Beberapa bulan sebelum PROLOG
Oka pikir dunia kerja akan menyenangkan, minimal sedikit lebih santai daripada saat kuliah. Terbebas dari tugas yang menumpuk juga dosen killer yang menyebalkan. Tapi ternyata sama saja, atau bahkan lebih parah.
Tugas? Ya, namanya juga kerja pastilah ada saja dong kerjaan, bedanya adalah kalau kuliah kita salah hitung saat mengerjakan tugas, paling dapat nilai C, D, atau bahkan mungkin juga E, tapi itu tidak sampai membahayakan hidup orang lain.
Dalam hal ini pekerjaan Oka yang berkecimpung dalam dunia bangun membangun gedung maupun infrastruktur maka salah hitung sedikit saja, atau bahan yang digunakan tidak sesuai maka nyawa orang lain jadi taruhannya, karena bangunan bisa saja roboh dan menimpa orang-orang di dalamnya bahkan di sekelilingya. Kalau jembatan, ya jembatannya bisa ambruk. Atau bisa saja kita menyebabkan kerugian bagi perusahaan, yang berdampak bagi semua karyawaan bahkan kelangsungan perusahaan itu sendiri.
Itu dari sisi tugas dan tanggung jawab, sekarang dari sisi atasan. Lupakan dosen killer, itu tidak ada apa-apanya! Maksudnya, tidak setiap hari kita bertemu dengan dosen killer, bukan? Kalau ada jadwal kuliah saja dan itu paling satu, dua jam saja setelah itu ya sudah. Beda dengan atasan yang kita bertemu, berhubungannya setiap hari, dari pagi sampai sore, bahkan sampai malam kalau lembur. Dan itu sangat menyebalkan!
Atasan Oka menyebalkan? Ya, dia sangat menyebalkan. Bukan atasan yang galak layaknya dosen killer, bukan. Hanya tipe penjilat ulung yang bikin muak.
Namun untung saja identitas Oka sebagai anak pemilik perusahaan masih belum diketahui siapapun, kalau tidak, bisa dibayangkan mungkin Ananta akan menempel kepada Oka seperti yang dia lakukan kepada Riko, keponakan Hadi, direktur sekaligus salah satu orang kepercayaan Andi Santoso.
Sialnya bagi Oka karena Riko berada di divisi yang sama dengannya, yang artinya Riko adalah salah satu staff Oka. Kalau seandainya Riko memang mumpuni tidak akan jadi masalah bagi Oka dan yang lainnya, tapi kemampuan Riko berada di bawah rata-rata, dan itu sering membuat kesal rekan-rekan yang lainnya termasuk Oka sebagai supervisornya.
“Riko itu masih baru, kamu sebagai seniornya yang harusnya bisa membimbing dan memberi tahu dia.”
“Dia sudah bekerja di sini hampir setahun, seharusnya dia sudah paham bagaimana membedakan perhitungan satuan unit dengan satuan luas.”
Bagaimana Oka tidak kesal karena kesalahan Riko kali ini cukup fatal dalam membuat anggaran biaya proyek yang bisa menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan.
“Bukan salah Riko, tapi salah kamu sebagai supervisornya yang tidak bisa mengajarinya.”
Lihat? Menyebalkan sekali bukan, ketika sebuah kesalahan dimaklumi karena latar belakang status.
Sebagai supervisor tentu saja Oka tahu tanggung jawabnya, dan dia paham jika kesalahan Riko akan menjadi tanggung jawabnya juga. Yang Oka tidak terima adalah ketika dia menegur Riko dan Ananta mengetahui hal itu, Ananta tanpa ragu menegur Oka langsung tanpa mencari tahu duduk perkaranya terlebih dahulu.
“Sudahlah, Ka, ini bukan pertama kali juga kan lo ditegur si Mail gara-gara anak itu,” ucap Kemal sambil menghembuskan asap rokok.
Saat ini Oka, Kemal, dan Hendra berada di depan parkiran motor, duduk di pinggir trotoar sambil merokok. Tidak, Oka bukan perokok berat seperti kedua temannya, hanya saja sesekali Oka akan membakar zat nikotin itu untuk menyalurkan emosinya.
“Karena sudah terlalu sering makanya kesabaran gue sudah habis, dan tadi itu terlalu fatal untuk dimaklumi. BUMI bisa mengalami kerugian besar.”
“Hahaha, itu baru keponakan H.I, kebayang tidak sih kalau si Riko itu anaknya A.S? Si Mail sudah mengkultuskan dia kali ya?” Hendra berkata sambil menjentikkan abu rokoknya.
H.I adalah Hadi Iskandar, Direktur untuk wilayah Jakarta dan Jawa Barat, sedangkan A.S tidak lain tidak bukan adalah Andi Santoso. Untuk beberapa level atas para karyawan memanggilnya dengan singkatan nama, sedangkan khusus untuk Ananta mereka memanggilnya dengan panggilan Mail karena memang manager departemen project itu sangat mirip dengan salah satu tokoh kartun buatan Negri Jiran. Dari mulai rambut, wajahnya yang selalu terlihat cemberut, tidak ketinggalan sifat matrenya juga sama.
“Kalau misalnya anaknya A.S kerja di sini bagaimana ya?” Hendra bertanya yang membuat Kemal tersedak, sedangkan Oka terlihat santai menghisap rokoknya. “Terus dia sama begonya kayak si tuan muda.”
“Hahaha.” Tawa Kemal semakin menjadi ketika mendengar ucapan Hendra yang menyamakan Oka dengan Riko, berbeda dengan Oka yang hanya tersenyum sambil mengembuskan asap rokok.
“Gue serius!” Hendra berusaha meyakinkan kedua rekannya yang malah menertawakannya. “Gue pernah dengar A.S punya anak cowok yang katanya bakal mewarisi BUMI, secara kedua kakaknya perempuan dan tidak ada yang terjun di bisnis property, sedangkan yang cowok ini katanya sih anak teknik jadi bisa dipastikan kalau dia sudah disiapkan buat gantiin A.S.”
Sambil berusaha menahan tawa Kemal mengangguk-anggukkan kepala, sedangkan Oka masih terlihat santai.
“Ya, mudah-mudahan saja dia tidak bego.”
Tawa Kemal meledak mendengar Oka yang berkata dengan santai sambil membuang puntung rokok.
“Minimal dia bisa membedakan satuan unit sama satuan luas ya, Ka, biar perusahaan tidak bangkrut,” ucap Kemal dengan senyum jahil.
“Iya.” Oka berdiri kemudian menginjak puntung rokoknya. “Balik yuk!”
Kemal dan Hendra mengikuti Oka dari belakang sambil terus bercerita tentang sang pewaris BUMI.
“Kalau anaknya A.S kerja di sini, dia bagian apa ya? Tapi kayaknya sih langsung ke lantai atas ya secara kan pewaris.” Hendra masih terdengar penasaran.
“Gue harap sih dia masuk divisi gue biar bisa deketin, siapa tahu gue bisa naik ke lantai atas juga. Iya kan, Ka?” Ujar Kemal dengan senyum jahil.
“Yoi!” Oka memakai helmnya kemudian naik ke atas si bujang, motor kesayangannya.
“Tinggal deketin saja tuh si Riko.” Hendra bersiap menaiki motornya yang terparkir tak jauh dari motor Oka dan Kemal.
“Tipe gue Rika bukan Riko!” Seru Oka sambil menyalakan mesin motor.
“Hahaha.”
“Duluan ya, assalamualaikum!”
Oka melajukan si bujang meninggalkan kedua rekan sedepartemennya.
Tiga tahun sudah Oka bekerja di BUMI dan menjabat sebagai estimator supervisor, begitu pula dengan Kemal yang menjadi drafter supervisor, sedangkan Hendra adalah senior arsitek. Selain meraka bertiga ada juga Doni dan Angga. Mereka berlima akan berkumpul disaat istirahat atau sore setelah shalat ashar, mereka biasanya merokok dulu sebatang sebelum kembali bekerja. Dan biasanya untuk mengindari kemacetan jam pulang kerja, mereka berlima akan shalat magrib di kantor lanjut nongkrong sebentar sebelum sekitar jam 7 atau 8 mereka pulang ke rumah masing-masing.
Bagi Hendra dan Doni yang sudah menikah, atau Angga yang masih tinggal bersama keluarganya, mungkin pulang ke rumah merupakan hal yang dinantikan karena ada senyuman keluarga yang menyambut mereka ketika sampai rumah, dengan masakan hangat untuk makan malam, atau hanya secangkir kopi.
Berbeda dengan Oka yang selama ini tinggal sendiri, tak ada sambutan dari keluarga apalagi istri. Yang menyambutnya hanyalah rumah gelap nan sepi.
Empat tahun sudah perempuan yang dahulu biasa mengisi hari-harinya pergi entah ke mana, meninggalkan dirinya tanpa kabar berita.
Oka tidak bodoh yang hanya menanti dalam ketidak pastian, dia sudah memutuskan batas waktu untuk menunggu. Dan kini batas waktu itu telah terlewat jauh.
“3 tahun. Waktunya sudah habis bukan?” Kemal bertanya sambil mengambil emping goreng yang dibungkus plastik, membuka, kemudian memakannya.
“Kira-kira siapa yang berhasil menjadi kekasih pangeran BUMI setelah 3 tahun menjomblo?” tanya Wempi dengan senyum mengembang dengan mulut penuh emping goreng.
“Memangnya ada yang mau? Gue sih curiga sekarang cewek-cewek pada kabur tiap lihat lo, Ka.” Mantir ikut membuka plastik emping dan mulai memakannya seperti teman-temannya.
“Belum tahu dia. Kasih tahu, Ke!” Oka terlihat santai sambil mengunyah emping goreng milik Mantir.
Malam itu, setahun yang lalu empat sekawan itu tengah berada di tenda nasi goreng si Jenggot yang mangkal di depan ruko yang disewa Oka untuk menjadi kantor POLARIS, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang kontruksi.
Awalnya keempatnya hanya membangun komunitas untuk membantu perbaikan fasilitas umum yang telalu lambat pemerintah tangani, terutama di daerah pelosok. Komunitas yang awalnya dibangun karena miris melihat keadaan di sekeliling mereka dimana banyak anak-anak bersekolah di bangunan yang hampir rubuh, jembatan penghubung antar desa yang tak layak dan bisa saja membahayakan nyawa orang yang melintasinya.
Bermodalkan ilmu yang mereka dapat dari bangku kuliah juga tabungan pribadi Oka, mereka mulai membuat sebuah komunitas yang diberi nama POLARIS, berharap komunitas itu akan menjadi cahaya dalam kegelapan bagi semua orang.
Setahun yang lalu mereka memutuskan menjadikan POLARIS sebagai perusahaan kontruksi dan mulai mengikuti beberapa tender. Dengan pengalaman Oka bekerja di bagian estimator, POLARIS berhasil memenangkan tender walaupun masih tender kecil-kecilan. Setidaknya kini POLARIS telah memiliki pemasukan yang keuntungannya selain untuk gaji, mereka sisihkan untuk tetap membantu membangun fasilitas umum di pelosok. Minimal dengan seperti itu, modal bukan hanya diambil dari tabungan pribadi Oka saja, yang kadang membuat ketiga temannya tak enak hati karena tidak bisa membantu dalam hal finansial.
“Yang suka sama dia itu ada,” ucap Kemal setelah menerima sepiring nasi goreng miliknya. “Cuma … ya tahu sendiri kan raja jomblo kita ini, sok jual mahal kalau depan cewek.”
“Bukan sok jual mahal, tapi memang belum ada yang sreg saja.” Oka memberi alasan sambil menyendok mie kuahnya.
“Bagaimana tahu cocok atau tidak kalau belum apa-apa sudah kau tolak.” Wempi berkata dengan mulut penuh nasi goreng.
“Nah sekarang sudah tiga tahun, sudah saatnya lupakan dia. Buka lowongan lagi buat hati lo, lakukan interview dulu, kalau cocok, ya bolehlah lo kasih kesempatan dengan masa percobaan 3 bulan.”
“Lo kira cari karyawan.” Oka terkekeh mendengar ucapan Kemal.
“Tapi gue setuju sama si bang Ke. Nikmatin masa muda kita, kawan!” Ujar Mantir setelah menelan kwetiau gorengnya. “Di dunia ini, perempuan itu bukan hanya satu, masih banyak perempuan yang cantik, bahkan jauh lebih cantik, juga lebih baik.”
“Tuhan sudah menciptakan perempuan sebegitu indahnya, jangan disia-siakan anugerah itu.”
“Betul!”
“Nah, dengerin tuh petuah playboy cap kampak kita itu, Ka. Walaupun mereka sering ditolak, diputusin, diselingkuhin, tapi mereka tidak pernah menyerah.”
“Jangan diingatkan lagi kalau kami sering ditolak dan diselingkuhin.”
“Aaah, dasar bang Ke, bikin mood gue anjlok saja nih.”
“Sudah, tidak usah kau dengarkan si Kemal ini. Dia sama saja nasibnya sama kita, sering diputusin dan ditolak.”
“Sialan!” Kemal melempar Wempi dengan potongan acar timun dari nasi gorengnya.
“Tapi minimal kita pernah merasakan punya ayang, iya kan?”
“Betul!”
Mereka bertiga tertawa sambil kembali meneruskan makan.
“Kita ini sudah semakin dewasa, ya kalau tidak mau dibilang semakin tua,” ucap Oka setelah menelan mie kuahnya. “Kalau mencari pasangan, pikiran kita kan sudah bukan untuk main-main lagi, yang hanya pacaran terus putus. Umur 25 tahun, cukuplah untuk kita mulai berpikir soal menikah dan memiliki keluarga.”
Semua mengangguk setuju.
“Gue itu bukannya tidak mau menjalin hubungan, hanya saja gue berpikir panjang dalam mencari pasangan. Karena maunya sekalinya dapat, itu untuk selamanya. Gue tidak mau menghabiskan waktu cuma buat pacaran dengan perempuan yang belum tentu jadi jodoh kita. Mending kita persiapkan diri kita, jadi kalau waktunya ketemu jodoh kita sudah siap lahir batin, bukan hanya modal cinta doang. Karena sejatinya PLN, PERTAMINA, sekolah, pasar, tidak akan mau dibayar pakai cinta.”
“Kalau soal itu gue setuju,” Kemal menyendok nasi goreng sambil menganggukkan kepala. “Tapi bukan berati kita harus menutup hati dan diri kita hanya untuk menunggu yang tidak pasti.”
“Benar itu. Yang sudah di depan mata saja belum tentu jodoh kita, apalagi ini yang sudah tahunan hilang tak tahu ke mana,” ujar Mantir sambil mengaduk-aduk kwetiaunya.
“Curhat, Bos.”
“Hahaha.”
“Ya kalian tahu sendiri bukan, bagaimana bodohnya dulu gue menganggap kalau Nadia itu bakal jadi jodoh gue sampai gue ribut sama keluarga karena menolak perempuan yang sudah mereka pilih, tapi ternyata Nadia malah selingkuhin gue.”
“Itu karena Nadia sama gadis Dayak itu bukan jodoh lo, Tir.”
“Nah maksud gue tuh yang sudah dijodohkan sama orangtua kita dari kita kecil, atau perempuan yang kita yakin akan menjadi jodoh kita, tapi kalau kata Tuhan bukan, ya sudah … tamat! Apalagi untuk kasus lo, Ka, yang tak pernah ada status mengikat apapun di antara kalian.”
“Iya, bisa saja di luar sana dia berkencan dengan pria lain, atau bahkan sudah menikah. Kita kan tidak tahu.”
“Kita bertiga minta lo lupain dia bukan karena kita tidak suka lo sama dia, bukan. Tapi karena kita peduli sama lo, Ka.”
“Kita mau lihat lo bahagia, bisa nikmatin hidup seperti kami bertiga, tidak terikat di cerita masa lalu yang belum usai.”
Oka mengingat percakapan dengan ketiga sahabatnya hampir setahun yang lalu, saat itu Oka menyadari begitu banyak orang-orang di sekelilingnya yang mengkhawatirkan tentang perjalanan kisah cintanya.
Setelah malam itu Oka menutup lembaran masa lalunya, berusaha melupakannya dan mulai membuka hati kembali.
Denting piano dari intro lagu 13 ragdoll milik Maroon 5 yang dijadikan nada panggilan mengalun mengisi malam yang sepi, mengembalikan Oka pada masa sekarang. Dia tersenyum menatap nama si penelpon yang hanya sebuah logo hati berwarna ungu, membuatnya langsung mengangkatnya karena tak ingin membuatnya khawatir.
“Wa’alaikumsalam. Iya, ini sudah di rumah, tadi mandi dulu terus sholat. Iya nanti makan …”
Di luar langit terlihat lebih gelap dari biasanya hanya ada bulan di temani setitik cahaya kecil dari bintang utara … polaris, yang tetap bersinar walaupun tak sebenderang dulu.
*****
Note :
*Assalamualaikum, halo semuanya apa kabar?
CuMa mau tanya, ingatkan kapan Arunika pergi*?
Iya, ketika Oka masih PKL, jadi anggap saja setahun sebelum Oka kerja.
Ingat juga kan ya, lulus kuliah Oka langsung kerja. Jadi kalau Oka sudah bekerja selama 3 tahun, berarti Arunika sudah pergi selama 4 tahun.
Mudah-mudahan paham ya sama perhitungan tahun Arunika pergi itu setahun lebih dulu daripada masa kerja Oka 😊
Oh iya, saya terharu banget lihat dukungan dari teman-teman semuanya, terima kasih banyak untuk dukungannya sama si abang yang masih galau ini. Sekali lagi terimakasih banyak, hatur nuhun, matur nuwun, thank you, lope-lope pokoknya mah 😍😘😘
Insyaallah Polaris up seperti biasa ya, 2 hari sekali, jam 19.00 wib.
Sekali lagi terimakasih banyak untuk semuanya yang masih setia dan selalu dukung bang Tarjo dan keluarga BUMI.
Love 😘
A.K
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Adeeva Haboo
kangen lho teh kita tuh nunggu 2hari sekali
2024-11-22
0
✨️ɛ.
setuju, Ka.. ngapain menunggu sesuatu yg tak pasti.. hidup harus tetap berjalan.. kalo emang jodoh ya pasti bakal disatuin lagi ama Kak Alana.. 😌
2024-11-16
0
✨️ɛ.
wah, jauh juga ya..
2024-11-16
0