Nara tampak kesal mendengar apa yang baru dikatakan oleh Paijo. Nara menarik tangan Paijo mendekat ke arahnya.
"Kamu bicara apa sih, Jo? Kamu itu minta maaf, ya minta maaf saja! Tidak perlu sampai segitunya. Memangnya dia siapa?" Nara menatap Rachel sengit.
"Tanganku sakit, Paijo. Apa kamu bisa membelikan aku minuman? Tadi aku mau ke kantin membeli jus, tapi kamu menabrak," ucapnya dengan nada manja.
"Iya, aku akan membelikan kamu jus kesukaan kamu. Jus mangga, kan?" ucap Paijo cepat dan saat dia akan pergi ke kantin, dengan cepat tangan Nara menahan tangan Paijo dan menyeretnya pergi dari sana.
"Nara! Kamu kenapa menyeretku begini?" Paijo mencoba berontak, tapi entah kenapa Nara jadi lebih kuat dari Paijo.
"Kalau kamu tidak mau ikut denganku, aku pastikan kita tidak akan bersahabat lagi!" ucap Nara terdengar serius.
Paijo terdiam sejenak dan dia akhirnya menurut tidak berontak lagi. Nara ternyata membawa Paijo kembali ke kelasnya dan menyuruh Paijo tidak usah memperdulikan Rachel.
"Kamu kenapa kejam sekali? Kamu mirip ibu-ibu tetangga depan rumahku."
"Biarin! Habisnya kamu yang membuat aku jengkel! Kamu itu seorang pria dan bersikaplah sebagai pria sejati jangan malah nurut saja apa kata Rachel yang aku tau dia hanya memanfaatkan kamu."
"Dia tidak memanfaatkan aku, Ra, dia mulai suka sama aku."
"Dia cuma memanfaatkan kamu, Paijo... Kenapa kamu tidak percaya ucapanku?" Nara menekankan ucapannya sambil matanya melotot.
"Dih! Serem banget. Apa ada nanti pria yang suka sama kamu kalau kamu seseram itu wajahnya?"
"Pasti ada dan dia pasti tau kenapa aku begini."
"Aku doain kamu dapat pacar lebih kejam dari kamu, seperti mafia-mafia di televisi!" teriak Paijo yang tidak dipedulikan oleh Nara yang Sudah berjalan pergi dari sana.
Pelajaran kembali di mulai seperti biasa sampai jam pulang akhirnya tiba. Nara keluar dari kelasnya dan dia mencari di mana sahabat sejatinya yang selalu siap menjadi kang ojek untuknya.
"Paijo bin panjul ini di mana sih? Kenapa di kelasnya dia tidak ada? Apa dia sudah pulang atau di lab?" Nara berkacak pinggang dan mengedarkan pandangannya mencari sosok di Paijo.
Tidak lama matanya menangkap ada sosok dua orang sedang berbicara berdua di pojok dekat perpustakaan.
"Itu si Paijo dan si nenek sihir. Wah! keterlaluan ini. Kenapa Paijo memberikan jus pada si nenek sihir itu?" Nara berjalan mendekati mereka, tapi Nara belum sempat ngomel dengan Rachel, si nenek sihir sudah pergi lebih dulu.
"Nara? Kamu ada apa ke sini?" tanya Paijo kaget.
"Apa maksud kamu tadi? Kenapa kamu tetap memberikan dia jus yang dimintanya?" Wajah Nara tampak ditekuk kesal.
"Aku hanya ingin meminta maaf sama dia karena tadi aku menabraknya, Nara, itu saja."
Nara melirik pada buku ditangan Paijo. "Itu buku siapa?" tanya Nara dengan suara ketus.
"Ini bukuku, Nara, tadi aku lupa belum memasukkan dalam tas." Paijo langsung menyembunyikan buku yang dibawanya di belakang punggungnya.
"Kamu pasti bohong. Itu buku Rachel dan lagi-lagi kamu di minta mengerjakan tugas sekolahnya. Iya, Kan?" tanya Nara dengan ketus sekali lagi.
"Tidak, Nara," ucap Paijo agak takut.
"Tadi ada tugas fisika dan aku tau Rachel memberikan tugas itu sama kamu, seperti biasanya. Mana bukunya, biar aku yang mengerjakannya?" Tangan Nara menjulur meminta buku yang dibawa oleh Paijo."
"Memangnya kamu bisa mengerjakan?" celetuk Paijo keceplosan.
"Benar yang aku duga kalau buku itu milik si nenek sihir. Kamu kenapa tidak mau mendengarkan aku, Paijo?"
"Kamu kenapa benci sekali sama dia, Ra? Dia pernah menyakiti kamu?"
"Huft! Dia tidak pernah menyakiti aku secara fisik. Coba saja dia berani menyakitiku, aku akan menonjoknya sampai dia tidak akan berani berurusan denganku."
"Dia tidak pernah membuat masalah sama kamu, jadi biar saja aku dekat dengannya. Aku sangat menyukai dia, Ra, entah kenapa saat pertama melihatnya aku sudah jatuh cinta."
"Hah? Jatuh cinta? Apa itu? Sejenis makanan?" tanya Nara mengejek.
"Bukan, Ra, itu sejenis perasaan yang kayaknya kamu tidak punya."
"Aku bukan orang bodoh seperti kamu yang mau saja dibodohi oleh gadis sok manis jika di depan kamu saja. Asal kamu tau saja jika si nenek sihir itu hanya memanfaatkan kamu saja selama ini. Dia itu tidak suka sama kamu. Mana bukunya? Biar aku yang mengerjakan pekerjaan rumahnya." Tangan Nara masih kekeh meminta buku milik Rachel.
"Tidak mau! Kamu jangan membuat aku dan Rachel bertengkar, Ra. Aku sudah senang dia mau berbicara padaku, bahkan kita sekarang dekat."
"Ya sudah! Mulai sekarang kamu tidak perlu menjemputku ke sekolah atau berbicara denganku."
"Nara, kamu kenapa bicara begitu? Kamu jangan cemburu sama Rachel." Paijo malah mengajak Nara bercanda, padahal wajah Nara sudah serius begitu.
"Aku sama sekali tidak bercanda dengan kamu, Jovanno," ucap Nara menekankan kata-katanya.
Nara berjalan pergi dari sana dengan muka benar-benar kesal. Paijo yang berteman dengan Nara dari kelas tiga SMP sampai mereka mau lulus SMA tampak tercengang karena baru kali ini melihat wajah Nara yang marah seperti itu dan kali ini Nara beneran marah dengan Paijo hanya karena Paijo mendekati Rachel.
"Apa dia memang menyukai aku, Ya? Atau karena dia memang tidak suka pada Rachel yang menurutnya hanya memanfaatkan diriku? Tapi Rachel tidak akan sejahat itu. Dia gadis yang baik, cantik dan calon istri idaman buatku." Paijo malah membayangkan hidup dengan Rachel.
Selama beberapa hari Paijo dan Nara tidak berangkat ke sekolah bersama-sama. Paijo selalu menjemput ke rumah Nara, tapi Nara selalu sudah berangkat ke sekolah, dia sekolahpun Paijo tidak berani mendekati Nara. Nara selalu menunjukkan wajah ketusnya membuat Paijo takut.
Ujian sekolah akhirnya pun tiba. Nara sudah siap untuk mendapatkan nilai terbaik dan berharap dia bisa mendapatkan beasiswa agar dapat kuliah dengan gratis. Dia juga tidak sabar ingin segera lulus dan mencari pekerjaan.
"Paijo, terima kasih ya karena kamu beberapa hari ini mau memberi aku contekan dengan mengirim pesan padaku."
"Aku senang kalau kamu juga senang Rachel, tapi apa tidak ketahuan sama bu guru saat kamu membuka ponsel kamu?"
"Tenang saja, aku ini sangat pintar, jadi hal seperti itu mudah bagiku." Rachel tersenyum lebar pada Mona yang berdiri di sebelah Paijo.
"Dasar nenek sihir. Dia pasti sedang merayu Paijo agar dapat diberi contekan," ucap Nara yang melihat mereka bertiga sedang berbicara di depan pintu ruang kelas Nara.
Sekitar satu minggu mereka melaksanakan ujian sekolah. Sekarang ini adalah hari terakhir ujian itu dilaksanakan dan persahabatan Nara dengan Paijo masih belum kembali akur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
ayulia lestary
cinta itu buta dan tuliii
2022-10-26
1
💐Lusi81
lagi mikir jadi Nara semasa sekolah 🤣
2022-07-17
3