Bab 2 - Kabur berkedok

Suci memukul dadanya, perasaan yang begitu menyakitkan hati. Tidak ada tempat bernaung untuk mengadu, karena dia hanyalah wanita yatim piatu. Dia segera tersadar, dan beranjak dari tempat itu. Membuka hijab yang terpasang dengan rapi, mengambil air wudhu untuk menjalankan sholat sunah agar dirinya menjadi tenang. 

Selesai salam, dia menadahkan kedua tangannya, mendoakan ibu dan ayahnya yang telah lama meninggal dunia. Tak lupa mengadu kepada sang Rabb yang menjadi tujuannya, meluapkan seluruh perasaan dengan linangan air mata membasahi pipi. "Ya Tuhanku, maafkan hamba yang tidak mensyukuri nikmat mu, maafkan hamba yang terkadang lalai dengan perintahmu. Tidak ada tempatku mengadu selain Engkau ya Rabb, berikan aku ketabahan hati untuk menerima istri kedua suamiku, berikan aku keikhlasan dengan cinta yang terbagi. Rabbana atina fiddunya hasanah, Wa fil akhiroti hasanah waqina 'adzabannar." 

Hatinya merasa tentram setelah menjalankan sholat sunah dan berdoa, tak lupa pula melantunkan ayat suci Al-Quran dengan begitu merdunya. Bahkan Zufar dan Siska bisa mendengar alunan ayat suci yang begitu syahdu. 

****

Hari-hari yang dilalui Suci begitu berat, cinta yang terbagi membuatnya tak bisa menerima, walau dia mencoba untuk ikhlas dimadu. Tapi, kasih sayang dan waktu Zufar lebih memprioritaskan Siska yang mengandung keturunannya, lagi dan lagi hatinya sakit. Hanya bisa bersedih dan berserah diri kepada sang Pencipta, namun dia hanyalah manusia biasa. 

Tidak ada senyum yang menghiasi wajah cantiknya, memantapkan hati untuk pergi dari sisi suaminya. "Aku tidak tahan lagi dengan semua ini, aku hanyalah wanita biasa yang sangat rapuh." Batinnya seraya menyeka air mata, bergegas mengemasi pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper. 

Suci menyiapkan segala keperluannya dengan mengemasi barang terlebih dulu, memesan tiket pesawat lewat ponselnya. Dan memilih penerbangan awal, ingin menghindar dan lari dari kenyataan. Tak sanggup dengan kasih sayang yang condong ke arah adik madu. 

Setelah memesan tiket, dia segera menghubungi suaminya. Memberanikan diri di saat tak mempunyai pilihan lain, selain kabur. 

"Assalamu'alaikum, Mas!"

"Wa'alaikumsalam." 

"Kapan Mas pulang?" 

"Aku masih ada di kantor, bagaimana kabar Siska? Apa kamu menjaganya dengan baik?" 

"Ya, aku menjaganya sesuai perkataanmu, Mas. Pulanglah, ada yang ingin aku sampaikan!"

"Baiklah, aku akan pulang."

Suci segera menutup teleponnya, menarik nafas dalam. "Semoga saja mas Zufar tidak curiga."

Beberapa saat kemudian, Suci menyambut suaminya seperti biasa yang dia lakukan, tak lupa menawarkan segelas air.

"Dimana Siska?" 

Suci tersenyum walau hatinya timbul rasa kecemburuan pada adik madunya. "Dia ada di kamarnya."

"Kenapa kamu memintaku untuk pulang lebih cepat?" tanya Zufar menatap wanita yang berhijab di sebelahnya.

Suci menarik nafas agar tidak membuatkan kesalahan yang dapat mencurigai suaminya. "Aku ingin menenangkan diri, aku tak sanggup dengan hadiah yang Mas berikan kepadaku."

"Apa yang kamu inginkan?" 

"Aku ingin pergi ke Riau, ingin menenangkan diri dengan mengajar anak-anak panti yang kurang kasih sayang."

"Tidak, kamu harus menjaga Siska yang hamil trimester ketiga. Dia butuh pendamping!"

"Tapi Mas, ini tidak akan lama. Hanya dua minggu saja." 

Zufar tampak berpikir keras, sesekali dia menatap lekat wajah cantik sang istri yang mengenakan gamis dan juga hijab. "Baiklah, aku mengizinkanmu. Kapan kamu berangkat?" 

"Besok pagi."

"Secepat itu?"

"Aku tidak ingin menundanya lagi, Mas."

"Terserah padamu saja."

Keesokan hari, suasana yang ramai akan keramaian di bandara, seorang wanita cantik yang mengenakan berhijab berpamitan dengan suaminya. "Mas, aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik!" Suci menatap suaminya dengan tatapan teduh, serta senyuman indah yang menghiasi wajahnya.

"Aku mengizinkanmu untuk pergi ke Riau, tetapi hanya dua minggu saja dan tidak boleh lebih daripada itu." 

Suci menelan saliva dengan susah payah, perkataan dari suaminya yang penuh dengan ancaman. Namun pikiran negatif yang menari-nari di pikiran segera dia tepiskan, mengingat dirinya harus kuat dengan luka yang ditorehkan oleh suaminya sendiri. "Iya Mas, aku akan kembali dalam waktu dua minggu." 

Suci melirik wanita yang tengah hamil trimester ketiga, berusaha untuk tetap tegar dan ingin segera lari dari masalah dan kenyataan yang ada. Memeluk wanita itu beberapa detik, seraya membisikkannya. "Jaga Mas Zufar dengan baik dan layani suami kita selama aku tidak ada di kota ini." Ucapan yang keluar dari mulutnya seakan menggores, tak tahan dan segera menyeka air matanya. 

"Mbak tidak perlu khawatir, aku akan menjaga suami kita." Balas Siska yang memeluk istri pertama suaminya, seraya tersenyum.

"Assalamu'alaikum." Ucap Suci yang menatap keduanya, seraya menyeka air mata.

"Wa'alaikumsalam," sahut Zufar dan Siska bersamaan. 

Suci segera pergi dan masuk ke dalam pesawat, dan duduk ke kursi yang telah di pesan olehnya. Ada kecemasan rasa bersalah mengenai kebohongan dan tindakannya untuk kabur dari kenyataan. Namun saat ini, tidak ada lagi yang tersisa yang membuatnya menoleh ke belakang. "Maafkan aku mas, aku wanita yang sangat munafik. Kecemburuanku dengan sikapmu itu, membuatku terpaksa melakukan ini." Batinnya.

Suci berbohong mengenai keberangkatannya menuju Riau, tapi memutuskan untuk ke Kairo.

Terpopuler

Comments

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

pergi aj slm ny.bloki nmr ny.buat ap cm jd satpam madu hamil mh

2024-07-27

1

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

pk ijin segala...lah kasih aj srt panggilan dr pa

2024-07-27

0

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

mlh dijadikan baby sitter.ngg ad otak enng

2024-07-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Pengkhianatan
2 Bab 2 - Kabur berkedok
3 Bab 3 - Perubahan
4 Bab 4 - Pulanglah
5 Bab 5 - Kemarahan Zufar
6 Bab 6 - Memutuskan ke Palestina
7 Bab 7 - Menjadi relawan
8 Bab 8 - Rasidha
9 Bab 9 - Awal baru
10 Bab 10 - Komandan Simon
11 Bab 11 - Rencana
12 Bab 12 - Hamil
13 Bab 13 - Dua tentara
14 Bab 14 - Siska
15 Bab 15 - Sindrom Couvade
16 Bab 16 - Terlalu cepat menyimpulkan
17 Bab 17 - Rebutan mangga muda
18 Bab 18 - Bimbang
19 Bab 19 - Beri aku waktu
20 Bab 20 - Teman baik
21 Bab 21 - Sisi hitam
22 Bab 22 - Menerima takdir
23 Bab 23 - Perpisahan
24 Bab 24 - Mertua somplak
25 Bab 25 - Kebahagian Zufar
26 Bab 26 - Bersikap romantis
27 Bab 27 - Bukan aku
28 Bab 28 - Panggil aku kakak ipar
29 Bab 29 - Berbagi
30 Bab 30 - Hubungan Mirza dan Suci
31 Bab 31 - Nasi kangkang
32 Bab 32 - Kebenaran Siska
33 Bab 33 - Terkuak
34 Bab 34 - Luntur
35 Bab 35 - Anak laki-laki!
36 Bab 36 - Masalah jenis kelamin
37 Bab 37 - Ternyata
38 Bab 38 - Rencana licik
39 Bab 39 - Mobil mogok
40 Bab 40 - Pertemuan
41 Bab 41 - Kemarahan yang mereda
42 Bab 42 - Kerjasama Zufar dan Simon
43 Bab 43 - Dimana Rasidha ku?
44 Bab 44 - Zahra Cake
45 Bab 45 - Canggung
46 Bab 46 - Jebakan
47 Bab 47 - Pertarungan dua istri
48 Bab 48 - Akhir pertarungan
49 Bab 49 - Penyesalan Zufar
50 Bab 50 - Sedih
51 Bab 51 - Beri aku waktu
52 Bab 52 - Tabah
53 Bab 53 - Vonis sang dokter
54 Bab 54 - Tantang Mirza
55 Bab 55 - Perjuangan
56 Bab 56 - Kibaran bendera perang
57 Bab 57 - Amanah Zufar
58 Bab 58 - Pertemuan tak sengaja
59 Bab 59 - Alasan
60 Bab 60 - Menggoda bos
61 Bab 61 - Bos vs asisten
62 Bab 62 - Ingatan di Palestina
63 Bab 63 - Onta vs Monyet
64 Bab 64 - Mengabulkan keinginan
65 Bab 65 - Bianglala
66 Bab 66 - Kebohongan
67 Bab 67 - Janji asisten Doni
68 Bab 68 - Tolong, lepaskan aku!
69 Bab 69 - Kesedihan mendalam
70 Bab 70 - Pembagian warisan
71 Bab 71 - Kebahagiaan Rasidha
72 Bab 72 - Masih membencinya
73 Bab 73 - Penerus perusahaan Mitra Group
74 Bab 74 - Suatu kebetulan
75 Bab 75 - Kedatangan Melati
76 Bab 76 - Memutuskan ke kantor
77 Bab 77 - Pertemuan dua perusahaan
78 Bab 78 - Semoga bisa tidur malam
79 Bab 79 - Asisten Ben
80 Bab 80 - Rencana di atas rencana
81 Bab 81 - Temu janji di Bar
82 Bab 82 - Aku pria normal
83 Bab 83 - Janggal
84 Bab 84 - Simon vs Mirza
85 Bab 85 - Apakah ini waktunya?
86 Bab 86 - Terungkap
87 Bab 87 - Kebenaran
88 Bab 88 - Ketakutan Suci
89 Bab 89 - Salah bersikap su'udzon
90 Bab 90 - Keputusan besar Simon
91 Bab 91 - Rahasia asisten Doni
92 Bab 92 - Pembenaran
93 Bab 93 - Pengaruh besar Suci
94 Bab 94 - Kecelakaan
95 Bab 95 - Tindakan cepat
96 Bab 96 - Mencari asisten Doni
97 Bab 97 - Ternyata benar
98 Bab 98 - Suasana hangat
99 Bab 99 - Pertemuan haru
100 Bab 100 - Akhir kata
101 Bab 101 - Sunat
102 Bab 102 - The end
103 Pengumuman
104 Novel Terbaru author, lanjutan dari TLA
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1 - Pengkhianatan
2
Bab 2 - Kabur berkedok
3
Bab 3 - Perubahan
4
Bab 4 - Pulanglah
5
Bab 5 - Kemarahan Zufar
6
Bab 6 - Memutuskan ke Palestina
7
Bab 7 - Menjadi relawan
8
Bab 8 - Rasidha
9
Bab 9 - Awal baru
10
Bab 10 - Komandan Simon
11
Bab 11 - Rencana
12
Bab 12 - Hamil
13
Bab 13 - Dua tentara
14
Bab 14 - Siska
15
Bab 15 - Sindrom Couvade
16
Bab 16 - Terlalu cepat menyimpulkan
17
Bab 17 - Rebutan mangga muda
18
Bab 18 - Bimbang
19
Bab 19 - Beri aku waktu
20
Bab 20 - Teman baik
21
Bab 21 - Sisi hitam
22
Bab 22 - Menerima takdir
23
Bab 23 - Perpisahan
24
Bab 24 - Mertua somplak
25
Bab 25 - Kebahagian Zufar
26
Bab 26 - Bersikap romantis
27
Bab 27 - Bukan aku
28
Bab 28 - Panggil aku kakak ipar
29
Bab 29 - Berbagi
30
Bab 30 - Hubungan Mirza dan Suci
31
Bab 31 - Nasi kangkang
32
Bab 32 - Kebenaran Siska
33
Bab 33 - Terkuak
34
Bab 34 - Luntur
35
Bab 35 - Anak laki-laki!
36
Bab 36 - Masalah jenis kelamin
37
Bab 37 - Ternyata
38
Bab 38 - Rencana licik
39
Bab 39 - Mobil mogok
40
Bab 40 - Pertemuan
41
Bab 41 - Kemarahan yang mereda
42
Bab 42 - Kerjasama Zufar dan Simon
43
Bab 43 - Dimana Rasidha ku?
44
Bab 44 - Zahra Cake
45
Bab 45 - Canggung
46
Bab 46 - Jebakan
47
Bab 47 - Pertarungan dua istri
48
Bab 48 - Akhir pertarungan
49
Bab 49 - Penyesalan Zufar
50
Bab 50 - Sedih
51
Bab 51 - Beri aku waktu
52
Bab 52 - Tabah
53
Bab 53 - Vonis sang dokter
54
Bab 54 - Tantang Mirza
55
Bab 55 - Perjuangan
56
Bab 56 - Kibaran bendera perang
57
Bab 57 - Amanah Zufar
58
Bab 58 - Pertemuan tak sengaja
59
Bab 59 - Alasan
60
Bab 60 - Menggoda bos
61
Bab 61 - Bos vs asisten
62
Bab 62 - Ingatan di Palestina
63
Bab 63 - Onta vs Monyet
64
Bab 64 - Mengabulkan keinginan
65
Bab 65 - Bianglala
66
Bab 66 - Kebohongan
67
Bab 67 - Janji asisten Doni
68
Bab 68 - Tolong, lepaskan aku!
69
Bab 69 - Kesedihan mendalam
70
Bab 70 - Pembagian warisan
71
Bab 71 - Kebahagiaan Rasidha
72
Bab 72 - Masih membencinya
73
Bab 73 - Penerus perusahaan Mitra Group
74
Bab 74 - Suatu kebetulan
75
Bab 75 - Kedatangan Melati
76
Bab 76 - Memutuskan ke kantor
77
Bab 77 - Pertemuan dua perusahaan
78
Bab 78 - Semoga bisa tidur malam
79
Bab 79 - Asisten Ben
80
Bab 80 - Rencana di atas rencana
81
Bab 81 - Temu janji di Bar
82
Bab 82 - Aku pria normal
83
Bab 83 - Janggal
84
Bab 84 - Simon vs Mirza
85
Bab 85 - Apakah ini waktunya?
86
Bab 86 - Terungkap
87
Bab 87 - Kebenaran
88
Bab 88 - Ketakutan Suci
89
Bab 89 - Salah bersikap su'udzon
90
Bab 90 - Keputusan besar Simon
91
Bab 91 - Rahasia asisten Doni
92
Bab 92 - Pembenaran
93
Bab 93 - Pengaruh besar Suci
94
Bab 94 - Kecelakaan
95
Bab 95 - Tindakan cepat
96
Bab 96 - Mencari asisten Doni
97
Bab 97 - Ternyata benar
98
Bab 98 - Suasana hangat
99
Bab 99 - Pertemuan haru
100
Bab 100 - Akhir kata
101
Bab 101 - Sunat
102
Bab 102 - The end
103
Pengumuman
104
Novel Terbaru author, lanjutan dari TLA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!