Suci memukul dadanya, perasaan yang begitu menyakitkan hati. Tidak ada tempat bernaung untuk mengadu, karena dia hanyalah wanita yatim piatu. Dia segera tersadar, dan beranjak dari tempat itu. Membuka hijab yang terpasang dengan rapi, mengambil air wudhu untuk menjalankan sholat sunah agar dirinya menjadi tenang.
Selesai salam, dia menadahkan kedua tangannya, mendoakan ibu dan ayahnya yang telah lama meninggal dunia. Tak lupa mengadu kepada sang Rabb yang menjadi tujuannya, meluapkan seluruh perasaan dengan linangan air mata membasahi pipi. "Ya Tuhanku, maafkan hamba yang tidak mensyukuri nikmat mu, maafkan hamba yang terkadang lalai dengan perintahmu. Tidak ada tempatku mengadu selain Engkau ya Rabb, berikan aku ketabahan hati untuk menerima istri kedua suamiku, berikan aku keikhlasan dengan cinta yang terbagi. Rabbana atina fiddunya hasanah, Wa fil akhiroti hasanah waqina 'adzabannar."
Hatinya merasa tentram setelah menjalankan sholat sunah dan berdoa, tak lupa pula melantunkan ayat suci Al-Quran dengan begitu merdunya. Bahkan Zufar dan Siska bisa mendengar alunan ayat suci yang begitu syahdu.
****
Hari-hari yang dilalui Suci begitu berat, cinta yang terbagi membuatnya tak bisa menerima, walau dia mencoba untuk ikhlas dimadu. Tapi, kasih sayang dan waktu Zufar lebih memprioritaskan Siska yang mengandung keturunannya, lagi dan lagi hatinya sakit. Hanya bisa bersedih dan berserah diri kepada sang Pencipta, namun dia hanyalah manusia biasa.
Tidak ada senyum yang menghiasi wajah cantiknya, memantapkan hati untuk pergi dari sisi suaminya. "Aku tidak tahan lagi dengan semua ini, aku hanyalah wanita biasa yang sangat rapuh." Batinnya seraya menyeka air mata, bergegas mengemasi pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper.
Suci menyiapkan segala keperluannya dengan mengemasi barang terlebih dulu, memesan tiket pesawat lewat ponselnya. Dan memilih penerbangan awal, ingin menghindar dan lari dari kenyataan. Tak sanggup dengan kasih sayang yang condong ke arah adik madu.
Setelah memesan tiket, dia segera menghubungi suaminya. Memberanikan diri di saat tak mempunyai pilihan lain, selain kabur.
"Assalamu'alaikum, Mas!"
"Wa'alaikumsalam."
"Kapan Mas pulang?"
"Aku masih ada di kantor, bagaimana kabar Siska? Apa kamu menjaganya dengan baik?"
"Ya, aku menjaganya sesuai perkataanmu, Mas. Pulanglah, ada yang ingin aku sampaikan!"
"Baiklah, aku akan pulang."
Suci segera menutup teleponnya, menarik nafas dalam. "Semoga saja mas Zufar tidak curiga."
Beberapa saat kemudian, Suci menyambut suaminya seperti biasa yang dia lakukan, tak lupa menawarkan segelas air.
"Dimana Siska?"
Suci tersenyum walau hatinya timbul rasa kecemburuan pada adik madunya. "Dia ada di kamarnya."
"Kenapa kamu memintaku untuk pulang lebih cepat?" tanya Zufar menatap wanita yang berhijab di sebelahnya.
Suci menarik nafas agar tidak membuatkan kesalahan yang dapat mencurigai suaminya. "Aku ingin menenangkan diri, aku tak sanggup dengan hadiah yang Mas berikan kepadaku."
"Apa yang kamu inginkan?"
"Aku ingin pergi ke Riau, ingin menenangkan diri dengan mengajar anak-anak panti yang kurang kasih sayang."
"Tidak, kamu harus menjaga Siska yang hamil trimester ketiga. Dia butuh pendamping!"
"Tapi Mas, ini tidak akan lama. Hanya dua minggu saja."
Zufar tampak berpikir keras, sesekali dia menatap lekat wajah cantik sang istri yang mengenakan gamis dan juga hijab. "Baiklah, aku mengizinkanmu. Kapan kamu berangkat?"
"Besok pagi."
"Secepat itu?"
"Aku tidak ingin menundanya lagi, Mas."
"Terserah padamu saja."
Keesokan hari, suasana yang ramai akan keramaian di bandara, seorang wanita cantik yang mengenakan berhijab berpamitan dengan suaminya. "Mas, aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik!" Suci menatap suaminya dengan tatapan teduh, serta senyuman indah yang menghiasi wajahnya.
"Aku mengizinkanmu untuk pergi ke Riau, tetapi hanya dua minggu saja dan tidak boleh lebih daripada itu."
Suci menelan saliva dengan susah payah, perkataan dari suaminya yang penuh dengan ancaman. Namun pikiran negatif yang menari-nari di pikiran segera dia tepiskan, mengingat dirinya harus kuat dengan luka yang ditorehkan oleh suaminya sendiri. "Iya Mas, aku akan kembali dalam waktu dua minggu."
Suci melirik wanita yang tengah hamil trimester ketiga, berusaha untuk tetap tegar dan ingin segera lari dari masalah dan kenyataan yang ada. Memeluk wanita itu beberapa detik, seraya membisikkannya. "Jaga Mas Zufar dengan baik dan layani suami kita selama aku tidak ada di kota ini." Ucapan yang keluar dari mulutnya seakan menggores, tak tahan dan segera menyeka air matanya.
"Mbak tidak perlu khawatir, aku akan menjaga suami kita." Balas Siska yang memeluk istri pertama suaminya, seraya tersenyum.
"Assalamu'alaikum." Ucap Suci yang menatap keduanya, seraya menyeka air mata.
"Wa'alaikumsalam," sahut Zufar dan Siska bersamaan.
Suci segera pergi dan masuk ke dalam pesawat, dan duduk ke kursi yang telah di pesan olehnya. Ada kecemasan rasa bersalah mengenai kebohongan dan tindakannya untuk kabur dari kenyataan. Namun saat ini, tidak ada lagi yang tersisa yang membuatnya menoleh ke belakang. "Maafkan aku mas, aku wanita yang sangat munafik. Kecemburuanku dengan sikapmu itu, membuatku terpaksa melakukan ini." Batinnya.
Suci berbohong mengenai keberangkatannya menuju Riau, tapi memutuskan untuk ke Kairo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
pergi aj slm ny.bloki nmr ny.buat ap cm jd satpam madu hamil mh
2024-07-27
1
Raufaya Raisa Putri
pk ijin segala...lah kasih aj srt panggilan dr pa
2024-07-27
0
Raufaya Raisa Putri
mlh dijadikan baby sitter.ngg ad otak enng
2024-07-27
0