Raisa tiba di rumah, penampilan nya sangat kacau. Baju kaos putih yang ia kenakan terlihat kotor dan sedikit lembab.
"Wah anak gembel mana nih?" ledek Mawar.
Raisa tetap berjalan lurus melewati mawar yang tengah duduk di sofa.
"Cih, anak tak tau diri" cibir Mawar lagi, ia merasa kesal karena Raisa mengabaikan ucapan nya.
Raisa masuk ke dalam kamar, ia harus segera berganti pakaian. Belum sempat ia menggapai ganggang pintu kamarnya, sebuah tangan tiba-tiba menarik lengan nya.
Raisa meringis, ia menatap siapa yang telah menarik lengannya hingga terasa nyeri ke tulang.
"Kamu dari mana aja sih, papa kamu dari tadi nunggu kamu!" hardik Melinda.
"Gak usah narik narik juga kali! kalau tangan aku lecet gimana!" ketus Raisa mengusap lengannya yang ia yakini membiru.
"Raisa!" suara nan berat itu membuat Raisa menahan nafas dan berbalik. Ia menatap papa nya yang sudah di buta kan oleh hasutan mama tirinya.
"Mas, lihat kan. Putri kamu itu selalu saj tidak menghargai aku!" adu Melinda dengan suara merengek.
"Bagaimana aku menghargai seseorang yang tidak pantas untuk di hargai!" ucap Raisa berani.
"Raisa! jaga ucapan kamu!" tegas Bram.
Sudah cukup, Raisa merasa semua ini sudah melampaui batas. Ia sudah tidak tahan lagi tinggal di sini.
"Papa lihat gak sih, dia itu kasar dan tidak pernah bersikap sebagai seorang mama!" teriak Raisa.
Plak!!!!
Bibir Raisa bergetar, ia tidak menyangka papa nya kembali menampar dirinya.
"Cih.... Sungguh miris" cibir Mawar menyaksikan pertengkaran papa tirinya dan adik tirinya. Ia terlihat menikmati ini.
"Papa nampar aku lagi?" lirih Raisa menatap papanya dengan sebelah tangan memegangi pipi yang di tampar Bram tadi.
"Mulai hari ini, aku gak akan pernah bertemu kalian lagi. Aku akan pergi dari rumah ini!!!" teriak Raisa masuk ke kamarnya.
"Kamu gak bisa melakukan itu!" teriak Bram, namun tidak di hiraukan Raisa. Gadis itu mengemasi semua barang barang nya, memasukkan semua pakaian nya ke dalam koper.
"Kamu gak boleh pergi dari rumah ini!" cegah Bram. Ia tidak mungkin membiarkan Raisa keluar dari rumah nya.
"Kenapa pa!! aku lebih baik jadi gelandangan dari pada hidup bersama iblis seperti kalian!" teriak Raisa emosi. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang mereka inginkan.
"Kamu tidak bisa pergi bodoh!, karena kamu harus di jual pada tuan muda Yoga!" ucap Mawar yang berdiri di pagar tangga.
"Apa?" Raisa menatap papa nya, ia tidak salah mendengar perkataan Mawar.
"Kau tidak perlu mencari tempat di luar sana. Karena kamu sudah mencarikan mu tempat" Ucap Melinda tersenyum miring.
Raisa menatap papanya meminta kejelasan, apa papa nya benar benar tega melakukan semua ini?.
"Kamu mau pergi kan dari rumah ini? jadi kamu akan pergi, tapi ke tuan muda Yoga. Jika kamu bersamanya perusahaan kita akan terselamatkan!"
Raisa menitikkan air mata, papa nya benar benar tega melakukan semua ini padanya. Kasih sayang yang dulu di curahkan oleh Bram padanya seketika sirna semenjak mama nya meninggal dan papa nya menikah dengan Melinda.
"Apa papa tidak pernah memikirkan perasaan ku? apa papa benar benar sudah di butakan oleh mereka berdua??" lirih Raisa.
"Kamu harus berkorban demi perusahaan kita" ucap Bram.
"Demi perusahaan!!! papa tega menjual ku?? apa papa tidak berpikir sebelum melakukan nya? kenapa harus aku?? kenapa bukan Mawar saja!!! dia kan lebih unggul dalam merayu laki laki!"
"Kurang ajar!" hardik Mawar hendak menyerang Raisa, namun di tahan oleh Bram.
"Mereka meminta mu, aku tidak bisa melakukan apapun" jawab Bram.
"Cih. Bukan kah itu yang kau inginkan?" sinis Raisa menatap papa nya tajam.
"Kau harus menuruti nya, jika tidak kami akan memaksa mu!" ucap Bram tegas.
"Aku tidak mau!!! persetan dengan perusahaan!!" tolak Raisa. Ia menarik kopernya dan hendak pergi dari rumah.
"Kau tidak bisa pergi, sebentar lagi mereka akan datang menjemput mu!" Bram menarik tangan Raisa dan mendorong nya masuk ke dalam kamar.
"Tetap di sini, atau kamu akan mendapatkan kekerasan lain nya!" ancam Bram menunjuk wajah Raisa.
"Apa kau bukan papa ku huh? kenapa kau melakukan ini pada putri mu sendiri!!!" teriak Raisa, ia sudah menangis keras menerima sikap tidak adil papa nya.
Mawar dan Melinda hanya tersenyum miring menatap Raisa yang berusaha untuk melewati papanya yang menahan pintu.
"Pa!! papa gak bisa lakukan ini pada ku!!! Lepasin ku, biarkan aku pergi!!!" mohon Raisa.
"Kamu harus melakukan nya, diam lah di dalam kamar, nanti kamu akan papa panggil ketika mereka datang!"
Blam~
Bram menutup pintu dan menguncinya dari luar. Lalu mereka pergi begitu saja dari sana.
Brak!!! Brak!!!
"Pa!! buka pintu nya!!"
Brak!! Brak!! brak !!!
Raisa terus mengendor pintu kamarnya sembari berteriak minta di bukakan. Air matanya terus mengalir deras.
"Pa!!! tolong biarkan aku pergi...Hiks... papa!!!!"
Brak!! Brak!!!
...----------------...
Flashback
"Boss, mereka sudah datang!" ucap anak buah nya. Yoga yang tengah berdiri menatap langit dari jendela kaca ruangannya langsung berbalik dan mengangguk. Ia berjalan menuju ke kursi kebesaran nya.
Bram dan istrinya masuk ke dalam ruangan, mereka terlihat sangat senang.
"Selamat siang tuan muda Yoga" sapa Bram memberi hormat, begitu juga dengan Melinda.
"Langsung ke intinya" ucap Yoga dengan nada suara datar.
Bram menoleh pada istri nya, Melinda tersenyum dan mengangguk.
"Tuan muda mengundang kami kesini, apa proposal kerja sama kamu di terima?" tanya Bram.
"Semuanya akan sesuai rencana kalian, jika kalian memenuhi apa yang aku inginkan!" jawab Yoga menatap Bram tajam.
"Apa itu tuan muda? kami akan berusaha memenuhinya!" ucap Bram cepat.
Yoga melirik pada anak buahnya yang berdiri di samping nya. Mengerti dengan arti tatapan boss nya, pria berjas hitam itu pun meletakkan selembar foto di atas meja di hadapan Bram da Melinda.
"Raisa?" gumam Melinda kaget.
"Tuan muda Yoga akan membantu krisis keuangan perusahaan kalian dengan syarat, Kalian harus menyerahkan gadis ini pada Tuan muda sebagai imbalan bantuan yang tuan muda berikan." jelas pria itu.
Bram tersenyum lebar, tanpa berpikir dua kali. Ia menyanggupi syarat yang Yoga berikan.
"Baiklah tuan, saya akan memberikan gadis itu kepada anda" ucap Bram senang.
Yoga tertegun, ia tahu jika gadis ini merupakan putri dari pria tua Bangka di hadapan nya ini. Namun, tanpa rasa keberatan pria itu memberikan putrinya sebagai imbalan bantuan darinya. Itu artinya pria ini rela menjual putrinya demi uang.
"Pria macam apa dia?" pikir Yoga. Namun, ia tidak ambil pusing, terpenting baginya gadis itu menjadi milik nya.
"Kalian boleh pergi, 1 jam lagi gadis itu akan di jemput anak buah ku!!" usir Yoga.
"Saya tunggu kabar baik nya tuan!" ucap Bram menunduk hormat ,lalu pergi dari ruangan Yoga dengan hati senang. Ternyata tidak sulit mendapatkan bantuan dari tuang muda yang terkenal kejam dan sangat arogan itu.
"Akhirnya, kita gak jadi miskin pa!!" sorak Melinda tertahan.
"Iya ma, ternyata tidak sesulit yang kita bayangkan" ujar Bram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Rizky Sandy
biasanya bukan anak kandung itu,,,,
2022-07-09
1
Alkhanza 07
awal yg bagus sih suka AQ CRT gni
2022-07-07
1
nata de coco
gilaa, tega banget tu orang
2022-07-04
2