Samuel mencuri lihat ke arah Zahra. Entah kenapa, Samuel merasa terpikat dengan pancaran mata Zahra saat di toilet tadi. Dia seperti sangat mengenali mata itu. Dia berusaha mengingat dimana dia pernah melihatnya. Tetapi dia tidak menemukan jawabannya. Namun, Samuel sangat yakin jika dia pernah melihat mata itu.
Zahra yang peka, menyadari ada mata yang sedang menatap tajam padanya. Ia pun refleks melirik ke samping dan mendapati Samuel yang sedang menatapnya.
Zahra langsung menarik pandangannya. Kemudian mencolek Melati untuk menghilangkan kecanggungannya.
"Ada apa?"
Melati yang sedang melamun, terkejut saat jari Zahra mencoleknya.
"Kamu melamunkan apa?" tanya Zahra.
"Ra kira-kira aku harus memilih siapa yah untuk menjadi imamku?" Melati malah bertanya balik. Namun, pertanyaannya membuat Zahra terkejut.
"Kamu dilamar seseorang Mel? Kok tidak bilang?"
"Tidak, tapi aku sedang bingung harus memilih Sultan atau Samuel."
Jawaban Melati membuat Zahra cengo.
Sultan adalah pria yang Melati taksir. Mereka bertemu saat Zahra mengajaknya ke sebuah acara pengajian. Awalnya, pria itu berniat memberikan kartu namanya pada Zahra. Tapi, tahulah Melati bagaimana? Ia dengan tak tahu malunya menyambar kartu nama pria itu. Parahnya lagi, selama ini Melati bertukar chat dengan Sultan dan menyamar sebagai Zahra.
Zahra yang mendengar sahabatnya itu bertanya ngaco, merasa gemes dan mencubit pinggang Melati.
"Aoh." pekik Melati tak tertahan. Membuat seisi kelas sontak melihat ke arahnya.
"Sakit tau!" Melati protes dengan suara pelan sambil mengusap pinggangnya.
"Yeh, lagian kamu ngaco. Mana ada wanita bingung-bingung memilih imamnya sedang dilamar aja enggak," bisik Zahra.
"Yeh biarin aja, yang bingung-bingung saya," cetus Melati santai.
...
Saat kelas selesai. Melati heboh menarik Zahra ke kantin. Perutnya udah berdendang.
"Pelan-pelan Mel, aah..."
Karena di tarik oleh Melati, Zahra tidak sengaja menabrak Samuel yang juga mau masuk kantin.
"Astaghfirullah maaf maaf."
Sambil menahan malu, Zahra meminta maaf pada Samuel.
Lain halnya dengan Melati. Dia malah memperkenalkan dirinya tanpa tahu malu.
"Hai akhi, perkenalkan nama saya Melati dan ini sahabat saya Zahra."
Samuel tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan mereka. Yah, walau pun tidak di pungkiri kalau dia masih kesal sama Melati gegara insiden toilet wanita pagi tadi.
Tapi Samuel bukan pria pendendam begitu. Terlebih dia dapat melihat jelas betapa dekatnya Melati dengan gadis yang membuatnya tertarik. Atau kita sebut saja Samuel penasaran dengan Zahra. Matanya! Mata gadis itu terasa tidak asing bagi Samuel.
"Samuel! Kalian bisa memanggil saya Sam."
Melati hampir saja menjabat tangan pria yang bukan mahramnya itu saking terpesonanya melihat senyuman manis Sam. Tapi, untunglah ia segera tersadar oleh colekan Zahra.
Karena tidak ada yang membalas jabatannya, Samuel menarik kembali tangannya dengan canggung.
"Apa kamu muslim?"
Tanya Sam pada Zahra.
"Iya kami muslim, maaf kamu?" Bukan Zahra, tetapi Melati yang menjawab.
Melati berdoa dalam hati jangan sampai Sam seorang non-muslim. Jika benar, maka pupus sudah harapannya.
"Non_Muslim." (author sengaja tidak menspil nama agamanya yah.)
Melati seperti mau pingsan mendengar jawaban Sam.
Melati melirik Zahra seperti meminta bantuan harus bilang apa sekarang.
Zahra hanya tersenyum dan berkata.
"Senang berkenalan dengan kamu. Kami masuk dulu, permisi."
Zahra memberi salam dengan mengatupkan kedua telapak tangannya.
...
"Boleh aku bergabung dengan kalian?"
Tanya Sam sambil membawa cemilan dan minumannya ke meja Zahra dan Melati.
Zahra mau meminta maaf dan berkata tidak. Tapi Melati, eeehhhh... gadis labil itu keburu mempersilahkan Sam duduk di antara mereka dengan santainya. Tidak, malu apa. Lihat! Seisi kantin menatap mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments