5. Tentang Ryu

"Apakah kau diam-diam mencintainya?" Pertanyaan itu terus menghantui Henry sampai saat ini dan dia tidak bisa menemukan jawabannya.

Yumi adalah sahabat baik dan orang yang sangat penting dalam hidup Henry. Bahkan Henry ingin menjaga Yumi seperti keluarganya sendiri. Henry tidak pernah berpikir untuk memiliki hubungan dengan Yumi selain dari persahabatan dan seperti keluarga. Tapi sejak melihat Yumi berani berpacaran dengan Jordan, entah mengapa ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan di dalam hati Henry.

Sejak patah hati pertama kali, Yumi mulai menjadi begitu diam dan senyumnya bahkan berkurang. Sampai suatu hari, Henry menyadari bahwa Yumi tidak pernah tersenyum atau tertawa lagi dan kemudian Yumi menjadi target yang begitu mudah untuk dibully orang lain.

Henry selalu berada disamping Yumi bertahun-tahun untuk menyemangati nya dan menjaganya dari semua orang yang menyakiti Yumi. Bahkan Henry selalu terlibat pemukulan dengan orang yang berusaha membully Yumi.

Segalanya menjadi begitu baik saat mereka berdua lulus dari universitas. Henry menjadi guru di sebuah sekolah menengah, sementara Yumi masih magang dan Henry begitu senang karena setidaknya Yumi merasa nyaman dan bahagia melakukan apa yang dia impikan selama ini.

"Yumi, kenapa kau memilih untuk menjadi dokter anak?"

"Sebenarnya alasanku sedikit lucu dan simpel saja. Aku menyukai anak-anak. Mereka begitu polos, jujur, penuh kemurnian. Jadi aku bahkan tidak perlu untuk menggunakan kemampuanku hanya untuk melihat bagaimana alami nya anak-anak itu."

"Aku pikir alasanmu adalah jawaban yang terbaik yang pernah aku dengar di seluruh dunia. Aku bahagia karena mengetahui bahwa kau akhirnya bisa melakukan apa yang kau sukai."

"Terima kasih Henry. Terima kasih untuk segalanya."

Yumi terlalu murni dan tulus sebagai seorang manusia. Dia bahkan bisa melihat kemungkinan apa yang di pikirkan oleh seseorang, kebohongan mereka, dan apa yang mereka inginkan. Tapi Yumi selalu memilih untuk tidak melihat semua itu, karena dia ingin semuanya terjadi secara natural dan ingin mempercayai masa depan orang-orang tanpa sedikitpun keraguan.

******Flashback off********

Yumi kembali menemui Henry dan Ryu, setelah selesai berbicara dengan polisi.

"Henry kau tunggu aku di klinik, dan kau Ryuga. Ayo ikut denganku berbicara di luar." Henry tampak terkejut melihat Yumi menarik Ryuga keluar.

Ryuga di bawa ke sebuah cafe yang terletak di depan toko serba ada yang tidak jauh dari klinik milik Yumi. Yumi membawanya ke sana untuk berbicara dan mendengarkan semua apa yang ingin dikatakan Ryuga kepadanya. Yumi juga ingin mengakhiri apa yang ada di antara mereka.

"Jadi Ryu, aku hanya memberikanmu waktu 5 menit untuk mengatakan semua hal yang ingin kau katakan padaku."

"Pertama-tama, aku ingin meminta maaf kepadamu jika aku telah mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaanmu kemarin. Aku tidak bermaksud untuk mengganggumu atau mengusik perhatianmu. Aku hanya ingin berteman denganmu, meskipun kau memiliki suatu kekuatan atau hanya menjadi orang dewasa yang normal seperti orang lain." Ryuga langsung menatap mata Yumi saat berbicara, yang membuat Yumi tampak percaya pada semua yang dia katakan.

"Apakah kau akan percaya kepada ku, jika aku mengatakan sesuatu yang aneh tentang diriku padamu? Apakah kau benar-benar bisa yakin pada ku, jika aku mengatakan bahwa aku memang mempunyai sebuah kemampuan spesial?"

Mata Ryuga membulat sempurna saat dia mendengar apa yang dikatakan Yumi, tapi tidak sedikitpun menunjukkan rasa ketidak percayaan atau bahkan mencoba untuk tertawa. Dia hanya menganggukkan kepalanya dan menjawab.

"Apapun kemampuan yang kau punya, aku percaya hal itu tidak ada hubungannya dengan dirimu sebagai manusia biasa. Dan aku dapat merasakan bahwa kemampuan mu itu adalah sesuatu yang tidak pernah kau gunakan untuk menyakiti siapapun."

Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Ryuga itu membuat hati Yumi terenyuh dan dia bahkan tidak pernah berpikir bahwa Ryuga akan mengatakan hal itu sehingga dia sendiri mulai menangis.

"Kak Yumi, apa kau baik-baik saja? Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah lagi? Aku minta maaf."

Ryuga mulai panik saat melihat air mata jatuh di pipi Yumi.

Kata-kata yang diucapkan Ryuga, tidak pernah disadari oleh Yumi adalah hal yang ingin selalu dia dengar selama ini. Sebuah penerimaan dan kepercayaan tanpa syarat, seseorang yang akan menghargai Yumi sebagai seorang manusia biasa.

'Apa yang dikatakan Ryuga 100% adalah benar.'

"Tidak, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu meminta maaf lagi. Aku senang bahwa aku membiarkan diriku untuk berbicara denganmu lagi. Maaf karena kemarin aku sudah tiba-tiba mengusir mu. Mari kita mulai semuanya lagi. Dan untuk yang ketiga kalinya, kali ini tidak ada lagi kesalahpahaman dan aku tidak ingin bermain-main seperti yang pertama kemarin."

"Aku senang akhirnya bisa membuatmu mengerti. Aku akan merasa begitu bahagia untuk menjadi temanmu Kak Yumi."

Yumi tidak pernah merasa begitu bahagia saat berbicara dengan orang lain selain keluarganya dan Henry. Jadi dia terlihat begitu nyaman berbicara dengan orang baru dan rasanya seperti kesepian yang menyelimuti hatinya selama ini menjadi bebas. Mereka berdua hanya membicarakan tentang kehidupan mereka masing-masing tanpa melewati batas privasi mereka.

Ryuga memberitahu Yumi bahwa dirinya berasal dari panti asuhan dan orang tua angkanya telah meninggal dunia karena kecelakaan ketika dia masih duduk di bangku sekolah dasar, dan meninggalkan dirinya tanpa apapun, kecuali rumah yang mereka tempati selama ini. Jadi Ryuga harus bekerja keras saat dia mulai masuk ke sekolah menengah untuk membiayai hidupnya sendiri, sampai dia bisa menabung untuk kuliah.

Saat sekolah menengah, Ryuga mendapat beasiswa. Tapi karena terus bekerja, dia jadi kurang belajar karena fokus bekerja. Namun untungnya dia bisa berhasil lulus dari sekolah menengah kemudian belajar di sebuah universitas. Tapi karena dirinya yang terlalu sibuk bekerja, dia pun berakhir menjadi seseorang yang kesepian karena tidak punya waktu untuk berteman dengan orang lain.

Saat awal semester 2, Ryuga bertemu dengan mantan kekasihnya yang membawanya keluar dari zona kesepian nya. Karena beberapa tahun selalu sendiri, dia dengan segera mengambil kesempatan itu untuk memulai hubungan dengan mantan kekasih nya. Tapi seiring berjalannya waktu, hubungan mereka menjadi dingin dan akhirnya putus dihari yang sama saat Ryuga bertemu dengan Yumi, saat dia berjalan ditengah hujan.

"Jadi, apakah kau ingin tahu apa kemampuan spesial ku?" Tanya Yumi pada Ryuga.

Ryuga terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab ucapan Yumi.

"Jika itu tidak masalah denganmu, tapi aku tidak akan memaksamu. Jika kau tidak ingin mengatakannya, maka lebih baik jangan kau katakan."

Yumi tidak dapat berkata apa-apa, dia hanya tersenyum setiap kali Ryuga mengatakan semuanya dengan tulus.

"Tidak, aku tidak masalah dengan mengatakan semuanya padamu. Sebenarnya aku bisa..."

Ucapan Yumi terjeda saat ponsel Ryuga berdering...

"Maaf, tapi aku harus menjawab telepon ini. Aku permisi sebentar." Ucap Ryuga seraya berdiri dan keluar beberapa menit dan saat dia kembali, Yumi dapat merasakan aura di sekitar Ryuga menjadi suram.

Yuni menatap Ryuga dan saat itu dia mengerti situasinya.

(Keluhan: Sedih karena merasa kehilangan 100%)

'Sesuatu tentang panggilan telepon tadi membuatnya merasa seperti itu.' pikir Yumi.

"Maafkan aku Kak Yumi, tapi aku harus pergi sekarang. Ada suatu hal yang mendesak."

Yumi dapat melihat dengan jelas air mata mengenang di sudut mata Ryuga.

Ryuga mengambil tasnya dan hendak pergi saat Yumi menarik tangan Ryuga tanpa berpikir.

"Tunggu, mungkin aku harus ikut denganmu. Aku dapat merasakan bahwa kau membutuhkan seseorang bersamamu sekarang."

"Tapi ini bukan apa-apa, aku bisa melewati ini.'

"Tidak, biarkan aku ikut bersamamu bagaimanapun situasi mu."

"Baiklah, terima kasih."

Ryuga akhirnya mengizinkan Yumi untuk ikut bersamanya. Meski Yumi tidak sepenuhnya mengerti apa yang telah terjadi.

Mereka berjalan kurang lebih setengah jam ketika Yumi mengingat sesuatu yang penting. Dia lupa bahwa Henry masih menunggu dirinya di klinik. Yumi bergegas menelpon Henry. Dia baru saja ingin menelpon Henry, tapi dia lebih dulu menerima panggilan dari Henry.

"Henry, waktu yang tepat. Aku baru saja ingin menelpon mu. Maaf, tapi aku pikir, aku akan terlambat kembali ke sana. Jadi kau bisa pergi lebih dulu dan bisakah kau melakukan sesuatu untukku. Tolong kunci pintu klinik sebelum kau pergi." Yumi berbicara dengan cepat saat menjawab panggilan dari Henry.

"Baiklah, aku mengerti."

"Terima kasih dan maafkan aku karena sudah membuatmu menunggu di sana, bye." Yumi mengakhiri panggilan mereka dan berjalan dengan cepat menyusul Ryuga yang terlihat linglung saat berjalan.

Sementara di klinik milik Yumi. Henry sudah menunggu hampir satu jam dan Yumi belum juga kembali. Dia sebenarnya ingin menunggu, tapi karena besok adalah weekend dan dia harus keluar rumah untuk mengunjungi keluarganya di luar kota. Jadi dia pun memutuskan menelpon Yumi dan malah mendengar Yumi mengatakan bahwa dia tidak bisa kembali.

'Sial, apa yang sebenarnya terjadi diantara Yumi dan anak itu.'

"Ryuga, tunggu aku. Bisakah kau memberi tahu aku, apa yang terjadi?"

Ryuga tidak menjawab pertanyaan Yumi dan terus berjalan sampai mereka tiba di sebuah klinik hewan. Seorang wanita tua yang menunggu mereka di pintu masuk klinik dan saat dia melihat Ryuga datang, dia dengan cepat berjalan mendekat pada Ryuga dan Yumi.

"Maafkan aku Nak Ryuga. Tapi Nemo sudah tidak bisa bertahan lagi. Kau harus melihat dia, sebelum semuanya terlambat." Wanita tua itu membawa mereka masuk ke dalam sebuah kamar dan disana Yumi melihat seekor kucing berwarna oranye berbaring di tempat tidur dan tampak tidak berdaya.

"Nemo, apakah kau benar-benar ingin meninggalkan aku?" Ryuga memeluk kucing itu dan mulai menangis.

"Kucing itu adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki sejak orang tua angkat nya meninggal. Dia mengirim Nemo kemari di klinik ini untuk perawatan. Tapi karena dia sudah tua, sudah tidak ada lagi yang bisa kami lakukan untuk menyelamatkan nyawanya." Wanita tua itu menjelaskan kepada Yumi ketika dia melihat Yumi yang tampak sedikit bingung saat memasuki ruangan itu.

Ryuga memang pernah menyebutkan pada Yumi bahwa hadiah pertama yang diterima dalam hidupnya adalah seekor kucing. Tapi dia tidak pernah menjelaskan hal yang lebih banyak tentang kucing tuh. Nemo adalah hadiah pertama dan satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga dan sekarang Nemo sudah tak berdaya di hadapan mereka.

Situasi menyedihkan itu terasa begitu berat di pundak Yumi saat dia menyadari bagaimana sedihnya saat kehilangan satu-satunya hal yang dimiliki.

'Bagaimana jika suatu hari nanti aku kehilangan keluargaku atau Henry, apakah aku bisa menerimanya dan melanjutkan hidup ku.'

Saat Yumi melihat Ryuga menangis, dia tidak dapat membantu apapun untuk menghilangkan rasa sakit yang dirasakan Ryuga saat ini dan tindakan yang dilakukannya lebih cepat dari pikirannya. Yumi memeluk Ryuga dari belakang dan membisikkan kata semangat di telinganya.

"Tidak apa-apa, aku berjanji bahwa aku akan selalu ada disisi mu, seperti bagaimana keluarga seharusnya. Kau tidak akan pernah sendirian lagi."

Ryuga membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Yumi yang begitu dekat dengan dirinya. Yumi langsung menatap mata Ryuga dan dia terkejut melihat masa depan yang tidak terduga.

(Menjadi keluarga bahagia yang penuh cinta 95%)

'Apa maksud dari semua itu? Apa dia akan membangun keluarganya sendiri suatu hari nanti? Dan meninggalkan rasa kesendirian yang dilaluinya dahulu. Kemudian mungkin hidupnya akan berakhir bahagia.'

"Suatu hari nanti, kau akan menemukan kebahagiaan yang selalu kau tambahkan selama ini."

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!