Hari ini Oka benar-benar disibukan dengan setumpuk pekerjaan, dari mulai membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya) sampai dengan rapat dengan beberapa vendor, dia bahkan tidak sempat turun ke bawah untuk makan siang. Dia baru saja kembali ke mejanya sekitar pukul 2 siang setelah rapat dengan vendor.
“Gus!” Oka memanggil Agus salah satu staffnya. “MTO kemarin sepertinya ada yang terlewat.”
“Masa, Mas?”
“Coba kamu cross check sama DED nya lagi.”
“Siap, Mas!”
“Riko sama Andri belum balik?”
“Belum, tadi Andri telepon katanya mereka langsung ke Serpong.”
Oka mengangguk mendengar jawab Tiara.
“Oh iya, Mas, tadi ada yang nyariin,” ucap Tiara kembali namun kali ini dengan senyum menggoda.
“Siapa?”
“Mbak Tania.”
“Ehm-ehm!” Seketika area estimator ribut dengan suara deheman.
“Sikat, Mas!” Seru Yudi dari mejanya.
“Sikat-sikat, memangnya baju kotor disikat segala.”
“Hahaha.”
“Mbak Tania ngasih ini, Mas.” Tania memberikan Oka sebuah paper bag sebuah restoran Jepang ternama. “Katanya jangan lupa makan.”
“Cieeee!!!”
Kehebohan kini bukan hanya berasal dari divisi Oka, tapi juga dari divisi drafter yang berada tak jauh dari estimator.
“Masuk, Pak Eko!” Seru Kemal yang membuat suasanya semakin heboh dengan gelak tawa.
Mendengar olok-olokan dari rekan-rekan sedepartemennya Oka hanya tersenyum sambil mengirimkan pesan kepada Tania yang langsung mendapat balasan.
Asoka :
Thank you for the food, I’ll enjoy it (Terimakasih untuk makanannya, aku akan menikmatinya).
Tania :
My pleasure (Dengan senang hati).
Tania Putri Sabrina, mantan finalis Abang None Jakarta yang kini menjabat sebagai sekretaris direksi. Cantik? Ya, tentu saja, kulitnya kuning langsat bersih terawat, tubuhnya tinggi semampai, rambutnya hitam sebahu, juga pintar dan sangat menyenangkan untuk diajak berbicara. Itulah yang membuatnya bisa dekat dengan Oka, karena Tania bisa mengimbangi pembicaraan Oka.
Oka terkenal sangat irit berbicara ketika berhadapan dengan perempuan, membuat para perempuan kadang bingung ketika harus menjalin komunikasi selain masalah pekerjaan. Namun Tania berbeda, dia selalu memiliki bahan pembicaraan walaupun sama saja Oka biasanya hanya akan lebih banyak mendengarkan saja.
Akhir-akhir ini perhatian Tania semakin intens, dia akan mengiriminya makan siang ketika Oka sibuk bekerja hingga tak sempat turun untuk makan siang. Biasanya Oka hanya istirahat shalat dzuhur kemudian minum secangkir kopi hitam buatan Deden, dan Tania yang sudah mengetahui kebiasaan buruknya itu akan dengan senang hati membelikan makan siang ketika kembali dari istrirahatnya.
Hal itu tentu saja menjadi pembicaraan banyak orang. Tania, karyawan level atas yang menolak seorang general manager dari bank swasta yang hidupnya sudah mapan demi seorang Asoka Danubrata, seorang karyawan biasa. Keputusannya itu disayangkan oleh sebagian banyak orang mengingat pria yang ditolak Tania adalah pria yang sudah mapan dan dianggap bisa mengimbangi gaya hidup Tania yang memang kelas atas.
Selain itu sikap Oka yang dinilai masih belum menerima Tania sepenuhnya menjadi alasan bagi teman-teman Tania semakin menyayangkan keputusan yang diambil Tania yang lebih memilih Oka daripada Rafli, sang GM bank GA.
Entah apa yang menjadi bahan pertimbangan Tania hingga memilih seorang Asoka Danubrata, yang membuat semua orang tak mengerti dengan jalan pikiran seorang putri dari salah satu pejabat BUMN itu.
Oka terdiam menatap bento yang dibelikan Tania untuk makan siangnya kali ini, pikirannya melayang pada pembicaraannya dengan ketiga sahabatnya beberapa malam lalu.
“Yang namanya usaha semua dari bawah dulu, tidak langsung besar dan berhasil. Pasti ada gagal-gagalnya,” ucap Oka.
Malam itu Oka, Kemal, Mantir dan Wempi seperti biasanya sedang duduk di tenda nasi goreng si Jenggot yang mangkal depan kantor POLARIS.
“Bokap pernah cerita, dulu di awal merintis usaha dia juga sama seperti kita, pernah jatuh bangun, sampai pernah tidak punya apa-apa. Perlu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun untuk sampai seperti sekarang. Semua perlu proses, belajar dari setiap kegagalan. Apalagi POLARIS baru setahun berdiri, jadi ya wajar saja kalau masih sering gagal dalam tender, yang penting kegagalan itu jangan sampai membuat kita menyerah, tapi kita jadikan pengalaman dan pelajaran. Apa yang kurang, apa yang salah dari tender kemarin, kita betulin lagi, kita lengkapin lagi.”
Ketiga temannya mengangguk setuju.
“Ibarat kata, kita ini bayi yang masih belajar jalan jadi pasti sering jatuh, ya nikmatin saja proses belajarnya, jangan langsung mau lari, malah bahaya.”
“Tapi yang gue dengar-dengar ini ada permainan orang dalam, Ka, itu yang bikin kesal.”
“Kalau yang seperti itu bakal ada saja sih, tapi balik lagi ke soal rezeki. Kalau bukan rezeki kita, ya, mau bagaimana lagi, tapi kalau misalnya ini sudah rezeki kita, ada tidak ada orang dalam tetap akan jadi milik kita.”
“Jenggot! Teh hangat seperti biasa,” seru Wempi setelah menghabiskan nasi gorengnya.
“Siap, Bos!”
“Sama seperti jodoh. Walau di ujung Samudera kalau memang jodoh pasti ketemu juga, kalah deh yang dekat dan selalu ada,” ucap Mantir sambil makan kerupuk nasi gorengnya.
“Jiaaah, giliran soal jodoh saja, paham benar dah.”
“Hahaha.”
“Ngomong-ngomong soal jodoh … hubungan lo sama Tania bagaimana?” tanya Kemal penasaran.
“Baik,” jawab Oka singkat sambil menikmati teh hangatnya.
“Jadi, dia akhirnya yang berhasil menaklukan pangeran BUMI?”
Oka hanya tersenyum sambil mengedikan bahu.
“Bawalah kemari, kenalkan sama kita-kita,” ucap Wempi yang mendapat sahutan setuju oleh Mantir.
“Jangan, bahaya kalau dibawa ke sarang penyamun.”
“Sialan!”
“Hahahaha.”
“Dia belum tahu siapa lo?”
“Belumlah, belum waktunya.” Oka meneguk teh hangatnya sebelum kembali berkata. “Gue … masih belum yakin sama Tania.”
“Belum yakin kenapa?”
“Tidak tahu, kayak ada sesuatu yang ganjal saja sih. Ngerti tidak? Kayak yang belum yakin 100 persen saja sih.”
“Bukan karena … dia yang tak pulang-pulang, setelah 3 kali puasa, tiga kali lebaran.”
“Bang Toyib dong.”
“Tidak, bukan karena dia,” ujar Oka paham dengan siapa yang teman-temannya maksud saat ini. “Hanya saja tidak tahu kenapa, tapi ada yang ganjal saja sih di hati tuh. Kayak yang … gimana ya? Susah ngejelasinnya, ya seperti yang gue bilang tadi, aneh sih menurut gue. Belum lagi ini Tania lho, Tania!”
“Maksudnya lo masih belum percaya ada cewek seperti Tania yang mau sama lo?”
“Ya … mungkin,” jawab Oka ragu. “Lo tahu sendiri kan Tania seperti apa? Mantan Abang None, cantik? Iya, pintar? Iya, dari keluarga berada pula, gaji? Jauh di atas kita. Kok mau ya sama gue?”
“Ini juga yang bikin gue salut juga sama Tania, secara kita tahu sendirilah yang suka sama dia itu banyak termasuk katanya GM bank GA yang jelas-jelas hidupnya sudah mapan, eh dia malah milih lo yang cuma karyawan kelas bawah.”
“Kalau seperti itu ceritanya, itu sih patut dicurigai,” ujar Mantir semangat.
“Betul!” Wempi menganggukan kepala setuju dengan apa yang diucapkan Mantir.
“Kenapa?” Oka menatap kedua sahabatnya.
“Perempuan cantik, pintar, banyak lelaki yang suka termasuk pria yang hidupnya sudah mapan, tapi dia malah milih kita nih, yang buat makan besok saja sepertinya masih galau. Apa tidak aneh?”
“Bukan milih lo, Mantir, tapi milih si Kampret! Kalau sama lo sih, dia juga amit-amit.”
“Langsung kena sawan dia.”
“Hahaha.”
“Oke! Si Kampret memang ganteng, semua tahu itu, tapi … kita tidak bisa makan karena modal ganteng doang, kan? Memangnya bisa kita ke warteg nih, pas mau bayar kita cuma ngomong, mbak saya mau makan sama telor ceplok, bayarannya mbak boleh lihatin saya lima menit.”
“Kalau sama ayam goreng, 10 menit.” Wempi melanjutkan ucapan Mantir sambil terkekeh.
“Kalau sama tempe orek saja berapa menit?” tanya Oka dengan senyum isengnya.
“Kalau tempe orek, cukuplah 2 menit,” jawab Wempi membuat mereka tertawa.
“Nah! Tidak mungkin, bukan? Kalau itu bisa, kasihan si Wempi, buat makan sama tahu goreng saja harus dilihatin sama tukang warteg selama berjam-jam.”
“Hahahaha.”
“Jadi maksud lo itu apa, Tir?”
“Maksud gue itu, cewek yang mendekati sempurna seperti Tania dan dia menolak laki-laki yang hidupnya sudah mapan demi kita yang hidupnya pas-pasan, itu wajib dicurigai. Jangan-jangan nih, dia sudah tahu identitas lo sebagai pewaris BUMI secara dia adalah sekretaris direksi.”
“Tidak boleh tsu’udzon.”
“Bukan su’udzon, tapi kita wajib untuk waspada, bukan? Apalagi seperti yang lo bilang tadi, dia baik sama lo secara tiba-tiba. Itu wajib dicurigai banget sih.”
“Betul itu, bisa saja dia secara tidak sengaja mengetahui tentang identitas kau.”
Oka terdiam memikirkan hal itu. Namun bukankah di kantor tidak ada yang mengetahuinya? Bahkan level atas pun tak ada yang mengetahuinya, tapi bisa saja kan Hadi Iskandar tanpa sengaja melihat Oka dan mengenalinya, secara mereka pernah beberapa kali bertemu dan ayah Andi pernah mengenalkan mereka berdua.
Oka terdiam menyadari hal itu. Oka telah memutuskan dia akan mencari tahu secepatnya. Apa Tania benar-benar menyukai dirinya, Asoka Danubrata yang seorang karyawan biasa, atau karena dia memang sudah mengetahui identitasnya?
*****
RAB (Rencana Anggaran Biaya): estimasi biaya yang disusun secara rinci untuk bahan, alat dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek.
DED (Detail Engineering Design) atau detail gambar kerja: gambar design teknis secara detail yang dijadikan acuan pelaksanaan proyek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
✨️ɛ.
kalo si Tania udah tau siapa Oka, ya mending Oka kemana² lah daripada si "cuma" GM bank.. 😅
2024-11-16
0
sakura🇵🇸
aku juga merasa begitu...apalagi sekretaris direksi,pasti punya akses untuk tau keluarga atasannya
2023-12-07
1
✨Susanti✨
next
2023-03-03
0