Nara berjalan sambil melamun setelah keluar dari dalam ruangan kepala sekolahnya. Dia memikirkan kata-kata dari kepala sekolahnya yang mengatakan tentang uang sekolahnya yang sudah lunas karena sudah dibayar oleh orang baik.
"Siapa yang sudah membayar uang sekolahku? Kalau paman yang membayarnya itu tidak mungkin," dialognya sendiri.
Nara yang kepikiran akan hal itu tidak sengaja sampai tidak melihat ada orang yang sedang membenarkan tali sepatunya berjongkok dia tabrak saja.
"Aduh!" seru mereka berdua yang sama-sama terluka.
"Mata kamu ditaruh di mana?" ucap orang yang ditabrak Nara. Dia kemudian menoleh dan melihat Nara yang terjungkal ke depan.
"Kamu itu yang salah!" seru Nara yang tidak mau di salahkan pada dia yang matanya meleng.
"Nara? Kamu itu?" Tangan orang yang di tabrak Nara menolehkan pundak Nara.
"Paijo? Kamu itu sedang apa berjongkok di jalan sembarangan? Mau pura-pura jadi batu?"
"Enak saja! Siapa yang pura-pura jadi batu? Lagian kayak aku tidak ada kerjaan saja." Paijo berdiri dan membantu Nara berdiri.
"Lalu kamu kenapa berjongkok di situ? Pasti sedang mencari spot buat foto-foto kamu yang sok keren itu. Lihat itu ada tempat sampah, kamu salah cari spot buat berfoto."
"Tali sepatuku tadi lepas si ratu cerewet, jadi aku berjongkok untuk membetulkan tali sepatuku. Lagian kamu kenapa jalan tidak melihat ada orang sebesar ini di bawah? Pasti mikirin cucian di rumah."
"Cucianku sudah kering, Paijo." Nara kemudian duduk di bangku dekat mereka tadi ribut. Wajah Nara seketika berubah terdiam.
Paijo yang melihatnya tampak aneh. "Ini anak kenapa? Tidak biasanya mukanya melow kayak orang habis nonton film drama?" dialog Paijo sendiri dan dia mendekat ke arah Nara. "Ratu Cerewet, kamu kenapa? Muka kamu tidak enak dilihat."
"Memangnya mukaku makanan, tidak enak? Aku tadi dipanggil di ruang kepala sekolah," ucapnya sedih.
"Memangnya ada apa kamu sampai dipanggil?" Muka Paijo sudah serius.
"Ini tentang uang sekolahku yang beberapa bulan telat membayarnya, apalagi aku juga belum membayar uang ujian sekolah."
"Lalu? Kamu tidak boleh ikut ujian sekolah? Kamu dikeluarkan dari sekolah?" Paijo mulai panik.
Nara melihat ke arah Paijo dengan muka melasnya. "Kata kepala sekolah...." Nara terdiam sejenak.
"Aduh...! Kenapa bicara kamu pakai acara bersambung segala sih?" ucap Paijo kesal karena tiba-tiba Nara malah menghentikan ucapannya.
"Uang sekolahku lunas dan aku boleh ikut ujian sekolah sampai keluluasan!" serunya tiba-tiba sambil memeluk sahabat baiknya itu.
"Kamu serius?" Paijo ikutan bersorak kegirangan sambil membalas pelukan Nara. "Eh, tunggu!" Paijo menarik tubuh Nara menjauhkan dari dirinya. "Kok bisa uang sekolah kamu lunas?" Kedua alis Paijo mengkerut.
"Kata kepala sekolah ada orang baik yang sudah mau membayar uang sekolahku karena tau jika aku anak yang pintar dan sayang kalau sampai putus sekolah padahal kurang sedikit saja." Nara menghela napasnya pelan sambil mendongak melihat langit biru yang sangat cerah hari ini.
"Orang baik? Siapa dia, Nara?"
"Tidak tau, dan yang jelas pasti bukan paman atau bibiku. Mereka tidak akan mau mengeluarkan uangnya untuk melunasi uang sekolahku. Apa mungkin mama atau papaku yang memasuki tubuh seseorang dan mengirimnya untuk dapat membantuku?"
Paijo seketika melihat ke arah samping-sampingnya dengan wajah takut. "Jangan bicara yang berbau horor, Nara. Buat aku takut saja," ucap Paijo lirih.
"Ya ampun! Tubuh tinggi besar, muka seram begitu. Eh! takut sama setan." Nara beranjak dari tempatnya dan ingin kembali ke kelasnya karena perutnya lapar, dia mau mengganjalnya dengan minum bekal airnya.
"Nara, kamu mau ke mana?" Paijo berlari mengikuti Nara.
"Aku haus, aku mau minum bekal airku." Bohongnya Nara.
"Ikut aku saja." Tangan Nara di tarik oleh Paijo.
"Ee... kamu mau membawa aku ke mana?"
"Mau menculik kamu, dan nanti aku sekap di kantin." Mereka sudah sampai di depan kantin sekolah yang memang jaraknya tidak jauh dari tempat mereka bertabrakan.
"Kita mau apa di kantin, Jo?"
"Mau main petak umpet. Ya makan lah, Ra. Memangnya mau apa lagi dikantin? Kenapa kamu jadi bego begini?" Paijo menggandeng tangan Nara dan mengajaknya masuk ke dalam kantin.
"Jo, aku tidak mau makan di kantin. Aku mau kembali ke kelas saja." Nara tidak mau kalau sampai Paijo tau dia tidak punya uang buat makan di kantin.
"Aku traktir kamu makan." Jo mengajak Nara duduk dan dia melihat pada Nara yang diam saja. "Nasi goreng dengan telur matang sempurna. Itu kan kesukaan kamu?"
"Jo, tapi aku tidak lapar, aku mau kembali ke kelas saja."
"Jangan berbohong, Ratu Cerewet. Kamu tenang saja, aku yang mentraktir kamu makan."
"Memangnya kamu punya uang?"
"Aku punya uang, kan, dapat uang dari hasil menggambar, kemarin beberapa tetangga minta di buatkan gambar karikatur dan sketsa wajah mereka. Aku dapat lumayan dari sana."
"Kamu simpan saja uang kamu. Kenapa kamu malah menghambur-hamburkan uang kamu?"
"Aku tidak menghamburkan, aku hanya berbagi sedikit rezeki yang aku dapatkan. Sudah! Jangan banyak bicara, kita makan saja dulu, sebentar lagi jam masuk berbunyi."
Nara sebenarnya antara senang dan tidak enak. Paijo selama ini hidup hanya dengan neneknya yang membuka toko kue kecil-kecilan. Nenek Paijo membuat kue kering dan kue basah sendiri, lalu dijual, sedangkan Paijo sering juga membantu neneknya membuat kue, dia juga sering mendapat pesanan membuat gambar karikatur atau sketsa wajah untuk pajangan di rumah-rumah pemesannya.
"Aku kenyang, ternyata nikmat sekali makan nasi goreng buat mbak Ina," ucap Paijo mengelus perutnya.
"Terima kasih ya, Paijo. Kapan-kapan traktir aku lagi." Nara tertawa dengan riangnya.
"Tadi diajak tidak mau, eh sekarang malah keterusan." Paijo memutar bola matanya jengah.
"Aku hanya bercanda, Paijo. Aku mau kembali ke kelasku dulu. Terima kasih ya," ucapnya santai sambil beranjak dari tempatnya.
"Hem... dasar! Sudah ditraktir makan, sekarang malah kembali seenaknya." Paijo juga beranjak dari tempatnya dan berjalan mengejar Nara.
Saat asik bercanda, Paijo tidak sengaja menabrak seseorang dan alangkah kagetnya saat dia menoleh siapa yang dia tabrak.
"Bidadariku?"
"Ih! Kamu tidak lihat apa? Sakit tanganku!" serunya marah.
"Rachel, maaf, aku tidak sengaja." Tangan Paijo memegang tangan gadis yang bernama Rachel, tapi dengan kasar Rachel menangkisnya.
"Jangan pegang-pegang, Paijo!" Muka Rachel tampak kesal.
"Kamu kasar sekali, Paijo tidak sengaja menabrak kamu, lagian kamu kenapa tidak minggir?" Jurus Nara keluar, yaitu jurus ngeles dari kesalahan.
"Kalian pasangan yang merusak mata, pantas saja kalian saling membela," ucap Mona yang ada di samping Rachel.
"Rachel aku minta maaf. Kamu jangan marah sama aku, aku benar-benar tidak sengaja. Kamu katakan saja apa yang kamu mau? Nanti aku akan turuti.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
mami chi
pasti jo ad hubungandgn 2org td tuh
2022-12-19
2
ayulia lestary
bucin bangets paijo sama rachel
2022-10-26
1
4U2C
moga persahabatan paijo dan nara iklas selama nya..jangan ada perasaan suka..jadilah sahabat sejati..
2022-07-22
3