Leon membawa seseorang yang memaksa ingin bertemu dengannya ke sebuah ruang meeting, lantaran di ruangannya masih ada wanita yang tadi bersembunyi di toilet.
"Kenapa kau memaksa ingin bertemu denganku?" tanya Leon pada wanita yang saat ini duduk di depannya.
Wanita yang di ketahui bernama Lily itu mengeluarkan sesuatu dari balik tas jinjingnya.
"Ini," ia memberikannya pada Leon.
Leon mengernyit dan menerima sesuatu yang baru saja Lily berikan. Sesuatu tersebut merupakan tes kehamilan yang sudah terdapat garis dua di sana.
"Kenapa kau memberitahu kehamilanmu padaku?" tanya Leon terheran.
"Lantas aku harus memberitahu pada siapa lagi? Apa aku harus berebut mik dengan marbot untuk mengumumkan kehamilanku pada warga?" Lily terlihat kesal.
"Ya kenapa harus aku?"
"Karena kau ayah dari anak yang aku kandung," seru Lily.
Leon terdiam, ia sama sekali tidak terkejut. Lantaran selama ini ia pun menyadari jika ia ceroboh mengeluarkan di dalam saat melakukan hal itu dengan Lily tiga bulan lalu.
"Lalu kau mau apa dariku?" tanya Leon setelah beberapa saat terdiam.
"Tanggung jawab."
"Yakin hanya itu?"
"Iya, aku ingin kau tanggung jawab menikahi aku," tambah Lily.
Leon menghela napas, ia menatap wajah Lily sedikit lebih dekat dari sebelumnya. "Aku bisa saja menikahimu. Tapi aku tanya sekali lagi, apa kau yakin ingin menikah denganku?"
Pertanyaan Leon membuat Lily diam sejenak.
Kenapa dia bertanya seperti itu? Ya, aku memang belum tahu seperti apa sifatnya, tapi bagaimanapun dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
"I-iya tentu saja," sahut Lily.
Leon bangkit berdiri dari duduknya. "Ya sudah kalau begitu, aku akan mengurus semuanya. Kau tidak perlu kemana-mana, cukup diam di rumahmu!"
Lily ikut bangkit berdiri. "Sungguh? Apa kau tidak berbohong?"
"Apa untungnya aku berbohong? Sekarang kau bisa pulang ke rumahmu, aku akan meminta sekretaris sekaligus asisten pribadiku untuk mengantarmu."
Belum sempat Lily melayangkan protes tapi Leon sudah lebih dulu pergi dari sana. Lily mematung sejenak di tempat berdirinya. Ia pikir Leon akan menolak mentah-mentah permintaannya, serta tidak mengakui jika itu adalah anaknya.
Apa sebenarnya yang pria itu rencanakan? Batin Lily.
Tapi bagus juga sih jika tuan Leon mau mengakui perbuatannya dan mau bertanggung jawab. Ucapnya lagi dalam hati.
***
Sebuah mobil mewah memasuki perkampungan tempat dimana Lily tinggal. Hal tersebut menyita perhatian banyak orang, terlebih ketika mobil mewah tersebut berhenti tepat di depan rumah pak Tio.
Keluarnya Lily dan Drew menjadi pusat perhatian banyak orang, tak jarang dari mereka yang mengira jika Lily menggunakan guna-guna agar pria tampan terpikat dengannya.
"Terima kasih banyak sudah mengantar saya, Aspri Drew!" ucap Lily.
"Sama-sama," balas Drew, sekretaris sekaligus asisten pribadinya Leon.
"Mau mampir dulu?" tawar Lily.
"Tidak," tolak pria itu. "Saya harus pergi sekarang," pamitnya kemudian.
"Oh, ya sudah kalau begitu. Sekali lagi, terima kasih banyak."
"Hm."
Drew kembali masuk ke dalam mobilnya. Mobil tersebut pun kini pergi dari halaman rumah Lily.
"Assalamu'alaikum.." Lily memberi salam begitu masuk ke dalam rumah.
Terdengar sahutan dari arah dapur, sepertinya ibunya sedang memasak di belakang. Lily melangkah lebih dalam dan menghampiri sang ibu. Ia duduk di kursi makan yang terbuat dari kayu.
"Aku sudah bertemu dengannya, bu," ucap Lily seraya menuangkan air putih ke dalam gelas kaca.
Bu Hesti yang baru saja membalikan gorengan dalam wajan kini menoleh, ia ikut duduk di dekat putrinya.
"Apa katanya? Apa dia mau bertanggung jawab dan mengakui itu anaknya?" tanya bu Hesti, sebenarnya ia mengkhawatirkan jika pria yang sudah berbuat hal itu tidak mau bertanggung jawab.
"Alhamdulillaah, bu. Bahkan dia tidak membantah ataupun menyangkal jika dia melakukannya denganku," jawab Lily.
Bu Hesti menghela napas lega. "Syukurlah kalau begitu. Ibu khawatir jika orang itu tidak mau bertanggung jawab. Sebab tak jarang kan yang tidak mengakui perbuatannya?"
Lily mengangguk. "Iya, bu. Dia juga akan mengurus semua urusan pernikahannya. Dia minta agar aku cukup diam saja di rumah."
"Lalu kapan dia menemui ibu dan ayah?" tanya bu Hesti kemudian.
Lily menggeleng, ia lupa mengatakan pada Leon untuk menemui orang tuanya. Ada sedikit kekecewaan di raut wajah bu Hesti, seharusnya pria itu datang ke rumah menemuinya hanya untuk sekedar meminta maaf. Tapi ya sudahlah, dengan mau bertanggung jawab atas perbuatannya pada Lily saja sudah membuat bu Hesti merasa lega.
"Bu.. Gorengannya gosong..!" seru Lily membangunkan ibunya yang baru saja tenggelam dalam lamunan.
"Astagfirullaah.." bu Hesti langsung bangkit dari duduknya.
***
Waktu sudah hampir menunjukan pukul enam petang, tetapi pak Tio belum kunjung pulang. Pria paruh baya itu kerja serabutan, jadi apa saja yang bisa jadi uang selama itu halal, maka ia mau mengerjakannya tanpa malu apalagi gengsi.
Tepat adzan magrib berkumandang, pak Tio sampai di rumah. Ia bergegas untuk membersihkan badan kemudian menunaikan shalat magrib berjamaah bersama sang istri di kamar berukuran tiga kali tiga meter.
Usai shalat, mereka makan malam bersama. Lily sudah terlebih dulu menunggu di meja makan. Sebelum membahas apa yang akan di sampaikan, mereka memilih untuk makan dulu saja.
Sementara bu Hesti mencuci piring, Lily bersama pak Tio pergi ke ruang tamu usai makan malam mereka selesai.
Lily menunduk tak berani menatap ke arah ayahnya. Sementara pak Tio masih tidak menyangka jika putrinya melakukan semua ini demi keselamatan dirinya. Sebelumnya istrinya sudah menceritakan hal tersebut padanya.
"Kenapa harus melakukan itu demi ayah, nak?" pertanyaan pak Tio membelah keheningan yang menyelinap di antara mereka.
Lily memberanikan diri untuk mendongakan wajahnya. "Sebab aku tidak punya pilihan lain, ayah. Dan kalaupun aku menolak, maka nyawa ayah yang menjadi taruhannya," terang Lily.
Pak Tio mengusap wajahnya. "Kenapa harus meminjam uang pada orang itu?" tanyanya lagi.
Lily menghirup banyak-banyak oksigen, mungkin ini saatnya dia membeberkan semua yang terjadi sebenarnya.
"Orang itu sebenarnya yang menyelamatkan aku dari juragan Mongol, karena awalnya aku meminjam uang pada juragan Mongol."
Pak Tio mengerutkan keningnya bingung. "Maksudnya menyelamatkan gimana? Juragan Mongol berbuat macam-macam padamu?"
"Aku di jebak oleh juragan Mongol, saat aku bilang mau pinjam uang, aku harus ikut dengannya ke tempat dia menyimpan uang. Tapi ternyata, juragan Mongol hendak berbuat yang tidak senonoh padaku, ayah. Beruntung aku bisa kabur darinya, tetapi juragan Mongol tidak menyerah, dia terus mengejarku sampai aku tertangkap. Tetapi seseorang datang dan menyelamatkanku, tetapi aku justru malah terjebak lagi setelah mengatakan kronolgis ceritanya seperti apa. Dia mengunciku di mobil, dan aku tidak bisa pergi kemana-mana. Dia memberi aku dua pilihan, melayaninya atau tetap terkunci di mobil. Intinya aku benar-benar tidak bisa lagi berpikir, hanya keselamatan ayah yang aku pikirkan saat itu."
Pak Tio menundukan wajahnya mendengar semua cerita Lily. Begitu besar pengorbanan putrinya untuknya. Bahkan Lily takut kehilangan dirinya dibanding kehormatannya.
"Aku sudah bertemu dengan orang itu, ayah. Dia mau bertanggung jawab dan akan menikahiku," imbuh Lily.
Pak Tio mendongakan wajahnya. "Sungguh?"
Lily mengangguk. "Iya, ayah."
"Baguslah kalau begitu, ayah tidak jadi menghajarnya. Tetapi ayah akan tetap menghajar juragan Mongol karena sudah berani melecehkan putri semata wayang ayah!"
Pak Tio mengepalkan kedua tangannya, amarahnya kembali memuncak. Ia bangkit dari duduknya dan beranjak dari sana.
"Ayaaaahh... Ayah mau kemana?" panggil Lily setengah berteriak.
Pak Tio tetap pergi bersama tujuannya, yaitu menghajar juragan Mongol.
"Ibu.....," panggil Lily berusaha untuk memberi tahu sang ibu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Erna Lestari
msih nyimak
2022-07-16
0
Nurma sari Sari
Betul Leon akan bertanggung jawab untuk menikahi kamu Lily tapi itu semua akan menjadi awal dari penderitaan hidup kamu Lily, Leon seorang Casanova dan dia tidak mencintai kamu dan Leon mempunyai latar belakang keluarga yg ambisius, dan juga sombong,
2022-06-29
1
Conny Radiansyah
beneran bertanggungjawab Leon
2022-06-06
1