"Aku, sudah selesai. Dan aku akan keluar jika kau tak nyaman."
"Tak apa," ucap Aida yang tengah membuka kebayanya. Ia kesulitan, ketika membuka kemben yang menggunakan resleting di bagian belakang. Dan Tono, dengan sigap langsung membantunya.
"Maaf, bukan bermaksud..."
"Ya, terimakasih." ucap Aida, menutup tubuhnya bagian depan dengan kain selendang yang Ia pakai.
"Aku keluar. Disana, banyak orang berkumpul. Ingin, mengakrabkan diri."
"Hmm, jangan lama-lama. Mas Tono harus banyak istirahat. Ingat, masih ada bekas luka di kepalanya."
"Baiklah, kau tidur duluan saja." ucapnya, masih sangat canggung keduanya untuk saat ini.
Sepeninggal Tono, Aida langsung mengganti pakaian dengan baju tidur. Ia segera naik ke ranjang, dan memberi pembatas di tengahnya. Ia belum siap, jika harus menjalankan ritual yang seharusnya untuk malam ini.
"Semoga, Mas Tono ngga berfikir kesana. Jujur, sangat belum siap." gumam Aida, membersihkan tempat tidur di sebelah nya. Ia pun memejamkan mata, karena tubuhnya begitu lelah untuk hari ini.
Tono berusaha membaur dengan penduduk asli disana. Memperkenalkan diri dengan ramah, dan membawa diri untuk masuk ke dalam obrolan mereka. Meski kadang kurang nyambung, tapi Tono berhasil menarik simpati orang dengan baik.
"Tono, saya dengar kamu masih sakit?"
"Iya, Pak. Kepala saja masih di verban, dan sayangnya ingatan saya juga belum kembali utuh hingga sekarang."
"Yasudah, kamu istirahat saja dulu. Lagipula, ini malam pertamamu 'kan?" kedip mata Pak supri genit. Tono sampai tersedak karenanya.
"Maaf, saya permisi." pamitnya, demi menjaga perasaan diri sendiri. Wajar saja, Ia juga pria dewasa yang normal dengan segala hasratnya.
Tono melangkah masuk ke kamarnya. Nenek Mis pun sudah pamit istirahat dikamarnya sendiri. Hanya Mei, dan keluarganya yang masih di sana mewakili keluarga Aida. Apalagi, keluarga inti nya justru tak dapat diandalkan saat inu. Yaitu, Om Edo dan istrinya.
Tok... Tok... Tok... "Nur, udah tidur?" panggil Tono, sembari membuka pintunya pelan.
Ia melihat Aida yang tidur dengan pulas, lalu mendekat ke tempat tidurnya. Tangannya menjulur, mendekati kepala dan wajah Aida.
Syuuutz! Aida spontan berguling menggeser tubuhnya menjauh.
"Nur, kenapa? Kok kaget?" tanya Tono.
"M-Mas mau ngapain?"
"Aku? Mau ambil bantal guling. Aku, mau tidur disana," tunjuk Tono pada sebuah kursi yang memiliki sandaran.
"Oh, iya." Aida meraih bantalnya, lalu memberikan pada Tono. Ia memperhatikan pria itu dalam diam, ketika Tono mulai duduk bersandar bantal, dan memeluk bantal lainnya di depan. Hingga Tono tertidur dengan pulas, dan Aida berdiri untuk menyelimuti tubuhnya.
Spontan tangan Tono menyergap lengannya. Membuat Aida tersentak kaget.
"Mas, ini Aida."
"Ah, Nur. Maaf, aku terkejut. Seperti, sedang berada dalam gelap, dan orang-orang mengejarku."
"Itu hanya mimpi buruk. Jika lelah, tidur di sana ngga papa."tunjuk Aida ke ranjangnya.
" Ah, tidak. Kau saja tidur disana. Pasti kau lelah."
Aida hanya mengangguk, dan kembali ke tempat tidurnya. Memeluk guling yang empuk dan nyaman.
***
"Mas Tono?" panggil Aida, yang terbangun dini hari.
"Iya, Nur. Ada apa?" Tono terbangun dari lelapnya.
"Mas ngga capek, disana? Badannya nanti sakit?"
"Ehm, lumayan. Sakit, punggung dan tengkuknya." jawab Tono.
Aida meraih Hpnya, melihat masih pukul Tiga dini hari. Ia merapikan lagi bagian sebelahnya, "Mas disini aja. Ngga papa 'kok. Kan, masih sakit, dalam masa penyembuhan. Nanti makin parah."
Tono sedikit ragu. Tapi Ia menuruti permintaan Aida. Memang, tampak nya Ia tak bisa tidur dengan cara begitu, karena akan menyakiti dirinya sendiri.
"Daripada sok kuat, jadinya malah makin repot." fikirnya, yang lalu tidur disebelah Aida dengan pembatas guling ditengah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Julio Stevaning
AIDA dapat suami sultan,,, nyesel dah tu nanti si tante matre
2022-07-27
3
irfah albeghyttu
malam pertamanya ma guling aja dulu ya mas tono
2022-07-11
4
Kinay naluw
ingatan mulai muncul.
2022-07-09
1