3. Chapter 3

Nikita menyelesaikan mandinya lalu mengambil baju buthtub menyelimuti tubuhnya lalu berjalan menuju tempat tidur.

Matanya tertuju pada benda tipis kotak kecil dengan kertas dibawahnya.

Kertas itu bertuliskan nomor ponsel dan sebuah nama Kenzo.

"Ada dress dan pakaian dalam, obat pengar dan black card untukmu sayang, jika kamu sudah sadar telepon aku, gunakan black card itu semaumu, kamu milikku saat ini, jaga kesehatanmu dan jangan coba-coba kembali ke tempat itu lagi dan mabuk berat karena saat ini aku sedang berada di negaraku untuk menyelesaikan urusanku yang tidak bisa dihandle oleh asistenku, maafkan aku, aku sangat mencintaimu Nikita Celia."

Kenzo.

Nikita membuka laci itu dan mengambil gaun lengkap dengan bikininya.

"Ternyata ada pria yang baik hati dan bertanggungjawab atas diriku setelah ia mendapatkan keuntungan dariku, lumayan juga sebagai partner ranjangku," senyumnya mengembang lalu ia memasukkan kartu itu ke dalam dompetnya.

Obat pengar segera diminum, ia lantas berganti pakaian dengan dress-nya yang baru.

Setelah berdandan ala kadarnya, Nikita keluar dari kamar hotel. Kebetulan kunci mobilnya masih ada dalam tasnya berarti mobilnya berada di area parkir hotel.

Nikita langsung pulang ke rumah barunya yang diberikan mertuanya. Ia juga tidak ingin ke perusahaan yang sudah diberikan mertuanya.

"Mana mungkin aku memperkenalkan diriku dengan keadaan aku seperti ini di perusahaan itu, sebaiknya aku bersembunyi di kediamannya baruku sambil menunggu cetakan merah dari pria kurangajar bernama Kenzo itu hilang dari permukaan kulitku." Gumamnya sambil menyetir mobilnya.

Nikita mencari alamat rumah barunya dengan menggunakan google map. Ia ingin melihat seperti apa rumah itu.

Tiba di tempat yang di tuju, ia membunyikan klakson mobil agar penjaga rumah itu membuka pintu untuknya.

Dua orang lelaki bertubuh atletis dengan raut wajah kaku membuka pintu gerbang utama.

Nikita turun dari mobilnya sambil melihat ke sekeliling rumah minimalis modern terbaru yang cukup untuknya. Dua orang pelayan menyambutnya dengan ramah dan betapa senangnya Nikita setelah melihat dua pelayan yang sangat akrab dengan dirinya selama bekerja di mansion mertuanya.

"BI Ijah dan bibi Luky!"

Nikita merentangkan kedua tangannya agar asisten rumah tangga itu memeluknya.

"Neng Niki!" Seru bi Ijah dengan nada parau.

"Ke mana saja neng?"

Dari semalam kami berdua tidak tidur hanya menunggu neng pulang." BI Ijah mengurai pelukannya dan mengajak Nikita makan siang.

"Neng, bibi sudah masak kesukaan neng, di makan ya!"

"Tahu aja bibi, kalau Niki saat ini sedang lapar." Nikita membiarkan bibi Luky melayaninya.

Iapun meminta keduanya untuk makan bersama seperti biasanya. Nikita melahap masakan lezat siang itu yang sudah disiapkan pelayannya. Ia sangat beruntung karena ada dua orang yang sangat ia cintai hadir tepat disaat ia sudah dibuang oleh suaminya.

"Neng, baju milik neng sudah ditata dengan baik di ruang ganti setelah itu neng istirahat saja ya."

BI Ijah dan bi Luky sangat paham dengan keadaan rumah tangga Nikita. Mereka tahu Nikita sedang terpuruk saat ini. Tapi mereka tidak ingin melihat gadis ini sedih berkepanjangan. Sepuluh tahun hidup bersama dengan tuan mereka, tidak akan bisa membuat Nikita mudah move on.

Baru saja, Nikita mau ke kamarnya, datang seorang tamu wanita yang merupakan asistennya di restoran itu.

"Meilan!"

"Nikita!"

"Sedang apa kamu kemari?" Tanya Nikita lalu mempersilahkan asisten pribadinya itu duduk di lantai atas bersamanya.

"Sekarang aku tidak boleh mengelola restoran lagi bos, aku di suruh ikut bos ke perusahaan baru milik bos itu. Dari kemarin aku mempelajari semuanya dengan instan hingga semalam.

Dan sekarang para karyawan itu sedang menunggumu datang untuk meresmikan pemimpin perusahaan baru mereka." Timpal Meilan.

"Aku butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan dalam dua hari ini, aku ingin sendiri membenahi pikiranku Meilan." Nikita masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya yang masih sangat lelah.

"Baiklah, kalau begitu aku kembali ke perusahaan dulu bos, semoga cepat move on dan lupakan laki mu yang bre*gsek itu."

Meilan menutupi tubuh Nikita dengan selimut lalu menyalakan AC kamar gadis itu.

Baru saja ia ingin memejamkan matanya lagi, tiba-tiba ada panggilan masuk ke ponselnya. Nikita mengingat tiga angka terakhir yang ia kenal. Ia memang belum sempat memasukkan nomor ponsel Kenzo dalam ponselnya.

"UPS!" Bukankah ini nomor ponsel Kenzo?" Apakah aku harus mengangkatnya.

"Mengapa aku harus berurusan dengannya?" Nikita mematikan ponselnya agar tidak terganggu lagi dengan lelaki misterius itu.

"Mengapa ponselnya dimatikan?" Apakah dia malu padaku karena percintaan panas kami semalam?" Kenzo makin bingung dengan sikap Nikita yang berubah dalam sekejap.

Tuan Kenzo memandang taman bunga yang ada di halaman perusahaannya. Ia membayangkan kembali peristiwa permainan seru yang terjadi antara dirinya dan Nikita.

Dan tanpa diketahui Nikita, tuan Kenzo merekam permainan mereka yang kedua, ketiga dan seterusnya. Bagian-bagian tubuh Nikita yang menjadi pusat perhatiannya di rekamnya dengan sangat jelas. Sekarang ia memutar kembali video panasnya dengan Nikita sebagai pengobat rindunya pada gadis itu.

"Nikita, rupanya aku tidak sulit mendapatkan dirimu setelah sekian lama menanti kesempatan untuk kita bisa bersama. Bukan hanya bersama saja, tapi kamu dengan rela memberikan milikmu yang sangat berharga untuk aku nikmati. Ternyata rejeki tidak akan lari ke mana." Ucap Tuan Kenzo sambil menonton video hasil rekamannya melalui laptop miliknya.

"Apa yang sedang kamu lakukan saat ini sayang?" Tidakkah kamu penasaran denganku?"

Rupanya kamu cukup angkuh untuk menerima telepon dariku. Nikita, kita akan segera bertemu, cepat atau lambat mungkin kita akan segera menikah. Aku yakin tidak lama lagi, kamu akan segera hamil anakku, sayang karena benihku lebih subur dari pada milik suamimu." Ucap tuan Kenzo sambil tersenyum puas menatap video tayangan tubuh Nikita yang begitu se*si nan menggoda.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Pagi itu, Nikita berangkat ke perusahaan yang diberikan oleh mertuanya sebagai kompensasi atas perceraiannya dengan putra kesayangan mereka.

Semua mata tertuju kepada sosok gadis yang sangat cantik dan anggun memasuki perusahaannya yang disambut oleh para karyawannya.

"Selamat pagi nona Niki!" Sapa Meilan bersama para karyawan yang lain.

"Selamat pagi juga. Terimakasih sudah menyambutku dengan baik.

"Apakah ini bunga untukku?" Nikita mengambil bunga dari seorang karyawan yang lupa menyerahkan kepadanya karena sangat terpana dengan kecantikan Nikita.

"I...iya nona, tolong maafkan saya!" Ujar karyawan wanita itu gugup.

"Mengapa kamu sampai bengong seperti itu melihatku?" Hingga lupa menyerahkan ini untukku."

"Karena anda terlalu cantik nona, jadi saya sempat termangu menatap wajah anda. Tolong maafkan saya." Ucap karyawan yang bernama Lulut itu.

"Lulut."

Nikita membaca kartu karyawan Lulut yang tergantung di lehernya.

"Selamat pagi semua, kalian pasti sudah tahu siapa saya dan mengapa saya ada di perusahaan ini. Kalian juga pasti tahu status baru saya saat ini dan saya yang akan menggantikan pemilik sebelumnya sekaligus akan menjadi atasan kalian. Mohon kerjasamanya, semoga perusahaan ini makin berkembang pesat atas kerjasama kita." Ucap Nikita dengan elegan di hadapan para karyawannya.

Tepuk tangan riuh dari para karyawan Nikita menyambut bos baru mereka yang sangat cantik bak peragawati.

"Kalau punya bos cantik seperti ini, aku akan semangat bekerja." Ucap salah satu karyawan saling berbisik diantara mereka.

"Apa lagi dia sekarang sudah jadi seorang janda, kali nasib baik akan berpihak kepadaku." Ujar salah satunya lagi.

"Eh, ngaca dong!" Wajah loe di sandingkan sama neng Nikita, kaya bumi dan langit. Gadis sekelas dia, walaupun janda mana mungkin mendapatkan orang rendahan seperti kita, dia mah malah dapat lebih hebat dari pada tuan Aryo.

Kenapa ya?" Tuan Aryo melepaskan istri secantik itu hanya karena ia tidak bisa memiliki momongan. Yang kasih rejeki anak Allah, yang kasih jodoh juga Allah. Kenapa manusia kejam sekali menghukum orang yang tidak berdaya karena masalah rejeki." Gosip itu mulai menebar di kalangan para staffnya.

Nikita menangkap sedikit suara lirih tentang dirinya, namun ia tidak menggubrisnya sama sekali karena ia tidak ingin berurusan dengan bawahannya.

"Meilan ikut aku ke ruang kerjaku!" Nikita berlalu dari hadapan karyawannya menuju ruang kerjanya.

Begitu pintu dibuka, ia melihat ruang kerja yang sangat mewah lengkap dengan kamar pribadinya untuk istirahat jika kelelahan.

"Lumayan juga!"

Nikita duduk di kursi kebesarannya sambil memainkan kursi itu ke kanan dan ke kiri.

"Untuk bisa bercerai dariku, mereka rela menyerahkan perusahaan besar ini kepadaku dan aku harus menerima ini semua karena takut di lempar ke jalanan menjadi seorang gelandangan." Air matanya hampir tumpah untuk kesekian kalinya karena ini adalah bentuk penghinaan dalam hidupnya.

"Untuk apa mempertahankan harga diri, bukankah aku juga butuh hidup. Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan dariku, maka sekarang waktunya aku menikmati kemalanganku dengan menjalankan roda perusahaan ini walaupun aku tidak mengerti dengan dunia modeling.

Mungkin ini suatu jebakan untukku atau tidak, tapi aku akan berusaha untuk menunjukkan potensi yang ada dalam diriku walaupun aku adalah seorang ahli kuliner." Paparnya kepada asistennya Meilan yang ikut prihatin dengan kehidupan pernikahan bosnya ini.

"Semoga Tuhan segera mempertemukan anda dengan lelaki yang lebih baik dari pada Tuan Aryo nona Niki." Imbuh Meilan menyemangati bos-nya ini.

"Aamiin!"

"Anggap saja aku sudah mendapatkannya Meilan, karena aku sudah menemukan lelaki misterius yang sudah menghajar tubuhku semalam suntuk saat aku mabuk. Permainannya begitu hebat. Aku seakan dibawa ke negeri khayangan.

"Apakah aku bisa bertemu dengannya lagi?" Mungkin bisa, karena dia telah memberikan black card miliknya yang menandakan posisinya adalah orang yang berpengaruh dan memiliki aset tanpa batas. Tapi untuk sekarang ini, aku tidak ingin terburu-buru untuk berumah tangga lagi, sebelum aku memperlihatkan eksistensi ku pada ibu mertuaku yang sangat kejam itu.

"Sebaiknya kamu belajar dulu bagaimana cara mengembangkan usaha ini bos, jangan langsung mempercayai beberapa klien yang kadang menjatuhkan agensi kita." Imbuh Meilan.

Nikita terlihat tenggelam dalam lamunannya.

"Nona Nikita!" Panggil meilan beberapa kali pada Nikita yang masih bengong.

"Nona Nikita, apakah anda baik-baik saja?" Tanya Meilan sambil melambaikan tangannya di depan wajah Nikita.

Terpopuler

Comments

NNM

NNM

ayo Nikita kalahkah mantan mertuamu dan aryo

2023-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!