Akhirnya selesai juga pekerjaanku hari ini. Aku pulang pukul sembilan malam, bergantian sift dengan rekanku yang lain. Memang pabrik itu harus dijaga dua puluh empat jam, bisa gawat kalau sampai tidak dijaga dan ada maling masuk. Ada banyak sekali barang berharga di dalam sana yang pasti menarik perhatian para pelaku kejahatan.
"Itu pak Heri dan pak Irwan sudah datang," kataku sedikit keras pada Roni yang sedang mendengarkan musik menggunakan headseat. Sudah beberapa kali aku peringatkan agar tidak menggunakan benda itu, bahayaa kalau ada yang masuk dan kita tidak mendengarnya kan.
"Akhinya mereka datang juga, ayo pulang." Roni begitu gesit bersiap untuk pulang.
"Kenapa buru-buru? Kamu ada janji?" tanyaku.
"Enggak, hehe..." Aku tau dia berbohong, dari tadi aku perhatikan dia beberapa kali berkirim pesan pada seseorang yang sepertinya ada janji dengannya. Tapi kalau dia tidak mau cerita ya sudah, aku tidak boleh terlalu ikut campur dengan urusan orang lain.
"Ya sudah, kau duluan saja. Hati-hati di jalan"
"Ok, kau juga nanti, apalagi rumahmu lewat kuburan angker. Hati-hati ya, buyikan klakson kalau lewat," pesan Roni padaku.
Aku terkikik geli, namanya juga kuburan ya pasti angker tapi mereka kan sudah mati dan tidak mungkin bangun lagi. Yang ada ketakutan dalam diri kita sendirilah yang akhirnya menciptakan peluang untuk bangsa setan mengelabui kita, seolah-olah mereka adalah hantu dari para mayat yang dikuburkan di sana.
Setelah menulis laporan dari beberapa tamu yang datang dan karyawan yang ijin di jam kerja. Aku pun pamit pada ke dua rekanku yang betugas jaga malam ini. "Aku pulang pak," pamitku.
"Ohh iya hati-hati Har, jalan yang ke rumah mu itu rawan begal kalau malam begini." Nah itu baru pesan yang benar, tidak seperti Roni tadi yang menyuruhku hati-hati pada makhluk halus.
"Iya pak, tenang saja. Kalau begalnya enggak bawa senjata, aku pasti bisa menghadapi mereka. Nah beda lagi ceritanya kalau mereka bawa clurit ya mending tak kasihkan aja tuh motor bututku, soalnya aku belum belajar ilmu kebal." Kedua bapak itu tertawa terbahak mendengar celotehku, entahlah padahal aku merasa tidak ada yang lucu.
"Mau ngopi dulu nggak le, bahaya kalau ngantuk juga." Pak Irwan menawariku kopi hitam seperti yang sedang mereka minum saat ini. Sebenarnya tidak enak mau menolak tapi aku paling tidak bisa minum kopi hitam, asam lambung bisa langsung meroket.
"Enggak pak, kebetulan tadi sudah ngopi sebelum kalian datang."
"Yo wis, kamu hati-hati ya. Ehh tadi si Roni kenapa, lagi bahagia benget kelihatannya sampai senyam senyum sendiri?" Ternyata pak Hari juga berpikir sama sepertiku.
"Aku juga nggak tau pak, sudah kutanya tapi nggak mau cerita ya sudah. Aku nggak bisa maksa," jawabku, Roni itu sebenarnya anaknya super polos beberapa kali ketipu sama orang makanya kami khawatir.
"Semoga saja nggak seperti yang sudah-sudah ya.. Kasihan dia, cuma pengin punya pacar tapi koh malah ketipu terus. Sudah aku jodohkan sama keponakan ku tapi dia nggak mau, seleranya terlalu tinggi." Deg! Aku merasa tersindir oleh ucapan pak Hari, apa mengharapkan tante Jelita juga termasuk ketinggian buat ku. Tapi kan jodoh nggak ada yang tau, yang penting aku nggak pernah ketipu sama perempuan.
Aku mengedarai motor bututku memecah jalanan yang cukup sepi. Kota tempat tinggalku bukanlah kota besar jadi jam sembilan saja sudah sepi, di sini juga sama sekali tidak ada tempat hiburan malam seperti kota sebelah. Kutambah kecepatan motorku karena kendaraan yang lain mulai langka, tiba-tiba aku teringat pesan pak Heri padaku tentang begal. Sebenarnya aku tidak serius mau memberikan motorku, meski butut begini tapi masih bisa aku pakai dan aku juga belum punya cukup uang untuk membeli motor baru.
"Apa itu di depan, sepertinya ada orang yang dalam masalah," gumamku saat melihat ada beberapa orang yang berhenti di pinggir jalan. Firasatku sudah buruk saat mendengar salah satu dar mereka berteriak meminta tolong.
"Apa aku ketemu begal beneran?" Aku bersiap kabur, tanganku sudah siap menarik gas. Kabur adalah jalan yang benar saat ini, jalanan itu sangat sepi dan rumah warga juga jauh dari sini. Kalau aku kenapa-napa tidak akan ada yang menolongku.
"Tolloooong...." Sepertinya itu suara perempuan. Bagaimana ini, apa aku biarkan saja atau menolongnya. Tidak Haris, saat ini bukan waktunya jadi pahlawan kemalaman, nyawa dan motor lebih penting.
"Tolooong... ada begaalll tolong...!!" Perempuan itu berteriak semakin kencang saat motorku semakin dekat, sepertinya dia mencoba meminta tolong padaku. Aku mencoba menutup telinga dan tidak memperdulikan teriakan itu.
Maaf, aku tidak bisa menolong. Ku tarik gas sekencang-kencangnya. Melewati mereka yang sedang bersitegang, aku bahkan tidak berani menoleh. Bukan aku takut tapi kalau lawan bawa senjata aku tidak begitu percaya diri.
"Huuhh akhirnya sudah jauh juga." Aku menghela nafas lega, ehh tapi kenapa aku jadi kepikiran korbannya tadi. Bagaimana kalau para penjahat itu nekat mencelakai korbanya, apa aku juga akan jadi orang jahat kalau membiarkan begitu saja kejahatan di depan matanya. Kalau begitu untuk apa aku jadi petugas keamanan kalau menolong satu orang saja tidak bisa, bagaimana aku mau melindungi pabrik dan para karyawannya.
Siaall, sepertinya aku tidak akan bisa tidur nyenyak nanti kalau tidak menolong korban.
"Hai... beraninya sama perempuan, apa kalian b*nci?!" teriakku saat tiba di lokasi.
Dua pria yang berbadan besar itu menoleh padaku, ralat badannya memang besar tapi bukan berotot tapi karena gendut. Beda denganku yang berotot dimana-mana.
"Siapa kau, apa kau sudah bosan hiduphah!! Berani sekali mengganggu kesenangan kami!"
Apa kesenangan? Kesenangan kepalamu! Aku ikut emosi saat melihat korban yang berjenis perempuan itu terlihat berantakan, kancing baju yang dia pakai sudah terlepas sebagian. Kejam sekali pria-pria itu, bukan hanya ingin menguasai hartanya tapi tubuh si korban juga, fix kalau mereka sudah berhasil menodai wanita itu pasti setelah itu mereka tidak akan segan melenyapkan nyawa korban.
"Kalian bedebah!! Apa nggak cukup bawa motornya saja, kenapa harus menodai korban kalian!" Aku menngulung lenganku sampai ke siku, ehh maaf lupa seragamku kan lengan pendek.
"Hahaha... ini namanya sekali dayung dua tida pulau terlampaui. Apa kau tidak tau peribahasa itu anak muda?" Mereka tertawa, ya nikmati saja selagi bisa tertawa. Sebentar lagi aku akan membuat kalian menangis darah.
"Hiks... hiks... tolong saya..." Aku kembali melihat si korban yang sudah beruraian air mata. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya kalau tadi aku tidak kembali.
Aku akan menolongmu dan menyingkirkan dua bedebah tua bangka ini. Aku memberi isyarat pada wanita itu agar menjauh, stidaknya kalau aku kalah, dia bisa kabur dan mencari pertolongan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
𝐘𝐖💋🅁🄸🄽🄰👻ᴸᴷ
Jd tmbh pnasaran 🤭🤭🤭 ... Lnjtkn,Adeq 👍🌹❤️🤗😘
2022-06-07
1