Aku merancau tak jelas, impian ku selama ini menjadi nyata. Aku bisa merasakan bagaimana rasanya menyusuri keindahan dunia bersama wanita pujaan ku, Tante Jelita. Wanita yang baru dua bulan menempati rumah kosong di depan rumah ku.
"Terus Tan... "
Aku benar-benar dibuat melayang oleh Tante Jelita, pelayannya jelas mantap, bikin mata merem melek. Kata orang janda lebih berpengalaman memang benar adanya. Kalau begini, yang masih gadis bukan apa-apanya.
Aku seperti raja, cukup diam dan Tante Jelita yang bekerja. Kalau begini aku mana sanggup tahan lama-lama, goyangan mampu membuat ku ingin meledak lagi seperti pagi tadi.
Kepala ku mendongak ke atas, kurasakan tubuh ini bergetar hebat. Sesuatu yang hangat baru saja menyembur dari sumbunya.
"Ris... Haris... bangun nak... nyebut..." Samar aku mendengar suara ibu memanggilku. Rasanya tubuhku lemas saat ingin membuka mata.
Tapi sedetik kemudian aku langsung berjingkat kaget. Tadi ada suara ibu, apa artinya ibu melihat ku sedang bermain dengan Tante Jelita?
"Ibu?" aku terlonjak kaget melihat ibu ada di depan ku. Berarti benar tadi ibu lihat..aaaa Bagaimana ini dia pasti marah.
"Kamu itu mimpi apa sih... sampai teriak-teriak senyum-senyum sendiri. Ibu takut kamu kesambet setan lewat," ujar ibu, wajahnya panik.
"Mimpi?" Aku bingung tentu saja. Lalu akupun mencoba mencari jawaban, tepatnya mencari sosok Tante Jelita yang tadi ada bersamaku. Ehh tapi kenapa tiba-tiba aku sudah ada di rumah ku lagi, lalu dimana Tante ku yang tadi bersama ku.
Apa ini benar mimpi, tapi itu sungguh seperti nyata. Bahkan aku bisa merasakan tanganku menyentuh nya. Aarrggghhh... sial ternyata tadi itu cuma mimpi.
"Haris! malah ngelamun. Kamu ditanya kok malah diam saja." Ibu masih khawatir padaku, jelas saja karena aku anaknya satu-satunya.
"Enggak apa-apa Bu, cuma tadi mimpi ketemu bidadari aja," jawabku agar si ibu tidak khawatir lagi.
"Oalah... kamu itu sepertinya kesambet setan jomblo jadinya seperti ini. Cepet-cepet cari pacar to nak, ibu khawatir kalau kamu jadi melenceng kalau kelamaan jomblo."
Kurang asem ibu itu, anak sendiri dikatain terus. Gini-gini kan anakmu Bu. Ku garuk rambut ku yang acak-acakan.
"Sabar Bu, belum ketemu yang pas. Jodohku masih sembunyi," kataku.
"Kamu itu terlalu pilah pilih Ris. Banyak yang mau sama kamu kok, ibu heran kamu itu mau cari yang seperti apa?" Ibu mengomel. Kalau sudah masalah pasangan pasti urusannya jadi panjang. Ibu itu sepertinya ngebet banget pengen punya menantu.
"Ya nggak muluk-muluk lah Bu, asal aku sreg trus mau menerima ku apa adanya dengan pendapatan yang pas-pasan. Trus sayang sama ibu dan mau mengurusi ibu." Aku ragu kalau para gadis yang mendekati ku itu juga bisa sayang sama ibu. Jaman sekarang jarang sekali menantu yang sayang sama mertuanya, apalagi kalau mengurusi mertua pasti mereka tidak akan mau.
"Ibu masih sehat nak, nggak perlu diurusi. Yang penting kamu bahagia." Ibu memang terlalu baik orangnya.
"Ya nggak bisa gitu Bu, yang mau menikah dengan ku ya harus mau mengurus ibu. Mau diajak susah juga, nggak mau enaknya aja." Memang sulit mencari wanita yang seperti itu, tapi tidak apa-apa. Aku pasti bisa bertemu dengan wanita yang seperti itu suatu saat nanti.
"Ya wis lah, terserah kamu aja Ris." Ibu pasrah, nah begitu dong Bu. Cari pasangan hidup ya nggak bisa grasa grusu.
"Awaa... aaa... aappaa...pa..." Samar telingaku mendengar suara bayi ada di dekat sini. Ehh ngomong-ngomong soal bayi bukannya ibu seharusnya menjaga anaknya Tante Jelita ya. Kalau ibu ada di sini lalu anak itu dimana?
"Bu, anaknya Tante Jelita dimana? Apa ibu tinggal di rumah sendirian?" tanyaku.
"Itu yang ada diatasmu siapa?"
Aku mengikuti arah jari telunjuk ibu, dan benar saja kalau saat ini bayi cantik itu sedang tengkurap di atas tubuhku. Kenapa aku tidak sadar dari tadi. "Kenapa ditaruh disini Bu?"
"Tadi dia minta turun kesitu saat kamu tidur. Ya cantik... kamu cantik sekali siihhh seperti mamah mu...," tutur ibu sambil memainkan pipi chubby bayi itu. Aku setuju, bayi itu memang sangat cantik seperti ibunya.
Ehh tapi tunggu, kenapa rasanya celanaku hangat. Apa ini karena mimpi tadi yang membuat larva ku keluar. Tapi seharusnya kan tidak sebasah dan hangat seperti ini, sepertinya ada yang tidak beres.
Aku melihat bayi itu masih betah di atasnya ku, menepuk-nepuk perut kotak-kotak ku yang terbuka. Lucu sekali, masih bayi saja tau mana barang yang bagus dan tidak. Ibu tadi bilang anak itu ingin turun di atas ku, ternyata dia penasaran dengan perut kotak-kotak ku.
Wajahku memang pas-pasan, ganteng enggak. Warna kulit ku juga kecoklatan karena sering terpapar sinar matahari. Tapi menurut ku malah terlihat eksotis. Jangan salah, meski wajah ku jauh dari kata tampan tapi bentuk tubuh ku ini TOP . Sudah seperti binaragawan yang ada di tv tv. Otot lenganku saja besar, da-da dan perutku kotak-kotak sempurna.
Itulah yang menjadi daya tarik para gadis yang selama ini mengejarku. Itu semua karena aku sering melakukan latihan fisik, sebelum jadi penjaga keamanan atau scurity biasanya memang ada latihan khusus ala militer dan sampai sekarang pun aku masih sering melakukannya, makanya tubuh ku tetap seperti ini. Beda sekali dengan teman-teman ku, setelah mendapat pekerjaan mereka jadi malas dan hasilnya sekarang perut mereka buncit seperti ibu hamil.
"Wa.. a... wa... waa.... "
"Sepertinya dia menyukai mu, Ris. Dari dari coba gendong lagi enggak mau," ujar ibu sambil melihat anak itu yang masih asyik memegangi perut ku.
Ehhh tapi tunggu, yang anget-anget tadi jangan-jangan.
"Bu tolong angkat dulu ini bayinya," perintah ku yang sudah berfirasat buruk.
"Namanya Sasha, Ris. Ada apa sih, kok kamu panik begitu wajahnya."
"Sasha... ya itu cepat angkat dulu Bu. Ini loh aku ngerasa anget-anget di celanaku." Aku pun menceritakan apa yang aku rasakan pada ibu. Aku yakin yang anget-anget itu bukan dari larva putih ku yang menyembur tapi dari sesuatu yang lain dan asalnya dari anak yang di atas ku ini.
Ibu segera mengangkat anak itu tinggi-tinggi, dilihatnya celana anak itu basah. Benarkan dugaanku. Apes bener, apa dia balas dendam karena aku suka membayangkan ibunya tadi. Hahaha dasar bayi, kata orang memang perasaan anak kecil itu sangat peka.
"Ya ampun kamu ngompol nduk. Walah walah ibu lupa enggak pakaiin Pampers tadi. Maaf ya Ris, kamu jadi bau pesing begini." Ibu merasa bersalah karena membuat ku basah dan bau ompol.
"Enggak apa-apa Bu, aku bisa mandi lagi. Sekalian mau berangkat nanti," ujarku, hanya masalah kecil begitu untuk apa marah apalagi pada bayi kecil yang tidak tau apa-apa. Meski tubuh ku besar dan terlihat galak tapi hatiku lembut seperti malaikat. Hehehe
Waduh baca juga novel othor yang baru
Judulnya Nikahi Aku, Kak!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ira ita
ciyeee si kekar Hello Kity 🤣🤣
2023-11-01
0
Ira ita
ngakak Ris kelakuan km 🤣🤣 disangka kesanbet kn 🤣🤣 buk kalo bapak pasti tau anaknya kenapa, itu mimpi indehoyyy🤣
2023-11-01
0
Diah Darmawati
alaah pretttt😛😛😛🤣🤣🤣
2023-01-25
0