Chalinda segera berlari ke arah toilet yang berada tidak jauh dari dapur dan tempat makan. Di dalam saja, Chalinda mengeluarkan kembali segala makanan dan minuman yang sudah dia santap.
Tubuhnya terasa sangat lemas, kepalanya pening, meskipun perutnya sudah tidak terlalu terasa mual seperti sebelumnya. Usai membersihkan sisa-sisa makanan yang dia keluarkan, Chalinda keluar dari toilet.
"Kamu kenapa, Nak?" tanya Liya begitu khawatir.
"Ibu tadi mau masuk malah toiletnya kamu kunci dari dalam," lanjut Liya.
Chalinda menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja, Bu. Hanya sedikit meriang."
Liya memperhatikan Chalinda yang berjalan begitu saja meninggalkan dirinya.
"Apa kamu mau tetap berangkat?" tanya Liya lagi saat perempuan itu melihat anak perempuan tunggalnya mulai menggendong tas sekolah.
"Iya, Bu. Chalinda baik-baik saja, kok. Hanya sedikit meriang, masih bisa ditahan. Hari ini ada ulangan, jadi Chalinda nggak bisa absen begitu aja," jelas Chalinda.
"Oh, begitu. Ya sudah, kalau ada apa-apa kamu langsung telepon ke Ayah atau Ibu, ya. Biar kita bisa langsung menjemput kamu."
Chalinda menganggukkan kepalanya. Murid perempuan yang rajin itu lantas mencium punggung tangan ayah dan ibunya sembari berpamitan.
Sepanjang langkah kakinya dari rumah hingga jalanan, Chalinda merasakan pening di kepalanya semakin terasa. Berkali-kali Chalinda memejamkan kedua mata dan berhenti melangkah. Berharap pening di kepalanya menghilang.
Setengah jam kemudian angkutan umum yang ditumpangi oleh Chalinda berhenti tepat di seberang gerbang sekolah. Chalinda mulai turun dari angkutan umum tersebut bersama dengan murid lain yang juga menumpang dalam angkutan umum tersebut.
Jalanan cukup ramai membuat Chalinda harus berdiri sejenak di pinggir jalan menunggu jalanan sepi untuk kemudian Chalinda menyebrang.
Pukul 10.00 jam istirahat akhirnya tiba. Satu jam sebelumnya, Chalinda sudah melaksanakan ulangan. Total dari dua puluh soal, hanya ada satu soal saja yang Chalinda yakini dia menjawab dengan tepat.
"Cha, ayo ke kantin," ajak Martha, teman dekat Chalinda.
Daphnie yang merupakan teman sebangku Chalinda segera beranjak dari kursinya. Daphnie tampak semangat kali ini, mungkin karena perutnya sudah merasakan lapar dan ingin segera menyantap makanan di kantin.
Chalinda beranjak dari duduknya usai merapikan meja dan menyimpan peralatan tulis di dalam laci mejanya. Ketiga murid perempuan itu kemudian berjalan bersamaan menuju kantin sekolah.
Ada beberapa kedai yang tersedia di dalam sekolah. Masing-masing menawarkan menu makanan yang berbeda. Hal itu sengaja dilakukan agar tidak ada persaingan antara penjual kantin dalam sekolah itu.
HUEEKK ... HUEEKK ....
Chalinda menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Perutnya kembali terasa mual kala mencium aroma masakan dari dalam kantin.
"Chalinda, kamu sakit?"
"Kamu nggak papa kan, Cha?"
"Ayo kita ke toilet."
Daphnie dan Martha nampak begitu sigap dalam menghadapi Chalinda. Kedua teman baik Chalinda itu segera menuntun teman baiknya menuju toilet sekolah yang berada dekat dengan kantin.
Di dalam toilet, Chalinda kembali mengeluarkan makanan yang sudah dia telan. Sedikit Chalinda merasa baik setelah muntah-muntah.
Hanya ada Martha di sebelahnya, sementara Daphnie sedang meminta minyak kayu putih di unit kesehatan sekolah.
Martha mengantarkan Chalinda hingga kembali duduk di bangkunya. Sementara itu Daphnie juga sudah ada di dalam kelas dengan sebotol minyak kayu putih berukuran besar yang dia dapatkan dari UKS sekolah.
"Bagaimana keadaan kamu sekarang?" tanya Daphnie.
Chalinda hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Kepalanya kembali terasa pening kali ini dan perempuan itu meletakkan kepalanya di atas kedua tangan yang menekuk di atas meja.
Waktu terasa berlalu begitu cepat. Istirahat yang berlangsung selama tiga puluh menit terasa begitu cepat kali ini.
Kala mendengar nada bel sekolah yang berbunyi menunjukkan jam istirahat telah selesai, Chalinda kembali mengangkat kepalanya.
"Apa masih pusing?" tanya Daphnie, menatap ke arah Chalinda dengan serius.
Chalinda menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana kalau kita ke UKS saja? Nanti aku temani kamu di sana."
Kali ini Chalinda merasa berada di UKS akan lebih baik daripada harus memaksakan diri mengikuti kelas selanjutnya. Chalinda menganggukkan kepalanya, menyetujui ajakan Daphnie.
Teman sebangku Chalinda itu segera beranjak dari kursinya. Daphnie memegangi lengan Chalinda dan menuntun teman sebangkunya menuju UKS.
"Daphnie, Chalinda, mau kemana?" tanya Martha dengan sedikit berteriak, selaku Martha adalah ketua kelas.
"Nganter Chalinda ke UKS," jawab Daphnie, perempuan itu segera melanjutkan kembali langkahnya.
Martha hanya menganggukkan kepala saja. Mengerti dengan keadaan teman baiknya saat ini yang sedang tidak enak badan.
Tidak banyak orang yang ada di dalam UKS tersebut. Hanya ada dua anggota PMR di dalam sana dan mereka berdua segera menyambut kedatangan Daphnie dan Chalinda.
"Kenapa dia?" tanya salah satu petugas PMR dengan tubuh yang sedikit berisi.
"Pusing," jawab Daphnie dengan singkat.
Kedua anggota PMR itu membantu Daphnie menuntun Chalinda ke atas matras, mereka bertiga merebahkan tubuh Chalinda di atas matras hitam dan menyelimutinya.
Chalinda segera memejamkan kedua mata, tubuhnya terasa sangat lemas saat ini seakan kehabisan tenaga. Namun untuk menyantap makanan dan menambah tenaganya, makanan yang disantap Chalinda selalu keluar kembali.
"Kamu bisa kembali ke kelas. Biar dia kami yang jaga, siapa namanya?" tanya salah satu petugas PMR yang lebih kurus, sementara temannya yang berisi itu nampak sedang membuat minuman.
"Chalinda, tapi aku juga mau menemaninya," pinta Daphnie.
"Nggak bisa, Kak. Nanti guru menyangka Kakak sengaja di sini untuk membolos jam pelajaran."
"Udah, aku di sini sama mereka aja nggak papa kok, Daphnie. Kamu tetep ke kelas, biar nanti bisa aku pinjam buku catatanmu."
Mendengar temannya dan anggota PMR yang sedang berdebat itu, Chalinda turut membuka suara.
"Ya sudah kalau gitu, Cha. Aku kembali ke kelas ya, kamu jaga diri baik-baik. Cepat sembuh, Cha."
Daphnie keluar dari ruang UKS dan berjalan kembali ke kelas. Dia meninggalkan Chalinda sendirian di ruang UKS sendirian hanya bersama dua orang anggota PMR yang tidak Chalinda kenal.
Kondisi Chalinda yang semakin memburuk membuat Chalinda hanya bisa merebahkan tubuhnya di atas matras dengan kedua netra yang terpejam.
"Siapa yang sakit?" tanya Artha, guru bahasa, wali kelas dan juga pembina PMR.
"Namanya Chalinda, Pak. Dari kelas tiga bahasa."
Mendengar nama murid perempuan yang ada dalam kelas naungannya, Artha segera mendekat ke arah matras dengan tubuh Chalinda yang berada di atasnya.
"Cha, kamu sakit?" tanya Artha.
Chalinda sangat benci mendengar suara guru laki-laki itu. Pak Artha yang dulu Chalinda puja karena kebaikan dan ketampanannya sekarang justru menjadi guru yang paling Chalinda benci.
"Aku mau ngomong sama Pak Artha berdua saja," ujar Chalinda dengan suara lirih.
Artha menoleh ke belakang, melihat dua anggota PMR yang nampak sedang memperhatikannya.
Kedua anggota PMR itu sepertinya sudah mendengar apa yang dikatakan oleh Chalinda. Mereka keluar dari ruang UKS dan menutup pintunya, meninggalkan Artha dan Chalinda di dalam ruangan berdua saja.
"Apa yang ingin kamu bicarakan, Cha?"
"Aku yakin ini bukan sakit biasa, Pak. Chalinda yakin jika Chalinda sekarang sedang mengandung anak Pak Artha."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Lili Aprilia
jangan bilang si arthoosss gak mau tanggung jawab thor
2022-07-21
0