Yoga duduk di kursi kerja bak duduk di atas singgah sana. Matanya menatap lurus, tajam seperti tatapan elang mengintai mangsa.
"Boss, ini data gadis yang anda minta" ucap seorang pria tegap memakai jas hitam.
Yoga melirik map biru yang di sodorkan Anka buah nya, ia mengambilnya dan memeriksa isi nya.
"Gadis itu bernama Raisa Anglina, putri dari Bram Gunawan, pemilik perusahaan Gunawan yang hampir bangkrut. Mereka sedang mencari bantuan kepada beberapa perusahaan besar yang pernah menjalin kerja sama dengan perusahaan mereka.
Gadis itu berusia 19 tahun. Tidak kuliah, dia hanya seorang pekerja paru waktu di sebuah hotel." jelas pria itu lagi.
Sudut bibir Yoga terangkat, membentuk sebuah senyuman yang siapapun yang melihatnya akan merasa takut.
"Mainan baru ku, lakukan berbagai cara untuk mendapatkan nya!"
"Baik boss saya akan melakukan nya" jawab pria itu sembari menunduk hormat.
"Kalau begitu, saya pamit undur diri boss"
Pria yang mengenakan jas hitam menunduk lagi bersiap untuk pergi. Namun, suara Yoga kembali menghentikan nya dan berbalik menghadap pada boss nya.
"Jangan lakukan apapun, cukup bawa pria tua itu datang ke sini!"
"Baik boss" jawab nya. Lalu kembali berbalik melihat perintah dari sorot mata Yoga.
"Gadis kecil, kau akan menjadi milik ku. Apapun yang sudah mengusik ku, tidak akan pernah bisa lari dari kekejaman ku!" gumam Yoga dalam hati.
...****************...
Bram begitu gembira, ia mendapat pesan bahwa tuan muda dari perusahaan besar mengundangnya datang ke perusahaan nya.
"Melinda!!! Melinda!!!" teriak Bram memanggil istrinya. Ia berlari ke ruang keluarga sembari memegang ponsel yang memperlihatkan pesan dari sekretaris tuan muda itu.
Melinda langsung berlari menemui suaminya setelah mendengar teriakan itu.
"Ada apa suami ku? kenapa kamu berteriak?" tanya Melinda.
Raisa yang baru saja keluar dari kamarnya ikut heran mendengar teriakan papa nya. Ia berhenti di ruang tamu menatap papa dan mama tirinya tengah membaca sebuah pesan di ponsel milik Bram.
"Wahhh pa, akhirnya ada juga perusahaan besar yang mau membantu kita!" sorak Melinda senang.
"Hah? ada yang membantu perusahaan? siapa yang udah menggoda pengusaha kaya.?" batin Raisa.
"Heh! kenapa kamu berdiri di situ?" Melinda menatap Raisa yang menatapnya datar.
"Kau lihat ini, pasti Mawar yang udah membuat tuan muda kaya ini terkesan!" ucap Melinda membanggakan putrinya yang tidak melakukan apapun.
"Cih, wajar saja. Kalian kan sama" balas Raisa tersenyum miring, lalu pergi begitu saja dari rumah.
"Ih papa! lihat putri mu. Dia selalu menghina ku!"rengek Melinda meminta pembelaan dari pria yang sudah buta akan kekuasaan.
"Sudah lah ma. Lupakan gadis kecil itu. Sekarang kita tidak boleh marah marah. Lihat kabar baik ini"
Melinda tersenyum kecut, ia merubah ekspresi nya menjadi senang.
"Ayo pa, pergilah dengan ku ke perusahaan itu. Aku akan membantu mu berbicara dengan tuan muda itu!"
Bram mengangguk, membawa istri nya bukanlah hal yang sulit baginya.
"Baiklah, ayo kita bersiap!" seru Bram.
Mereka bersiap dengan sangat rapi, seperti akan mendapatkan kabar baik saja. Padahal di dalam pesan itu tidak ada kata kata yang menjelaskan bahwa mereka akan di bantu. Pesan itu hanya berisi tentang perintah dari tuan muda Yoga, agar Bram datang menghadap dirinya.
Raisa bekerja di sebuah hotel, namun dirinya bukanlah sebagai pelayan hotel. Tapi, Raisa bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah restauran yang ada di dalam hotel tersebut.
Gadis ini sangat pintar, ceria dan rajin dalam bekerja. manager Restauran sangat senang dengan nya. Gaji Raisa tidak sama dengan gaji pegawai lain, meskipun hanya paru waktu, Raisa mendapatkan gaji sedikit lebih tinggi dari pegawai yang lain.
"Selamat siang boss!!" sapa Raisa tersenyum lebar pada Johan, manager Restauran.
"Pagi cantik, apa kau sangat bahagia hari ini?" tanya Johan, ia menatap Raisa yang terlihat tersenyum lebar padanya.
"Tentu saja boss, perusahaan papa saya sudah ada yang membantu. Jadi saya tidak akan di paksa lagi untuk menggoda pria kaya untuk membantu perusahaan papa" jelas Raisa jujur.
"Wah bagus dong, saya turut senang Raisa" sahut Johan. Padahal dalam hati ia sangat sedih melihat keadaan gadis ini.
"Andai kamu mau ikut bersama ku, maka kamu akan bahagia Raisa" ucap Johan begitu saja. Membuat wajah bahagia Raisa berubah menjadi cemberut.
"Boss mulai lagi, saya kan udah katakan. Saya tidak mau menjadi seorang yang sudah lama mati, sadar lah boss!" ucap Raisa sembari beranjak meninggalkan Johan menghela nafas berat.
"Wajah mu terlihat sangat mirip dengan nya, jika dia masih hidup, aku yakin kalian akan terlihat sangat mirip" gumam Johan menghela nafas berat, sulit baginya melupakan gadis kecil yang selama ini terus menghantui hidupnya.
Raisa bekerja seperti biasanya, tiba-tiba ponselnya berdering menghentikan aktivitas nya yang sedang membersihkan meja.
"Siapa sih!"gerutunya dalam hati.
Raisa mendengus, ternyata panggilan itu dari papanya.
Dari kejauhan Johan melirik Raisa, ia mendengar dering ponsel Raisa berbunyi.
"Ada apa?" tanya Raisa to the poin.
"Pulang segera!"
"Aku sedang bekerja, mana bisa aku pulang!" protes Raisa dengan suara meninggi
"Aku tidak mau tahu, kau harus pulang dan menghadap pada ku!"
Klik!
"Cih... " Raisa menatap tidak percaya layar ponselnya. Masih adakah yang mengganggu hidupnya lagi? apa yang akan mereka perintahkan lagi pada nya.
"Ada apa?"tanya Johan menghampiri.
Raisa tak menggubris, ia melewati boss nya itu dan pergi ke ruang ganti.
Setelah berganti pakaian, Raisa pergi menemui Johan.
"Maaf boss, saya harus pulang sekarang"
Raut wajah Johan terkejut.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Pria tua itu memaksa ku untuk pulang. Aku harus menemuinya terlebih dulu!" ucap Raisa dengan suara datar.
"Baiklah kalau begitu, kau akan ku antar"
Raisa menggeleng, ia tidak mau Johan berurusan dengan Bram. Bisa bisa papanya akan memeras Johan nantinya.
"Tidak perlu boss, aku bisa pulang sendiri. Anda tetaplah di sini" tolak Raisa tersenyum meyakinkan Johan bahwa dirinya baik baik saja.
"Baiklah, kalau begitu kabari aku setelah kau tiba di rumah. Ada apa apa hubungi aku segera!" ucap Johan mengacak rambut Raisa pelan.
Gadis itu tidak marah, ia sudah terbiasa dengan sikap Johan seperti ini padanya.
"Kalau begitu aku pergi dulu boss" pamit Raisa sembari menunduk hormat.
"Hati hati" sahut Johan.
Raisa berjalan kaki menuju halte, ternyata di luar baru saja selesai hujan. Raisa benar benar tidak tahu. Dengan hati hati Raisa melangkah cepat ketika berjalan di trotoar yang terdapat genangan air di aspal.
Cittt.......
Byur~
Basah kuyup, Raisa menatap bajunya berwarna putih berubah menjadi kecoklatan terkena air kotor itu.
"Sialan!!!! Gak ada otak!!! baju aku jadi kotor!!" umpat Raisa berteriak menunjuk kearah mobil yang membuat genangan air itu melayang menghampiri bajunya.
"Eh" tiba-tiba mobil hitam itu berhenti dan perlahan mundur. Raisa menjadi terkejut, ia menatap mobil hitam yang sudah berhenti di hadapannya.
"Dasar pengemudi kurang ajar!" maki Raisa lagi, namun ia mendadak diam ketika kaca mobil tiba-tiba terbuka.
"Ka-Kamu?" kaget Raisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu. Jantung nya berdetak cepat, seakan ingin melompat dari dalam tubuhnya.
Tatapan mata itu tidak bersahabat, ia menatap Raisa sangat tajam, seolah tatapan itu menunjukkan bahwa peperangan baru saja di mulai.
Raisa menetralkan raut wajahnya, ia berusaha terlihat berani.
"Heh tuan. Lihat baju saya jadi kotor. Apa anda tidak mau meminta maaf?", tanya Raisa pada Yoga.
"Maaf nona, saya ti-" ucap supir terhenti.
"Tidak perlu meminta maaf padanya, kesalahan nya lebih besar dari ini!" ucap Yoga memotong ucapan supirnya.
Mata Raisa melebar setelah mendengar ucapan pria itu.
"Tuan, anda ini kenapa sih! kesalahan apa yang saya lakukan!" teriak Raisa. Namun Yoga memberi kode pada supirnya untuk menjalankan mobilnya.
"Dasar tidak sopan!!! tidak bertanggung jawab!!! Pria arogan" teriak Raisa mencak mencak menahan emosi yang sudah hampir melewati ubun ubun. Jika bisa di lihat, kepala Raisa pasti terlihat berasap saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Zahra Zah
f
2022-07-06
2
Akram Lay
bagus thor lanjutkan
2022-06-05
3