"Rum, Aku mau bicara." ucap Om Edo pada istrinya.
"Ya, kenapa?" Tante Arum langsung menghampiri sang suami di sofanya.
"Ada apa dengan kamu?"
"Ada apa, gimana? Ngga papa tuh."
"Jangan bohong! Biasanya kamu yang paling semangat menjodohkan Aida dengan Amrul. Kenapa hari ini beda?"
"Beda apanya? Sama aja, ngga ada bedanya. Aku hanya....."
"Arum! Jelaskan, apa maksud kamu melakukan ini?"
"Aku melakukan apa? Aku ngga ngelakuin apa-apa! Kenapa aku terus yang jadi bulan-bulananmu, Mas!" bentaknya pada sang suami.
Om Edo spontan mengambil vas di meja, dan melemparkannya ke dinding. Nyaris saja mengenai sang istri.
"Aaaaarrrrrrggghhh!" pekik Tante Arum dengan begitu kuat. Nyalinya yang tadi seolah tak terkalahkan, kini menjadi ciut di hadapan sang suami. Bahkan, menatap matanya saja seolah tak sanggup.
"Apa maksud kamu melakukan ini? Kamu sengaja, mempermalukan keluargaku? Kamu kira aku tak tahu, jika Ibu pun di rawat gara-gara kamu?"
"A-aku ngga tahu. Ngga tahu, Ibu kenapa? Abis dari sana, aku pergi." jawabnya gugup.
"Pergi? Pergi mencari pasukan fitnah, lalu membawaku kesana?"
"A-aku hanya...." Tante Arum tampak frustasi, dan tengah memikirkan pembelaan untuk dirinya.
"Mas! Maafkan aku. Aku tahu, jika Aida menolak bersama Amrul. Tapi... Tapi... Keluarga itu sudah memberiku banyak uang, untuk membeli Aida." tangisnya, memeluk lutut sang suami.
"Kau fikir Aida itu barang! Bisa seenaknya kau jual. Biadab kau Rum!"
"Aku tak tahu, tak menyangka jika Aida se tegas itu. Ku kira, dia akan menurutiku seperti biasa. Aku tak tahu, Mas. Maaf kan aku." tangisnya pecah. Entah tangis sungguhan, atau pun palsu.
"Kau apakan uang itu? Kenapa tak kembalikan saja?" tanya Om Edo, sedikit lirih kali ini.
"Sudah ku kirim, pada Tiara. Dia butuh banyak dana, untuk kuliahnya."
"Itu bukan dana kuliah. Tapi dana gaya, kau tahu apa akibatnya terlalu memanjakan dia? Tapi kau tak pernah mendengarku!"
"Aku hanya tak ingin anakku kekurangan! Kau fikir, aku mau lihat anakku tak punya teman karena miskin? Seperti yang di rasakan Aida kala itu!"
Tangan Om Edo mengepal, bagai ingin melayang ke pipi mulus istrinya itu. Tanta Arum sudah terpejam, untung saja kepalan tangan itu tak jadi mendarat kesana..
" Kau lihat saja, apa yang akan terjadi nanti." lirihnya.
" Ya... Aku ingin lihat, bagaimana kehidupan Aida dengan pria tanpa ingatan itu. Aku ingin dia jatuh, menderita dan selalu di bawah Tiara. Tiara lah yang paling membanggakan bagiku."
"Terserah kau, Rum. Aku tak perduli lagi, bahkan jika keluarga Amrul mengamuk menagih uangnya padamu." pasrah Om Edo.
"Tidak. Mereka tak akan meminta, karena Aida lah yang menolaknya. Bukan karena, aku yang membatalkannya." senyumnya menyeringai, tampak jahat dengan segala obsesinya.
Om Edo tak tahu, harus bicara apa lagi dengan wanita yang sudah Ia nikahi Dua puluh tahun lebih itu. Harta membuatnya gila, bahkab rela menggadaikan keponakannya sendiri.
"Semoga, pria itu bisa menjagamu, Aida." harapnya dalam hati.
Om Edo bergegas pergi. Tak menoleh lagi pada sang istru. Ia ingin menjenguk Ibunya, lalu meminta pada Aida agar memaafkannya. Entah, rasa bersalah macam apa. Tapi seolah lega baginya, ketika melihat Aida bersama Tono.
" Rasanya, seperti melepasnya pada orang yang tepat. Meski aku, sama sekali belum pernah mengenalnya." fikirnya, di sepanjang perjalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Mili magaya
egois
2023-07-03
0
Julio Stevaning
amit2 om Edo punya istri macam itu
2022-07-27
0
Erlin Pramudyas
holang kaya itu om
2022-07-21
0