Hari ini adalah hari pertama Aghna kuliah di salah satu universitas terbaik di Istanbul. Sebelum bekerja, Aiyaz terlebih dahulu mengantar Aghna ke kampus.
"Sampai jumpa, Kak! ucap Aghna sambil melambaikan tangannya.
"Sampai jumpa," Aiyaz menancap gas mobilnya menuju kantor.
Seperti biasa, setiap pagi Amine selalu membawa sarapan ke kamar Ishla.
"Selamat pagi, sayang."
"Selamat pagi, Ibu."
Ishla membenarkan posisi duduknya dan mulai memakan sarapannya. Ah...rasanya semua makanan ini sangat enak. Lama Ishla tidak memakannya. Ishla makan sangat lahap. Tidak lama Selma datang,
"Permisi Nyonya, ada tamu yang ingin menemuimu."
"Baiklah, aku akan segera menemuinya." Seorang laki-laki tengah menunggu di ruangan. Penampilannya menunjukan seperti seorang dokter. Dia terlihat masih muda dan tampan.
"Maaf menunggu lama," ucap Amine sambil mempersilahkan laki-laki itu duduk.
Laki-laki itu mulai memperkenalkan dirinya. Dia adalah Arash Yavuz, putra dari Alice yang akan menjadi dokter pengganti Ishla. Amine sudah tahu akan kedatangan Arash pagi ini, sebelumnya Alice sudah menceritakan tentang putranya itu. Amine membawa Arash menemui Ishla.
"Siapa dia, Ibu?" tanya Ishla.
"Namanya Dokter Arash, dia akan menjadi dokter baru untukmu."
Ishla tidak suka diperlakukan seperti seorang anak kecil, dia sudah besar dan bisa menjaga dirinya sendiri. Dia tidak lagi membutuhkan seorang dokter, lagi pula mengenai terapi jalan bisa Ishla lakukan sendiri tanpa harus dibantu oleh siapapun.
"Aku tidak membutuhkan dia, Ibu!" tegas Ishla. "Aku bisa merawat dan menjaga diriku sendiri."
"Ibu tahu kau bisa, tapi ibu tidak selalu ada disampingmu, jika ada dokter Arash bersamamu ibu sedikit tenang, dia bisa membantumu jika kau memerlukan sesuatu."
"Baiklah," ucap Ishla dengan wajah terpaksa.
Siang ini Amine ada pertemuan di luar kantor, saat itu jalanan macet tanpa disadari mobil Amine bersebelahan dengan mobil Adlar. Amine menatap ke samping mobil, dia langsung membuka kaca matanya tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya. Melihat Adlar kembali membuat Amine mengingat rasa sakit di masa lalunya. Dia pergi begitu saja, menikah dengan perempuan lain, dan memutuskan untuk bercerai. Di dalam mobil, Amine melihat Adlar bersama dengan seorang gadis seusia putrinya, siapa lagi jika dia bukan putri Adlar dengan perempuan lain. Mobil di depan Amine sudah berjalan, disusul mobil Amine dan meninggalkan mobil Adlar jauh di belakang.
Ishla merasa sangat bosan berdiam diri di kamar, dia berusaha untuk meraih kursi roda di dekatnya namun dia hilang keseimbangan sampai akhirnya terjatuh.
"Ayo bangun! Jangan lemah! Kau pasti bisa!" Ishla mencoba menyemangati dirinya.
Arash yang melihat Ishla berada di lantai, dengan sigap dia menggendong Ishla dan mendudukkannya di kursi roda. Arash membereskan rambut Ishla yang sedikit berantakan, "Kau tidak apa-apa?" Mata mereka saling menatap cukup lama.
"Aku baik-baik saja," ucap Ishla.
Ishla pikir, Arash itu orangnya cuek dan dingin, tetapi dia begitu perhatian dan sangat baik.
"Kau mau kemana?" tanya Arash.
"Aku merasa sangat bosan disini, aku ingin suasana baru."
"Apakah kau sudah makan siang?" tanya Arash.
"Belum,"
"Baiklah, mari kita pergi untuk makan siang!" Arash membawa Ishla pergi dengan persetujuan Amine. Arash menggendong Ishla ke dalam mobil. Walau mereka bertemu beberapa jam yang lalu sepertinya mereka sudah mulai akrab dan dekat.
"Tempat seperti apa yang kau sukai?" tanya Arash.
"Aku ingin makan kebab yang ada di pinggir laut,"
"Benarkah? Kita ternyata memiliki selera yang sama," ucap Arash.
Arash memarkirkan mobilnya di dekat laut, dia menggendong Ishla ke atas kursi roda, dan mendorongnya.
"Kau tunggu disini! Aku akan memesan kebabnya dulu."
Ishla menarik napasnya panjang sambil menatap ke arah laut. Tiga tahun dia koma, baru sekarang ini dia bisa kembali menghirup udara segar seperti ini. Tidak lama Arash datang dengan membawa dua kebab berukuran sedang.
"Ini untukmu," ucap Arash sambil memberikan kebab pada Ishla.
"Bagaimana rasanya?" tanya Arash dengan mulut yang terus menyantap kebab.
"Hmm, rasanya sangat lezat," Ishla tersenyum lebar.
Ketika mereka sedang menyantap kebab, tiba-tiba ponsel Arash berdering.
"Halo! Siang ini di kampus ada kelas, aku berhalangan hadir. Apa kau bisa ke kampus dan menggantikan ku?"
"Baiklah, aku akan datang."
"Siapa?" tanya Ishla.
"Aku harus ke kampus untuk mengajar, dosen yang biasa berhalangan hadir."
Sebelum ke kampus, Arash akan mengantar Ishla pulang terlebih dahulu. Tapi Ishla menolaknya, dia ingin ikut bersama Arash ke kampusnya. Ishla ingin tahu di kampus mana Arash mengajar.
Siang itu, Aiyla dan Adlar tiba-tiba saja datang menemui Aiyaz saat jam makan siang.
"Selamat siang, paman. Duduklah! Kau ingin makan apa?" tanya Aiyaz.
"Tidak perlu, aku kesini hanya untuk mengantar Aiyla menemuimu."
Tidak lama Adlar pergi karena harus bertemu dengan orang penting siang ini. Aiyla duduk sangat dekat dengan Aiyaz. Sikap Aiyla membuat Aiyaz sangat tidak nyaman.
"Untuk apa kau datang kemari?" tanya Aiyaz sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Apa aku tidak boleh menemui calon tunanganku sendiri?" Tiba-tiba saja Aiyaz tersedak, Uhuk..Uhuk..Uhuk... Aiyla memberikan segelas air pada Aiyaz.
"Kau tidak apa-apa?"
"Aku harus kembali bekerja," ucap Aiyaz sambil berjalan pergi. Aiyla tidak menyerah begitu saja, dia terus mengikuti kemana Aiyaz pergi. Tiba-tiba langkah Aiyaz berhenti dan melirik Aiyla, "Untuk apa kau mengikuti ku?"
"Apa ada masalah?"
"Di sini aku sedang bekerja, jika kau terus mengikuti ku fokus ku bisa hilang."
"Benarkah? Apa yang membuat mu hilang fokus saat melihatku? Apa kecantikan wajahku, atau...
Aiyaz langsung memotong perkataan Aiyla.
"Apa yang kau inginkan?" Aiyla tersenyum akhirnya Aiyaz mengetahui tujuan Aiyla datang menemuinya. Aiyla tidak akan datang begitu saja tanpa ada sesuatu yang dia inginkan dari Aiyaz.
"Sore ini, kakak ku Ethan akan kembali dari Amerika, aku ingin kau dan aku yang menjemput dia di bandara." Aiyaz sangat malas jika harus berhubungan dengan Ethan, tapi Aiyla tidak akan pergi jika keinginannya itu belum tersampaikan. Dengan terpaksa Aiyaz mengiyakan permintaan Aiyla.
Siang itu Arash dan Ishla tiba di kampus. Arash membantu Ishla duduk di kursi rodanya. Semua mata tertuju pada Ishla. Arash mendorong Ishla masuk ke dalam.
"Apa kau mau ikut ke kelas?" tanya Arash.
"Tidak, aku akan menunggu di luar saja."
"Baiklah."
Ishla melihat ke sekeliling kampus, dia mendorong kursi rodanya dan melihat kumpulan mahasiswa yang sedang berkerumun dalam sebuah ruangan. Ishla melihatnya dari dekat, saat dilihat ternyata siang itu sedang diadakan pameran lukisan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan seni.
Waw.. semua lukisan berkarya tiga dimensi, rasanya lukisan itu seperti hidup. Pandangan Ishla tertuju pada satu lukisan yang ada di sudut ruangan. Lukisan indah kota Cappadocia, Ishla terus menatap lukisan itu, tiba-tiba dalam kepalanya terlintas sebuah bayangan yang masih samar.
"Ada hubungan apa aku dengan tempat ini?" Ishla mencoba mengingatnya kembali tapi bayangan itu tidak lagi muncul di kepalanya. Satu jam sudah kelas berlangsung, Arash cemas melihat Ishla tidak ada di depan kelasnya. Arash pergi mencari Ishla, dia melihat Ishla duduk sendirian di dekat taman kampus. Arash menghampirinya, "Kau disini?" Ishla mengangguk pelan.
"Kau sudah selesai?" tanya Ishla sedikit silau karena sinar mentari yang mengenai wajahnya. Arash menutup sinar itu dengan tangannya supaya Ishla tidak silau lagi.
"Kau ini sedang apa?" Ishla langsung menurunkan tangan Arash. "Ayo kita pulang!" pintanya.
Siang itu Amine mengadakan pertemuan langsung dengan beberapa perusahaan penting, dia masih menunggu satu orang lagi yang belum datang. Dia terus melihat jam di tangannya, sudah tiga puluh menit orang ini terlambat, Amine sangat tidak suka dengan orang yang membuat waktunya terbuang sia-sia. Tidak lama akhirnya orang itu datang.
"Selamat siang, semua. Maaf aku sedikit terlambat karena jalanan kota tiba-tiba saja macet." Amine sangat terkejut jika orang itu ternyata Adlar. Dia akan menjadi partner bisnis Amine yang baru. Sama halnya dengan Amine, Adlar juga sangat terkejut melihat kehadiran Amine dalam pertemuannya siang ini. Mereka sangat canggung satu sama lain. Ketika akan menandatangani kontrak perusahaan, Amine memundurkan diri dari kerja sama ini, dan dia langsung pergi meninggalkan tempat pertemuan. Tidak lama Adlar mengejarnya, "Tunggu Amine!" Dengan spontan Adlar memegang tangan Amine, dengan cepat Amine langsung mengibaskannya.
"Jangan ikuti aku!" Amine terus berjalan ke dalam mobilnya. Tapi Adlar berhasil menghentikan langkah Amine.
"Tolong dengarkan aku dulu!"
"Kau bukan lagi siapa-siapa bagiku, jadi tolong jangan ikuti aku lagi!"
"Aku ingin kau mendengarkan semua penjelasan ku dulu, kenapa aku pergi saat itu?"
"Aku tidak ingin mendengar apapun darimu, apapun kebenarannya tidak akan membuat ku sembuh dari luka masa laluku itu," Amine langsung masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan Adlar.
Amine memberhentikan mobilnya di dekat laut, dia keluar untuk menghirup udara segar. Pertemuannya kembali dengan Adlar membuat dadanya terasa sesak.
"Kenapa dia harus kembali?" tanya Amine dalam hatinya.
Amine terduduk dan mengingat masa lalunya kembali. Selama dua puluh lima tahun Adlar pergi, Amine dengan susah payah merawat dan membesarkan Ishla tanpa kehadirannya. Hanya Ishla yang Amine punya saat ini, dia harus fokus pada penyembuhan Ishla. Amine berjanji sampai kapanpun dia tidak akan pernah memberitahu Adlar tentang putrinya, Ishla.
Selesai bekerja, Aiyaz menjemput Aghna di kampusnya. Aiyaz melihat sikap aneh Aghna yang senyum-senyum sendiri. Aiyaz menempelkan tangannya di jidat Aghna untuk memeriksa keadaanya. Aghna melirik Aiyaz dan menyingkirkan tangannya.
"Apa yang kau lakukan, Kakak?" tanya Aghna.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Tentu saja aku baik, memang kau pikir aku ini kenapa?"
"Aku melihatmu senyum-senyum sendiri, apa terjadi sesuatu padamu?"
"Oh, itu...
Aghna menceritakan tentang dosen baru di kelasnya. Dia sangat tampan dan masih muda, saat pertama melihatnya Aghna langsung menaruh hati padanya. Namanya Arash Yavuz, dia juga seorang dokter yang baru saja pindah dari Kanada.
Hari sudah mulai gelap. Amine baru saja tiba di rumah.
"Dimana Ishla?" tanya Amine pada pelayannya.
"Dia belum kembali, Nyonya."
"Apakah aku harus menyiapkan untuk makan malam, Nyonya?"
"Siapkan saja, Bi!" Tidak lama Ishla dan Arash datang.
"Kalian sudah kembali?" ucap Amine.
"Aku ke kamar dulu, Ibu."
"Biar ibu membantumu,"
"Tidak perlu, aku bisa sendiri."
Amine membawa Arash untuk bicara di ruangannya.
"Kemana saja Ishla pergi?" tanya Amine. Arash menceritakan semuanya. Terlihat jelas kebahagiaan di wajah Ishla setelah sekian lama dia koma. Amine berharap Arash adalah orang yang tepat untuk terus mendampingi Ishla.
Malam itu Aiyaz bersiap untuk pergi menemui Aiyla.
"Kau akan pergi kemana?" tanya Aghna yang sedang menonton televisi.
"Aku akan pergi menjemput Aiyla."
Aghna menutup mulutnya tidak percaya,
"Apa kalian akan berkencan?" tanya Aghna dengan nada meledek.
Malam ini adalah kepulangan Ethan dari Amerika. Dia adalah kakak Aiyla sekaligus cucu tertua keluarga Diaz. Aiyla ingin dia dan Aiyaz yang menjemputnya di bandara.
Makan malam telah siap, Amine membawa Ishla ke meja makan.
"Terimakasih, Ibu."
Ishla juga melihat Arash yang ikut makan bersamanya.
"Besok adalah hari pertamamu untuk melakukan terapi jalan," ucap Arash membuka pembicaraan.
"Ibu, bagaimana pekerjaan mu hari ini?" tanya Ishla sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Sangat baik."
Setelah selesai makan Arash berpamitan pulang, dia akan kembali besok pagi.
"Terima kasih, kau sudah menemaniku seharian ini, kau telah mengajakku makan siang dan membawaku untuk melihat kampus tempatmu mengajar, maaf sudah merepotkan mu, kau harus mendorong kursi rodaku kemanapun aku pergi."
"Tidak masalah, aku senang melakukannya untuk mu."
Amine membawa Ishla ke kamarnya. Dia membantu Ishla ke tempat tidurnya. Malam itu ada hal penting yang ingin Ishla bicarakan dengan Amine.
"Ibu..., Ishla ragu untuk mengatakannya.
"Kenapa sayang? Katakan saja! Ibu akan mendengarkan.
"Aku ingin kuliah kembali,"
"Kuliah?" Amine sedikit terkejut mendengar permintaan putrinya itu.
Ishla ingin kuliah kembali seperti dulu, dia ingin menjadi seorang arsitek seperti mimpinya saat kecil. Walau tiga tahun ingatan Ishla hilang dia akan memulainya dari nol. Keinginan untuk menjadi seorang arsitek tidak pernah pudar dalam diri Ishla. Ishla merasa bosan jika terus saja berdiam diri di rumah, dia ingin kuliah agar memiliki aktivitas lain. Demi kebahagian Ishla, Amine rela melakukan apa saja termasuk menguliahkan Ishla kembali.
"Universitas mana yang kau inginkan?" tanya Amine.
"Universitas yang sama dengan Arash, jadi Ibu tidak perlu lagi mengkhawatirkan ku."
"Baiklah, mulai besok kau akan pergi kuliah." Ishla sangat senang akhirnya dia bisa kembali kuliah, "Terimakasih banyak, Ibu. Aku sangat menyayangimu," Ishla memeluk Amine dengan erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Xyylva Xyylva
bagus thor novelnya...ceritanya menarik beda dari yg lain yg pernah saya baca
2022-07-08
0