Misunderstanding

"**Dia Tampan, pintar, mudah bergaul. Aku pikir setelah aku meninggal akan ada seseorang yang akan membicarakan hal-hal yang baik tentangku.

Ternyata aku salah. Padahal aku dan dia kembar. Kenapa aku tidak bisa menarik perhatian...?"

"Hei! Sudahlah mendengarmu selalu curhat, membuatku pusing! Aku harus membagi kisah piluku kepada siapa**?" Ucap hantu yang memotong ucapan hantu anak laki-laki bernama Randy.

"**Ehehehe. Maaf aku terlalu berisik ya?"

"Jangan tertawa! Jika kau tertawa, tapi hatimu sedih, itu sangat menyedihkan. Apalagi kau sudah meninggal. Oh ya. Ngomong-ngomong namaku Andy.

Aku adalah hantu siswa disini yang meninggal karena sakit. Aku terlalu sering belajar tanpa istirahat. Sepulang sekolah, aku akan pergi les dan kursus piano**." Ucap Hantu anak laki-laki bernama Andy.

"Wah! Pantas saja kau mati! Kau diperlakukan seperti robot! Tega sekali!" Ucap Hantu Randy.

"Yah. Begitulah, tapi sepertinya ayah dan ibuku sangat menyesal dengan kepergianku."

"Bagaimana kau tahu itu?"

"**Aku mendengar tangisan mereka. Tidak jarang setelah pulang sekolah, mereka akan datang ke sekolah dan berdoa untuk ketenanganku.

Mereka akan mendoakan bangku yang pernah aku tempati. Mereka yakin, aku masih sering duduk meratapi nasibku disini hah! Konyol sekali**!"

Hantu Randy hanya diam. Dia bingung harus menjawab apa.

"Bagaimana denganmu Randy?" Tanya Hantu Andy.

"**Entahlah. Kau lihat siswa itu? Namanya Ryan. Sekarang dia duduk dibangku kelas 2 SMA. Mungkin jika aku masih hidup, aku pasti akan seangkatan dengannya karena kami ini kembar.

Dia semakin bersinar saja. Tidak sepertiku. Aku yakin dia sama sekali tidak merasa sedih setelah kembarannya meninggal**." Ucap Hantu Randy putus asa.

"Apa kau yakin? Apa kau sudah pernah mampir ke rumahmu?" Tanya Hantu Andy.

"Belum. Aku terlalu takut menerima kenyataan jika aku sudah mati."

"Bagaimana kau mati?"

"**Aku bertengkar dengan Ryan. Aku memutuskan untuk kabur dari rumah. Aku kesal. Karena... Hanya Ryan lah yang mendapat perlakuan istimewa dari kedua orang tuaku, sedangkan aku tidak.

Saat itu sedang hujan dan jalan terlihat berkabut. Aku berlari sambil menangis, tanpa sadar aku sudah lari ke jalan, tepat saat ada truk melintas.

Kecelakaan itu disaksikan sendiri oleh Ryan. Setelah meninggal arwahku keluar dan aku tidak berani pulang. Aku takut melihat tubuhku sendiri yang sudah kaku.

Aku memutuskan mengikat rohku di sekolah ini**."

Hantu Andy mendengar cerita Randy dengan serius. Ia juga merasa iba mendengar cerita Randy.

"Randy. Apa kau mau mendengar saranku?" Ucap Andy sambil tersenyum.

"**Hah? Hei jangan tersenyum! Kau itu hantu! Membuat aku takut saja."

"Dasar! Kau itu juga hantu. Hah! Dengar. aku rasa waktuku sudah tidak banyak. Apa kau pernah mendengar? Orang bilang, arwah orang yang sudah meninggal, hanya bisa bertahan di dunia sampai 40 hari saja.

Ini adalah hari ke 40 kematianku. Besok aku tidak akan berada disini. Rohku sudah mulai memudar. Aku tidak bisa mendengar curhatan mu lagi.

jika melihat dari energi rohmu, hari ini adalah hari ke 7 kematianmu. Kau meninggal tidak lama sebelum kenaikan kelas.

Kau masih punya banyak waktu. Setidaknya kau melihat keadaan keluargamu. Sebelum akhirnya kau benar-benar pergi.

Karena jika kau masih terus memendam perasaanmu, kau hanya akan menyesal. Terus terang. Aku baru menyadari, jika ayah dan ibuku benar-benar menyesal setelah kepergianku, kemarin.

Sebelumnya aku sangat benci melihat mereka, karena rohku yang tidak akan bisa dilihat oleh mereka. Aku selalu menghindar saat mereka datang ke sekolah.

Saat aku tahu dan mendengar semuanya aku sudah tahu. Alasan mereka mendidik ku dengan keras, meminta untuk les belajar giat, hanya untuk kebaikan ku di masa depan, tapi mereka juga menyesal, mereka tidak pernah tahu jika aku lelah.

Karena... aku tidak pernah mengeluh kepada mereka. Aku tidak bisa... mengatakan jika aku ingin beristirahat. Itu karena... mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Sampai-sampai tidak punya waktu untuk melihat dan menanyakan keadaanku.

Randy... Kurasa ini saat yang tepat. Aku tahu. Kau melihat Keberhasilan saudara kembarmu dengan tatapan penuh kebencian dan rasa iri. Tapi... Jika aku lihat tatapannya... Ia seperti sedang menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya**."

Mendengar ucapan Hantu Andy, Randy hanya terdiam. Ia mengernyitkan dahinya karena rasa tidak percaya.

Randy malah mengingat masa-masa kelamnya saat orang tuanya lebih memberikan perhatian lebih kepada Ryan.

Hantu Randy pun meninggalkan Hantu Andy yang termenung, menghitung waktu terakhirnya di dunia.

Waktu sudah menjelang sore. Arwah Randy terbang ke atas atap. Tepat pukul 3 sore. Waktu pulang tiba.

Dari kejauhan arwah Randy melihat Ryan berpamitan dengan teman-temannya sebelum pulang.

"Hah! Apa yang dikatakan oleh si hantu suram Andy itu! Dia tidak tahu apa-apa! Aku tidak melihat wajah sedih dari Ryan! Konyol sekali!" Ucap Arwah Randy yang mengawasi dari atap sekolah.

Setelah teman-teman Ryan pulang meninggalkan Ryan, raut wajah Ryan tiba-tiba berubah dari wajah senang, menjadi raut wajah lesu dan sedih.

Melihat raut wajah saudara kembarnya yang tiba-tiba berubah, membuat Randy sangat terkejut. Ia pun memutuskan untuk mengikuti Ryan pulang ke rumah.

Ryan berjalan pulang dengan lesu. Sembari berjalan, ia mengeluarkan sebuah kertas ujian harian dari tasnya. Terlihat kertas ujian bertuliskan nilai 65.

"Oh! aku kira kau sedih karenaku! Ternyata karena ujian! Dasar!"

Setelah Randy menatap Ryan dengan wajah kesal, tiba-tiba Ryan bergumam saat sudah sampai di depan gerbang rumahnya.

"Heh? Sudah sampai? Si siput ini jalannya cepat juga!"

"Kak Randy. Kita sudah sampai rumah. Aku bisa merasakan rasa sedihmu mendapat nilai yang tidak kita inginkan.

Kakak. Apa kau tahu! Rumah menjadi sepi saat kau tak ada! Aku tidak bersemangat belajar! Jika tidak belajar tanpamu!

Aku takut pulang ke rumah! Ibu akan selalu salah memanggil namaku menjadi namamu! Apa kau tahu! Ayah juga tidak semangat bekerja!

Ia selalu terlambat berangkat bekerja, karena selalu menangis di kamarmu! Ia selalu membawa fotomu kemana-mana!

Kakak. Apa kau tidak tahu, Ayah dan ibu lebih sayang kepadamu! Saat kakak mendapat nilai rendah, Mereka akan sedih!

Saat aku mendapat nilai tinggi! Mereka bukan memuji namaku! Mereka memuji nilaiku dengan menyebut namamu!

Ayah dan ibu selalu berharap kau berhasil kak! Kembali lah! Ku mohon! Berikanlah kebahagiaan kepada keluarga kita lagi kak!

KAK RANDY!!!!!" Ucap Ryan berlutut dan menangis di depan rumah.

Rumah itu terlihat gelap. Orang-orang sekitar berlalu lalang melewati Ryan yang masih berada di luar rumah.

Ryan tidak memperdulikan tatapan orang-orang sekitar yang melihatnya menangis di depan rumah.

Melihat Ryan yang menangis, Randy terdiam membatu.

Tidak lama, Ibu Randy keluar sambil memegang foto Randy.

"Randy. Kenapa kau di sini? Ayo masuk. Dimana Ryan?" Ucap Ibu mereka yang salah mengira jika Ryan adalah Randy.

Mendengar ucapan Ibunya, Ryan tidak berani marah. Ia langsung mengusap air matanya dan menjawab ucapan ibunya yang sudah tidak dapat membedakan wajah anaknya sendiri.

"Iya ibu. Aku sudah pulang. Tadi sebelum pulang, aku melihat Ryan pergi dengan teman sekelasnya untuk kerja kelompok." Ucap Ryan berbohong sambil menahan air matanya.

Tidak lama ayah Randy dan Ryan pulang. Ayah yang sudah mengerti kondisi istrinya itu, pun berkata hal yang sama untuk menenangkan istrinya.

Ia juga tidak lupa membawa obat penenang yang dianjurkan oleh psikiater yang melakukan terapi untuk istrinya itu.

"Randy, ibu... Ayah pulang. Randy ayo bawa ibumu masuk ke dalam. Kita akan makan malam." Ucap ayah pelan.

"Ayo Randy! Kita siapkan makan malam sambil menunggu kakak kembarmu pulang!" Ucap ibu dengan nada girang.

Ayah pun menggandeng istrinya masuk ke dalam rumah. Sebelum masuk, Ryan menyeka air matanya yang sudah menetes dan langsung masuk ke dalam rumah dengan senyuman untuk ibunya.

Arwah Randy yang melihat kondisi ibunya, terdiam. Tangisnya pecah saat keluarganya sudah masuk ke dalam rumah.

Ia kemudian mengingat perkataan Hantu Andy yang ternyata benar.

Setelah melihat semuanya, rasa benci kepada saudara kembarnya yang ia simpan sampai ia mati, sudah mulai memudar.

Arwah Randy pun tidak ingin terus melihat keluarganya yang menderita.

Sebelum benar-benar pergi, Randy masuk ke dalam rumah untuk berpamitan.

Randy, memeluk Ayah dan Ryan. Tidak lupa ia memeluk hangat ibunya, walaupun keluarganya tidak ada yang bisa melihat keberadaannya.

Setelah memeluk ibunya, ia mencium pipi sang ibu dan membisikkan kata... "Aku sayang ibu..."

Sang ibu, yang sedang menata piring dimeja, tiba-tiba merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipinya dan mendengar bisikan yang mirip dengan putra kesayangannya.

Air matanya mulai mengalir tidak terbendung. Ia kemudian berlutut sambil menangis sejadi-jadinya. Ia bisa merasakan kehadiran putra kesayangannya itu untuk sesaat.

Ayah dan Ryan yang melihat ibu berlutut sambil menangis, langsung berlari ke arahnya sambil memeluknya dengan erat.

Sambil menangis, sang ibu memanggil putranya yang sudah tiada itu dengan nada yang lirih dan bibir yang gemetar.

"Randy..... Maafkan ibu... Semoga kau tenang disana..... Ibu sayang padamu... Randy..."

...~Tamat~...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!