Pagi hari, pintu diketuk oleh seseorang. Aida bangun dengan sedikit terkejut, lalu keluar membuka pintunya.
"Kak Bima? Kok pagi-pagi sekali?"
"Eh iya, Da. Mau nya tadi malem, tapi rupanya ada kegiatan." balasnya, tak enak hati. "Mau antar baju, buat Mas Tono. Agaknya ini cocok, postur kami ngga beda jauh."
"Eh iya, makasih ya, Kak." Aida menerimanya dengan senang hati.
Bima pun langsung pamit pulang, karena Ia akan dinas pagi hari ini. Dan Aida langsung masuk, untuk mulai memasak sarapan Tono dan neneknya.
"Nur, kok udah masak?" tanya Tono, yang terbangun dari tidurnya.
"Aida, Mas." ucapnya kesal.
"Maaf, lidah ini terbiasa nyaman dengan panggilan itu." Tono menggaruk kepalanya sungkan.
"Au ah, kesel." Aida kembali pada bahan masaknya.
Nenek datang, dengan mengenakan mukenahnya tanpa di lepas. Ia terbiasa melaksanakan shalat subuh di masjid dekat sana. Ia pun langsung menyapa Aida dan Tono yang tengah bercengkrama di dapurnya.
"Nenek, darimana?" tanya Tono.
"Kamu itu, amnesianya gimana ya? Ngga tahu sama sekali, kalau pakai mukenah begitu, tandanya abis shalat? Jangan-jangan, kemarin mandinya ngga bersih?" Aida mengendus tubuh Tono dengan hidungnya.
"Kalau untuk mandi, saya tahu caranya. Tapi, kalau untuk shalat, saya ngga tahu. Maaf." Tono tertunduk dan murung.
"Udah, Nur. Kamu itu, ngeledek terus." tegur Sang Nenek, yang seketika kumat memanggil Nur jika di dekat Tono.
"Nur, boleh saya bantu?" tawar Tono padanya.
"Bantu apa? Emang inget cara masak?"
"Mungkin, akan spontan." jawab Tono, meraih beberapa wortel yang tertata rapi di meja. Ia mengupasnya dengan bersih, kemudian mengirisnya sesuai instruksi dari Aida. Sedikit ngeri ketika harus terus bertanya, apalagi dengan tatapan sinis Aida padanya..
"Jika tak iklas, kenapa harus menolongku sampai kemari?" fikirnya.
"Aaaakkh, Sakit!" pekiknya, ketika mendadak kepalanya sakit tak tertahan. Berdenging, bahkan membuatnya jatuh dari tempat duduk dan berguling di lantai.
"Mas, Mas Tono kenapa?" Aida tampak cemas melihatnya. Ia segera menolong, dan memapah Tono untuk berbaring di sofa yang ada.
"Aida, Tono kenapa?" tanya Sang nenek yang tak kalah cemas padanya.
"Nek, kepala Mas Tono sakit. Mungkin ini yang buat ingatannya hilang." Aida bergegas mengambil obat yang di berikan Dokter untuk Tono, di lemari kamarnya.
"Tapi, dia belum sarapan."
"Ngga papa, Ini darurat." jawab Aida.
Tono meminum obat itu, dan berbaring berusaha menenangkan dirinya. Sakitnya pun berangsur ringan, meski belum ada kemajuan pada ingatannya.
"Tiduran disini aja. Aku mau siapin sarapan." pinta Aida, dan Tono mengangguk padanya.
Aida segera melanjutkan masakannya. Ia pun turun tangan sendiri menyuapi Tono hingga makanan itu tandas.
"Nur, terimakasih."
"Nanti aja terimakasihnya. Kalau Mas udah sembuh. Minimal, ingat dengan nama Mas sendiri." jawab Aida, mengelap wajah Tono dengan kain basah untuk keringat nya.
Braaakkk! Pintu dibuka dengan kasar. Tampak seorang wanita dengan wajah sinis, masuk tanpa permisi. Apalagi, ketika menatap Aida dan Tono tengan berdua di ruang tamu rumah itu.
" Oh, ini alasan kamu ngga mau pulang kerumah Tante?"
"Tante Rum? Kenapa kesini?" tanya Aida, yang perlahan berdiri menghampirinya.
"Kamu yang ngapain! Berduaan sama lelaki dirumah ini. Pantes kamu kabur kemarin. Ngga beres kamu, lama-lama." amuknya.
"Rum, mereka ngga berdua. Ibu dirumah, menemani mereka semalaman." bela Nenek pada cucunya.
"Ibu ngga akan sadar, kalau mereka tengah malem ngamar berdua!" tukasnya.
"Astaghfirullah, Arum! Sesekali datang, cuma buat ribut. Apa mau mu kemari?" tanya Nenek dengan keras kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
ꪶꫝ𝐀⃝🥀🍁senjaᴳ᯳ᷢ🍉🍉ଓε⒋ⷨ͢⚤
eeeh tante lampir nii mulutnya ngalahin bon cabe level 30😤🤦♀️
2022-11-21
1
Lina Lina
bah.. betul2 minta digonyoh pake cabe mulut tante satu ini layas kali lah..😤😤😤
2022-10-25
0
мєσωzα
huft.. mantu begini amat.. gak ada sopan sopannya 🙄
2022-07-30
2