Ketulusan Hati Jelita
Aku Haris, umurku dua puluh lima tahun, laki-laki, belum menikah dan belum punya pasangan alias jomblo. Aku memang terlahir jomblo sejak lahir sampai sekarang, tapi aku bahagia seperti lirik lagu yang cukup terkenal 'I single i am Verry happy'. Mungkin karena tampangku yang pas-pasan dan pekerjaan ku yang remehan membuat ku menjadi jomblo abadi. Gadis sekarang kan maunya yang mapan dan tampan walaupun slengean.
Ku ambil satu buah rokok yang tergeletak di atas meja, lalu ku nyalakan lagi ujungnya. Asap putih pun mulai mengepul keluar dari mulut ku. Sudah habis yang ketiga pagi ini, sambil menikmati suasana pagi di depan rumahku. Ditemani secangkir kopi dan pisang goreng yang ibu ku siapkan.
Inilah kegiatan ku saat pagi, saat aku berangkat bekerja siang hari. Aku bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu pabrik di kotaku. Kadang aku berjaga pagi, sore ataupun malam, bergantian dengan beberapa temanku.
Kulihat seseorang baru saja keluar dari pintu rumah nya. Inilah yang aku tunggu sejak tadi. Pemandangan pagi yang selalu membuat ku ketagihan.
Dialah Tante Jelita penghuni baru di kompleks ini, tepatnya rumahnya berada di depan rumah ku. Umurnya jelas berada jauh di atas ku, tapi kecantikan dan tubuhnya sama sekali tidak membuat wanita itu terlihat tua tapi justru sebaliknya. Dia janda beranak satu, umur anaknya baru lima bulan. Kasihan sekali wanita secantik itu harus menjada, katanya suaminya ketahuan berselingkuh dengan karyawan nya sendiri.
Sungguh bodoh bukan, kurang apa coba Tante Jelita itu. Sudah cantik, bohay dan banyak uang lagi. Andai saja aku bisa mempunyai istri seperti itu pasti aku akan sangat betah di rumah. Lihatlah, baru bangun tidur penampilan masih acak-acakan saja begitu cantik, apalagi bodynya yang aduhai itu yang selalu menjadi suka berkhayal kadang-kadang.
Aku tersenyum manis saat Tante Jelita tersenyum padaku sebentar, lalu kembali melakukan kegiatan nya yaitu menyiram tanaman. Kebetulan memang sedang masuk musim kemarau jadi setiap pagi Tante Jelita akan keluar untuk menyirami tanaman nya.
Dua ibu-ibu lewat jalan di depan rumah ku, akupun pura-pura bermain dengan gadget ku. Tak ingin ketahuan sedang memandangi janda kembang di depan rumah, bisa-bisa para ibu-ibu berdaster itu akan menggosip tentang ku.
"Mbak Lita rajin sekali pagi-pagi sudah nyiramin tanaman." Kudengar salah satu ibu itu berbicara pada Tante Jelita.
"Ohh iya ini Bu, sayang kalau enggak disiram nanti layu." Ohh dengarlah suara begitu lembut, mendayu-dayu ditelinga ku. Pikiran ku jadi kemana-mana hanya dengan mendengar suaranya saja. Aku berusaha tenang sambil terus memainkan ponsel ku dengan asal.
"Bener itu, tanaman kalau lama enggak disiram bakalan layu. Iya nggak Bu Irma." Kedua ibu-ibu itu terkikik, aku bisa mendengar nya. Dasar ibu-ibu julid, mainnya sindir-sindiran. Mentang-mentang Tante Jelita itu janda jadi kalian bisa menyindirnya begitu.
Aku geram melihat kelakuan duo ibu-ibu dengan mulut pedasnya itu. Sepertinya mulut mereka sudah seperti bon cabe level 30. Kalau menurutku si mereka cuma iri karena body mereka tidak sebagus bodynya Tante Jelita. Mereka pasti takut kalau mata suami mereka jelalatan melihat Tante Jelita. Wajar saja lah, aku yang masih muda dan perjaka Ting Ting saja bisa terpesona dengan Tante Keke. Apalagi mereka yang sudah jadi bandot tua.
Akhirnya duo julid itupun pergi, setelah puas menyindir Tante Jelita. Ingin rasanya aku jejali mulut mereka dengan pisang goreng ini biar diam.
Ku lihat Tante Jelita sudah selesai menyirami tanaman nya. Dia pun meletakkan selang yang tadi dipakainya dengan sedikit membungkuk. Dia yang hanya memakai daster di atas lutut tentu saja bagian bawahnya terangkat saat membungkuk seperti itu.
Glek, air liur ku hampir saja menetes saat pemandangan indah terpampang nyata di depan mata ku. Jarak rumah kami yang berhadapan hanya terpisah jalan dan halaman kecil membuat aku bisa melihat jelas. Entah dia sadar atau tidak melakukan hal itu.
Pinggul ramping itu bergoyang ke kiri dan kanan, seirama dengan pergerakan Tante Jelita yang sedang merapikan selang.
'Nunduk lagi Tan, iya ayo nunduk. Tanggung tan, sedikit lagi.' Sayangnya aku hanya berani berkata dalam hati. Mana mungkin aku berani berkata langsung, bisa-bisa aku kena tampar.
Ku usap wajahku dengan kasar agar pikiran kotorku hilang. Tapi ternyata bayangkan itu tetap saja masih ada dalam pikiran ku.
Siaalll... Ku matikan puntung rokok ku yang masih menyala dengan kesal. Gara-gara kejadian tadi, sesuatu yang tadinya tidur jadi bangun. Kalau sudah begini harus segera diselesaikan urusannya, kalau enggak kepalaku bisa pusing seharian.
"Ohh Tante Jelita ku... kenapa kau selalu menyiksa diri ku yang jomblo ini," gumamku pelan takut ada yang dengar. Maklum lah, katanya tembok aja punya telinga.
Kamar mandi adalah tempat yang bisa membuat ku betah berlama-lama di sana. Para pria pasti tau sebabnya. Aku pun sama, mumpung ibuku belum pulang dari tukang sayur. Jadi aku bisa bersuara seenaknya, tidak perlu ku tahan lagi.
Ku putar kran air untuk sedikit menyamar suara, untuk berjaga-jaga kalau ibu tiba-tiba pulang. Kulepas semua pakaian ku, lalu kuregangkan jari-jari ku untuk pemanasan sebelum bertempur.
"Sabar bro..." Ku usap lembut.
Mataku mulai terpejam, membayangkan Tante Jelita. Tanganku pun mengikuti dengan bergerak lincah, maju mundur cantik dengan tempo yang cepat.
Aku merancau tidak jelas sambil membayangkan Tante Jelita ada didepan mataku. Khayalan ku semakin liar dan dengan suara manja yang terus aku lontarkan tanpa takut ibu mendengar.
Sepuluh menit berlalu.
Jari-jari ku semakin cepat bergerak, saat perasaan hebat itu datang. DUAARRR. Sedetik kemudian, aku bisa merasa lega dan nyaman.
"Sayang sekali kalian harus terbuang sia-sia," kataku sambil menatap mereka yang berceceran di lantai kamar mandi.
Setelah urusan bawahku beres, aku melanjutkannya dengan acara membersihkan diri sekaligus mandi besar sebelum ibu pulang.
Suiittt ... suiiit... Aku terus bersenandung sambil berkaca di depan cermin. Kusisir rambutku yang masih setengah basah ke arah belakang, tak lupa juga ku semprotan minyak wangi ke seluruh tubuh ku.
"Hhmm wanginya, kalau Tante Jelita didekatku pasti klepek-klepek." Sayangnya aku tidak pernah punya kesempatan untuk berdekatan dengan janda anak satu itu. Sabar, sabar... aku akan menunggu sampai kesempatan itu datang.
"Haris.....!!!" Suara ibu memanggilku dengan berteriak, pasti ada yang tidak beres kalau sudah begitu. Ibu seperti nya sedang marah tapi marah kenapa? Lebih baik aku lihat dulu.
Aku pun keluar dari kamar dan menghampiri ibu yang sedang berkacak pinggang. "Ada apa Bu?"
"Kenapa sabun di kamar mandi habis lagi?" tanya ibuku kesal.
Mati aku, bagaimana aku menjelaskan nya pada ibu.
Baca novel othor yang baru juga ya.
Judulnya Nikahi Aku, Kak!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ira ita
Haris Haris lah wong ko Marai sabun ntek
2023-11-01
0
Novianti Ratnasari
wow, tiap hari sabun habis.bisa bangkrut dong uang ibu nua😂😂😂
2022-07-23
1
NOiR🥀
wow menarik first chapter 😊
2022-07-22
1