"Aku balik duluan yah, daaah," Melati melambaikan tangannya.
"Assalamualaikum!" sindir Zahra. Membuat Melati cengengesan karena menyadari kesalahannya.
"Hehe, waalaikumsalam!"
...
"Aduh sayangku, kenapa kamu suka males-malesan begini, hem?" tanya Zahra pada mobilnya yang kempes.
"Huff mana Melati sudah balik duluan lagi," gumamnya dengan raut bingung.
"Ada masalah apa?"
Sam menghentikan mobilnya di depan Zahra. Dan bersamaan Zahra menjawab, ia juga melihat keadaan ban mobil gadis itu.
"Emm tidak apa-apa kok."
"Ayo aku antar. Nanti mobil kamu, serahkan pada tukang bengkel saja."
"Tidak perlu, aku akan memanggil montir kesini."
Zahra menghubungi montir langganannya. Tapi sayang, montirnya sedang menuju langganan lain ke arah yang berlawanan.
"Bagaimana? ini sudah sore dan akan semakin gelap nantinya."
Sam menunggu Zahra, sebenarnya dia bersyukur ban Zahra kempes. Dia bisa punya harapan untuk mengantar Zahra.
"Baiklah, terima kasih."
Mau tidak mau Zahra terpaksa menumpang pada Sam. Hari ini kelas selesai agak kesorean. Dan hari sebentar lagi gelap. Dia tidak mungkin tinggal disana seorang diri.
"Tapi, apa arah kita tidak berlawanan?" tanya Zahra sebelum masuk ke mobil.
"Berlawanan juga aku antar. Ayo!"
Sam mempersilahkan Zahra masuk ke mobilnya.
"Rumah kamu dimana?"
Tanya Sam sambil terus fokus kearah jalanan.
"Jalan sebelah timur dari sini, maju saja."
"Oh kebetulan sekali, rumah kita satu arah."
Sam mengemudikan mobilnya sambil terus bertanya tentang Zahra. Hingga, ia yang berniat basa-basi untuk mengisi percakapan, menanyakan sesuatu yang rentan bagi gadis di sebelahnya itu.
"Oh ya, orang tua kamu kerja apa?"
Benar saja, pertanyaan Sam membuat Zahra terdiam.
Sam melirik Zahra, dan menunggu jawabannya. Belum menyadari kesalahannya.
"Aku yatim piatu," jawab Zahra lirih.
"Maaf! a_ku tidak bermaksud," ucap Sam cepat.
Zahra tak menjawab, ia memilih mengalihkan pandangan keluar jendela.
"Di depan," kata Zahra saat rumahnya sudah terlihat. Dan, sesaat kemudian, mobil sport merah milik Sam pun menepi di depan rumah yang lumayan besar dan megah.
"Terima kasih," ucap Zahra sambil menundukkan pandangannya.
"Hmm apa kamu memang selalu begini?" tanya Sam, membuat Zahra bingung.
"Maksud kamu?"
"Kamu tidak pernah menawarkan temanmu mampir ke rumah? walau sekedar basa-basi gitu?"
"Maaf! Tidak pantas bagi gadis sepertiku memasukkan pria ke dalam rumah, sedangkan aku hanya tinggal sendiri."
Mendengar perkataan Zahra Sam merasa ingin tahu lebih banyak tentangnya. Tapi, dia juga tidak enak hati terlalu banyak tanya di awal perkenalan mereka.
"Tidak, aku hanya bercanda. Ini sudah sore dan aku juga ada urusan. Baiklah, sampai ketemu besok."
Sam melambaikan tangannya pada Zahra dengan senyumannya yang begitu manis. Sayang, senyuman itu menjadi mubadzir. Nyatanya, sejak tadi hingga Sam pergi, Zahra tak pernah melihat ke arahnya. Karena Zahra memang sosok muslimah yang menjaga pandangan dari kaum adam.
...
Zahra memasuki rumahnya. Setiap pulang ke rumah, dia merasa hatinya hampa. Tidak ada suara siapa pun selain suaranya sendiri di rumah sebesar itu.
Kadang Zahra merasa sangat iri dengan orang lain yang setiap pulang ke rumah bisa berteriak memanggil orang tua mereka atau saudara mereka.
Zahra masuk ke kamarnya, mandi, sholat lalu membuka laptopnya. Lalu, ia menulis sambil menunggu waktu sholat berikutnya.
...
Saat adzan subuh berkumandang, Zahra bangun mengambil wudhu lalu sholat kemudian mengaji. Itu sudah rutinitas gadis kesepian itu.
Zahra kemudian turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.
"Ya Allah, kenapa aku bisa lupa kalau mobilku masih di kampus," gumam Zahra, lalu ia pun mengeluarkan telponnya.
"Mel kamu singgah di rumah yah, kemarin ban mobilku bocor di kampus dan aku lupa meminta montir memperbaikinya."
Zahra menelpon Melati sambil berjalan keluar. Namun, dia dikagetkan dengan pria yang sedang berdiri di depan gerbang rumahnya.
"Aduh aku baru saja sampai kampus," suara cempreng Melati terdengar, bahkan oleh Sam.
Melihat Sam melambai padanya. Zahra langsung mematikan telponnya secara sepihak.
"Ih langsung dimatikan saja, bilang kek kalau mau di jemput," dumel Melati.
...
"Bareng yuk!"
Sam dengan senyumnya menyambut Zahra. Ia sengaja berangkat lebih awal agar bisa barengan dengan gadis di depannya itu.
Zahra mengangkat tangannya. Melihat jam yang melingkar disana. Dan, setelahnya ia pun mengangguk. Bisa telat jika ia harus nungguin taksi.
Sepanjang perjalanan mereka saling diam. Zahra dasarnya memang tidak banyak bicara sedangkan Sam takut jika terlalu banyak bicara Zahra akan risih padanya.
...
Melati yang dari tadi mencoba menelpon balik Zahra terkejut saat melihat Sam membukakan pintu mobilnya untuk seseorang yang berhasil membuatnya terperangah.
"Terima kasih!" Ucap Zahra pada Sam.
"Sama-sama."
Sam berjalan duluan kedalam kampus. Meninggalkan Zahra yang sudah ada Melati di sampingnya. Sepertinya siap mencecar!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments