"Aida! Kamu dimana? Ini keluarga Amrul udah dateng, ini." tanya Tante Arum, yang suka seenaknya mengambil keputusan tanpa pernah mendengar maunya Aida.
"Tante, maaf. Tadi Aida nemuin orang pingsan di pantai. Jadi, Aida tolongin. Sekarang, Aida di Rumah sakit, nungguin dia."
"Urusannya apa, sama kamu? Dia siapa pun, kamu ngga kenal. Anter aja ke Rumah sakit, udah deh. Nanti, ujung-ujungnya, kamu juga yang repot. Perjodohan Pun tertunda kan, jadinya."
"Aida ngga mau di jodohin. Suruh mereka pulang, atau Aida yang pergi." ancamnya. Tante Arum mematikan Hp, dan menggerutu sendirian di sebrang sana.
Tante Arum adalah istri Om Edo, adik kandung mendiang ayahnya. Dan secara tak langsung, Om Edo lah yang nanti akan menjadi wali untuk Aida, ketika menikah nanti. "Jiwanya, persis seperti Ayahnya. Suka menolong siapapun, bahkan ngga mementingkan diri sendiri." puji Om Edo.
"Nolong orang sih nolong orang. Tapi jangan sampai merugikan diri sendiri. Nolongin orang terus, diri sendiri kacau. Harta aja ngga punya, sampai ditinggal minggat sama istrinya." cibir Tante Arum. Ia pun pergi, kembali pada orang-orang yang tengah Berkumpul disana.
"Aduh maaf, ya. Itu, Aida tadi malah ketemu orang terdampar di pantai katanya. Biasalah, jiwa perawatnya itu, pasti selalu terenyuh kalau nemu yang butuh bantuan." ucap Tante Arum, yang ada di tengah pada tamunya.
"Oh, iya tadi. Amrul denger, kalau ada orang terdampar dipantai. Rupanya, dedek Ai, yang nolongin? Wah, makin bangga saya sama calon istri." puji Amrul, dengan senyuman gemasnya.
"Iya dong. Cuma, nasibnya aja yang ngga hoki. Susah, mau jadi pegawai." imbuh Tante.
"Aman. Nanti, bisa kita usahakan. Jual tanah Satu hektar, cukuplah buat jadi PNS. Apa yang tidak, kalau sudah menjadi mantu kesayangan saya." bangga Pak Amar, dengan segala kelebihannya.
Obrolan berlangsung dengan ceria, meski tanpa Aida diantara mereka. Berencana, meski yang akan menjalani tak ada disana. Entah bagaimana, perasaan Aida setelah ini.
**
Aida menunggu, dan terus menunggu. Harusnya, Pria itu sudah sadar setelah beberapa jam observasi. Tapi, belum ada kemajuan hingga saat ini.
"Kayak mana? Kenapa ngga sadar juga?" gumamnya lelah. Sedangkan Mei, tertidur pulas di kursi tunggu yang tersedia disana.
Dalam kantuknya, Aida terus menatap semua perkembangan yang ada. Dan benar, Tono mulai menggerakkan tangannya, dan perlahan membuka matanya.
" Tuan, kau sudah sadar?" tanya Aida, tampak begitu semringah melihatnya. Ia segera memanggil sang senior, yang juga datang dengan dokter saat itu.
Bima mulai bertanya, ketika kesadarannya mulai penuh. Hanya saja, Tono tak begitu ingat dirinya sendiri.
" Nama anda, apakah ingat?" tanya Bima. Tono hanya menggelengkan kepalanya, seperti sedang mencari sesuatu.
"Siapa yang anda cari?" tanya Bima lagi.
Aida maju, dan Tono langsung menatapnya dengan senyuman yang begitu manis. Membuat hati Aida bergetar melihatnya.
"Ganteng, wey." batin Aida, yang lalu menghampiri dan membalas senyumnya dengan ramah.
"Hay, Tuan. Nama saya Aida." ucapnya, memperkenalkan diri
"Saya, siapa?"
"Maaf, menurut kartu yang saya temukan, hanya tertera nama Tono, disana. Jadi, bolehkan saya panggil anda dengan nama itu?" tanya Aida, dengan begitu sopan.
"Ya, mungkin itu nama saya. Maaf, kepala saya sakit, ketika berusaha mengingat semuanya." ucap Tono, memegangi kepalanya yang tengah di verban, karena luka yang ada.
"Ya, dia mengalami amnesia. Kita harus observasi lagi, amnesia macam apa yang Ia derita." ucap Bima pada Aida.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
bbbingung
menjijikkan
2023-06-20
0
N Wage
waduh jual tanah 1hektar buat jd PNS,ntar balik modal gak ya?
ah,amanlah itu...ntar sdh dpat jabatan kan bisa korupsi kecil2an (atw gede2an)😂
2023-02-10
0
Miftah Piksi
Jual tanah biar jd PNS, klo udah jd PNS ngumpulin uang beli tanah 😅😅😅
2022-08-23
0