Masakan dari ibu angkat yang sangat dia rindukan, ingin sekali dia memakan dan berebutan dengan adik angkatnya. Tapi hari ini dia tak berselera makan, satu suap saja belum masuk ke dalam mulut. Memikirkan kediamannya sekarang yang belum aman, apalagi Zufar bisa melacaknya dengan mudah. "Aku tidak yakin dengan keputusanku untuk kabur, pasti mas Zufar bisa menemukanku dengan mudah. Bagaimana ini? Sebaiknya aku mencari tempat lain, semoga saja lokasiku tidak terlacak." Gumamnya di dalam hati.
"Ada apa, Nak? Apa makanannya tidak enak?" Umi Kalsum memperhatikannya sedari tadi, merasa ada sesuatu yang disembunyikan Suci.
"Eh, bukan begitu Umi." Sahut Suci yang seketika menyuapi mulutnya dengan masakan khas sang ibu angkat.
Umi Kalsum tersenyum bahagia, melihat putri yang dia ambil dari panti asuhan dan merawatnya hingga tumbuh dengan dedikasi yang baik.
"Kemana kak Zufar? Kenapa tidak ikut kemari?" tanya Hana yang menatap Suci dengan antusias.
Suci terdiam beberapa saat, menghela nafas untuk menguatkan hatinya dalam berbohong.
"Dia tidak bisa kesini, masih banyak pekerjaan di kantor." Jawaban dari Suci berhasil membuat Hana ber "oh" ria saja. Rasa sakit di hati tak mampu diucapkan dengan kata-kata, rasa bersalah yang sangat terasa.
****
Setelah kepergian sang istri, kerinduan mendalam menyeruak di hati. Dia tidak bisa merasa tenang sebelum menghubungi dan mendengar suara lembut dari istri pertamanya.
Zufar sudah tak sabar, dan segera mengeluarkan ponsel dari saku celana. "Pasti Suci sudah sampai ke Riau." Batinnya yang tersenyum membayangi wajah Ayu dari istrinya itu, berpikir jika sang istri sudah sampai ke tujuan.
Tapi sambungan telepon tak pernah berhasil membuatnya sempat frustasi. "Kemana Suci berada? Ini kali pertama ponselnya tak bisa di hubungi, apa terjadi sesuatu?" dia kembali mencoba menghubungi istrinya itu, namun tak terhubung.
Karena rasa kesal yang menyelimuti perasaannya, Zufar melempar ponsel mahalnya ke dinding hingga layarnya retak. Pemandangan itu dilihat oleh dua orang pelayan yang berlalu lalang di sana, mereka sangat takut jika sang majikan menjadi seperti dulu. "Dimana Suci, ponselnya juga tidak aktif?" terbesit pikiran buruk mengenai istri pertamanya, takut di tinggal pergi.
"Ya Tuhan…apa tuan Zufar akan kembali ke wataknya yang asli?" gumam salah satu pelayan mengintip dari sela pintu.
"Sepertinya begitu, kita doakan hal itu tidak terjadi." Bisik pelayan di sebelahnya.
Semua orang di rumah itu sangat khawatir jika sikap dari majikan mereka kembali seperti dulu, seorang pria iblis dan juga licik. Namun sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat jika berhadapan dengan Suci yang tidak mengetahui sifat aslinya. Dia sangat mencintai istrinya yang sholehah, tapi kecelakaan di malam itu membuatnya mengkhianati sang istri.
Zufar bergegas keluar rumah dan menghubungi seseorang untuk melacak keberadaan istrinya yang masih belum mendapatkan kabar, dia sangat gelisah akan kepergian Suci dan enggan untuk mengizinkannya pergi ke Riau. Tapi juga memahami akan kesedihan istrinya dengan rasa kecewa.
Segera mengeluarkan ponsel miliknya yang lain, mencari nomor kontak dan menghubungi.
"Halo."
"Iya, tuan."
"Periksa sampai dimana istriku berada."
"Baik, tuan."
Zufar sedikit lega dengan asistennya sekaligus orang kepercayaan, hanya itu satu-satunya cara untuk melacak keberadaan Suci.
Di tempat lain, Suci duduk termenung memikirkan cara apa untuk menghindari sang suami, karena dia yakini jika nomor Indonesia tidak akan tersambung. Suatu hal yang tidak bisa dipertahankan terlalu lama, apalagi berbohong kepada Ibu angkatnya merupakan satu kesalahan yang besar. "Kebohongan ini tidak bisa berjalan dengan lama, apa yang harus aku lakukan? Umi pasti mencurigaiku." Itulah yang dipikirkan olehnya, guratan rasa bersalah yang menyelinap di hati.
Suci terlonjak kaget saat tangan menyentuh pundaknya, dia menoleh dan menatap wanita berkerudung syar'i yang tersenyum dengan tatapan teduh ke arahnya. "Apa kamu dan Zufar bertengkar? Tidak baik kabur dari rumah dengan cara seperti ini, lebih baik permasalahan ini diselesaikan."
"Bagaimana Umi bisa tahu?"
"Karena Umi adalah ibumu, ibu yang merawatmu ketika masih kecil, jangan berbohong katakan yang sejujurnya."
Suci tak bisa menahan air mata yang keluar melalui pelupuk mata, segera dia memeluk tubuh wanita paruh baya dengan penuh haru. "Apa yang Umi katakan memang benar, aku sangat sedih dan tidak ingin kembali ke sana."
Umi Kalsum membelai kepala yang ditutupi oleh kerudung yang menutupi dada, dia tersenyum dan mencoba untuk menenangkan anak angkatnya.
"Hatiku tidak ingin kembali, biarkan aku tinggal beberapa hari disini Umi."
"Kamu masih istrinya, kembalilah dan selesaikan permasalahan kalian, tidak baik jika terus berada di sini."
Suci mendongakkan kepala menatap wajah teduh dari wanita yang merawatnya, hatinya terlalu sakit untuk kembali ke pelukan sang suami yang telah menorehkan luka padanya. "Tidak Umi, lebih baik aku bercerai daripada harus pulang ke sana." Dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya, terlintas di otak untuk berpisah dari suaminya. Enggan untuk membicarakan permasalahan rumah tangga yang sebenarnya, tidak ingin menambah beban pikiran sang ibu.
"Astaghfirullah, tidak boleh bicara seperti itu. Pulanglah dan selesaikan permasalahan ini dengan kepala dingin, Zufar anak yang baik dan menyayangimu."
Air mata malah mengalir dengan sangat deras, dia tidak bisa menerima kenyataan, pikiran yang ingin bercerai dengan menuruti akalnya. "Umi tidak tahu, kalau mas Zufar punya istri lain karena aku tidak bisa mengandung." Batinnya terasa kelu untuk mengatakan permasalahan apa yang tengah dia lewati. Dia tersenyum, dan menganggukkan kepala. "Umi benar, aku akan pulang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Usermaatre
Duuuh andaikata Suci kaburnya tuh benar2 jauh dari org yg dikenalnya tak terkecuali ortu angkat ya..
2022-06-24
0
Kusmiati
sabar suci udah bicara baik2 sama suami minta pisah aja suci kalo di tolak kabur aja yg jauh buat tu suami nyesel suci
2022-06-23
1
Q.M.19
jgn plg lebih baik pergi lg
2022-06-07
1