya untuk memulai mengurus administrasi pria itu.
"Atas nama siapa, Mba? Maaf, tadi datanya belum ada."
"Tono, Mba. Maaf, adanya cuma itu. Ktpnya luntur, dan ngga ada yang lain." ucap Aida. Kini, Pria bernama asli Rayan itu, resmi menyandang nama Tono. Setidaknya, masih menggunakan nama keluarganya.
"Tinggal menunggumu sadar, lalu akan ku rawat di rumah." lirih Aida, menatap Tono dengan dengan segala empatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Siskaa Ummu Yahya Fiona
kocaksss /Grin/
2024-11-09
0
babyanzely
astaga nama Rayan,di panggil Tono haha ngakak🤣🤣🤣
2022-12-04
0
Putri AuLia Senja
mungkin nama belakang nya Hartono krn luntur trsisa nama tono 🤭
2022-09-30
0