Dua puluh lima tahun kemudian
"Ishla!" panggil Amine. "Ibu datang, sayang. Kau dimana?" Tidak ada sahutan dari dalam rumah.
Malam itu Amine baru tiba di rumah. Dia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air.
"Dimana putriku,?" tanya Amine pada Selma, salah satu pelayan yang ada di rumahnya. "Aku tidak melihatnya, dia selalu menungguku kembali dan memintaku untuk menemaninya tidur."
Selma hanya diam, dia merasa sangat sedih dengan apa yang terjadi pada Ishla.
"Sudahlah, kau tidak perlu menjawabnya. Aku akan pergi untuk mencarinya."
Amine berjalan menuju kamar Ishla, ketika dia membuka pintu kamarnya, sudah tercium aroma bunga lavender dari dalam. Seorang gadis cantik yang masih terbaring di tempat tidurnya. Dia tidak lain adalah Ishla. Dia mengalami koma selama tiga tahun karena sebuah kecelakaan. Amine menghampiri Ishla dan mencoba untuk membangunkannya.
"Bangunlah, putriku! Kau sudah tidur cukup lama, lihatlah! Ibu harus terus berada di rumah untuk menjagamu, dan kau masih saja tertidur seperti ini."
Amine tidak bisa lagi menahan air matanya. Amine mengingat kejadian tiga tahun yang lalu sebelum putrinya itu koma.
Siang itu, Ishla mendapat kabar bahwa Aiyaz, kekasihnya baru saja mengalami kecelakaan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Ishla yang saat itu sedang ada tugas akhir mata kuliah jurusan arsitektur harus dia tinggalkan.
Sesampainya disana, Ishla melihat keluarga Aiyaz yang sedang harap-harap cemas seperti dirinya. Ishla hanya bisa memantau dari jauh. Dia tahu keluarga angkat Aiyaz tidak menyukainya. Kecelakaan yang terjadi pada Aiyaz sangat serius sampai dokter harus segera melakukan operasi. Lebih dari delapan jam, operasi belum juga selesai. Dokter meminta salah satu keluarganya menemui dia di ruangannya.
"Apa kau ayah dari pasien?" tanya Dokter.
"Aku pamannya, kedua orang tuanya sudah meninggal. Ayahnya mempercayakan dia padaku," ucap Adlar.
"Baiklah, dengan sangat berat aku harus menyampaikan semua ini."
Aiyaz mengalami luka yang sangat parah di bagian kepalanya, operasi ini akan memakan waktu lama karena darah yang ada di kepalanya terus saja keluar sampai Aiyaz kehilangan banyak darah. Dia membutuhkan seorang donor darah dalam waktu empat sampai enam jam. Jika tidak, maka nyawanya tidak akan tertolong.
Seorang perawat datang memberitahu dokter bahwa keadaan Aiyaz semakin memburuk, detak jantungnya semakin menurun. Dokter segera memeriksa keadaan Aiyaz.
Adlar memberitahu keluarganya bahwa Aiyaz membutuhkan donor darah secepatnya.
"Apa golongan darahnya?" tanya Nillam, istri dari Adlar.
"Rh-negatif."
"Itu golongan darah yang langka, dimana kita bisa mendapatkannya?" tanya Azizah, ibu dari Adlar.
Ishla mendengar semua pembicaraan mereka. Golongan darah Aiyaz dan Ishla sama, untuk itu Ishla akan menjadi pendonor untuk Aiyaz.
Siang itu, Amine pergi ke kampus untuk menjemput Ishla. Sudah satu jam dia menunggu tapi, Ishla belum terlihat juga. Salah satu teman Ishla datang dan menghampiri Amine.
"Maaf, Bibi. Apa kau sedang mencari Ishla?"
"Kau melihatnya?"
"Sejak tadi Ishla pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Aiyaz. Tadi pagi dia mengalami kecelakaan saat akan ke kampus."
"Terimakasih," Amine segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Saat masuk Amine tidak sengaja bertabrakan dengan Ishla.
"Ibu, kau disini?" Ishla terkejut melihat keberadaan ibunya di rumah sakit.
"Untuk apa kau disini? Ayo pulanglah!"
Amine menarik tangan Ishla untu ikut pulang bersamanya.
"Tidak Ibu," ucap Ishla sambil melepas tangan ibunya. "Aku harus melakukan sesuatu, jika ibu ingin pulang, pulang saja lebih dulu!" Ishla pergi menemui perawat dan memintanya untuk segera mengambil darahnya untuk Aiyaz.
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Amine heran.
"Aku akan menceritakan semuanya nanti, sekarang keselamatan Aiyaz lebih penting." Amine tidak ingin lagi mendengar apapun dari putrinya, dia langsung membawa paksa Ishla keluar dari ruangan itu.
"Lepaskan tanganku, Ibu!"
"Lihat mata Ibu baik-baik! Sejak kapan kau berani melawan Ibu seperti ini?"
"Aiyaz sedang kritis Ibu, dia membutuhkan seorang donor darah dan kebetulan darahku dengan Aiyaz sama."
"Kau masih ingin menolongnya setelah apa yang dia lakukan padamu saat di pesta malam itu?" Amine mengingatkan Ishla tentang kejadian yang membuat dirinya dipermalukan di hadapan banyak orang.
Malam itu, Aiyaz membawa Ishla ke sebuah pesta besar milik keluarganya. Aiyaz berniat untuk memberitahu semua orang bahwa Ishla adalah kekasihnya. Tapi hal tak terduga menimpa Ishla. Tanpa sepengetahuan Aiyaz pesta itu sebenarnya dibuat untuk mengumumkan pertunangan Aiyaz dengan Aiyla, putri dari Adlar dan Nillam.
"Selamat malam semua. Terima kasih sudah hadir dalam pesta pertunangan Aiyaz Aksel Diaz dan Aiyla Shahinaz Diaz, untuk kedua pasangan kami persilahkan untuk maju ke depan!" ucap pembawa acara. Semua orang berguruh memberikan tepuk tangan. Ishla hanya diam mematung mendengar pengumuman itu.
"Apa kau mengajakku kesini untuk menyaksikan semua ini?" tanya Ishla.
"Aku benar-benar tidak tahu akan seperti ini jadinya," ucap Aiyaz.
Dengan penuh percaya diri Aiyaz menggengam tangan Ishla dan membawanya maju ke depan. Dia memperkenalkan Ishla pada semua orang sebagai kekasih juga calon istrinya. Aiyaz sudah mempunyai pilihan sendiri, dengan terang-terangan Aiyaz menolak pertunangannya dengan Aiyla.
"Waw... Aku ingin tahu apa yang sudah kau berikan pada Aiyaz sampai dia sangat tergila-gila padamu?" Nillam berdiri dari tempat duduknya dan maju ke depan. Dia menatap Ishla dengan tatapan jahat.
"Lihatlah! Apa yang kurang dari putriku, sampai kau berani menolaknya dan lebih memilih gadis tidak jelas asal usulnya ini."
Nillam mengungkit kebaikan keluarga Diaz dihadapan semua orang. Sepeningal kedua orangtuanya, Aiyaz dianggap sebagai anggota keluarga Diaz karena ayahnya dan Adlar adalah sahabat baik. Tapi semua tidak menyangka bahwa Aiyaz akan membalas budi dengan cara seperti ini.
"Hey kau!" ucap Nillam sambil menunjuk ke Ishla. "Aku banyak mendengar tentangmu di kampus, kau itu tidak jelas asal usulnya. Apa ibumu ini dulunya seorang wanita penghibur?" perkataan Nillam sangat melukai perasaan Ishla.
"Jangan membawa ibuku dalam masalah ini, jika kau ingin menghina ku di hadapan semua orang aku akan menerimanya, tapi jangan pernah kau menghina ibuku dengan omong kosong seperti itu," tegas Ishla pada Nillam.
"Lalu, dimana ayahmu?" tanya Nillam.
Ishla terdiam mendengar pertanyaan Nillam.
"Itu artinya, kau ini memang tidak jelas darimana asalnya."
"Sudah cukup! Aku tahu dimana posisiku, bukan karena kau keluarga Diaz, kau bisa seenaknya menghina dan mempermalukan ku dihadapan semua orang seperti ini."
"Benarkah? ucap Nilam sambil tersenyum licik. "Lalu, kenapa kau masih berdiri disini? Cepat pergi! Tempat ini tidak cocok untuk orang seperti mu," Ishla pergi dengan berderai air mata. Aiyaz mencoba mengejarnya, tapi Nilam menahannya. Semenjak saat itu, Amine tidak suka jika Ishla masih berhubungan dengan Aiyaz.
"Ibu harap kau tidak lupa dengan itu," ucap Amine.
"Apa yang terjadi di pesta itu sangat membekas dalam hatiku, bagaimana bisa aku lupa, Ibu?" Seorang perawat datang menemui Ishla.
"Bagaimana, Nona? Apa kau bersedia mendonorkan darahmu?" Perawat itu melihat jam yang ada di tangannya. "Waktu yang tersisa hanya tinggal satu jam lagi, jika tidak pasien akan kehilangan nyawanya."
"Aku akan segera kesana," ucap Ishla.
"Ibu, tolong izinkan aku untuk mendonorkan darah ku padanya, mungkin ini terakhir aku bisa melihatnya."
"Ibu tidak rela jika kau menolongnya,"
Ishla mencoba untuk meluluhkan hati ibunya.
"Kenapa kau ingin sekali menolongnya?" tanya Amine.
"Aku sangat mencintainya, Ibu. Aku ingin dia tetap hidup dan menggapai apa yang menjadi impiannya."
"Sebesar itukah perasaanmu padanya?" ucap Amine. "Untuk apa kau menolongnya? Jika dia selamat kau harus rela melihat dia dijodohkan dengan orang lain. Apa disitu ada kebahagian untukmu?"
"Ibu, terkadang setiap sesuatu yang kita cintai tidak harus kita miliki. Ada kalanya kita harus melepas sesuatu itu agar dia tetap hidup dan terjaga. Tentang siapa pemilik dari sesuatu itu, biarlah takdir yang akan menjawabnya. Jika dia hidup bukan untukku, itu tidak masalah. Tapi, setidaknya aku lah yang membuat dia masih hidup."
"Baiklah, Ibu akan mengizinkanmu, tapi dengan satu syarat!"
"Apa itu?"
"Setelah ini, kau tidak boleh lagi berhubungan dengannya!"
"Baiklah, ini terakhir kalinya aku bisa melihat dia. Jika suatu hari nanti takdir mempertemukan kita kembali, aku bukan lagi diriku, dia akan menjadi asing bagiku. Ketika aku tidak lagi bisa mengenalinya, namanya akan selalu ada dalam hatiku. Dia adalah satu-satunya cinta dalam hidupku."
"Kalau begitu, biarkan Ibu akan mengantarmu."
Setiap pertemuan dan perpisahan sudah menjadi sebuah takdir yang direncanakan. Jodoh ataupun bukan, itu tidak menjadi penghalang untuk siapapun mencintai seseorang. Semua yang terjadi akan berbekas dalam hati dan sampai kapanpun akan selalu diingat dan dikenang sampai mati.
Setelah selesai mendonorkan darahnya, Ishla meminta dokter untuk merahasiakan semua ini. Dokter segera melakukan operasi besar untuk menyelamatkan nyawa Aiyaz. Tidak lama akhirnya operasi pun selesai dan berjalan lancar. Semua senang mendengar kabar baik ini, perawat memindahkan Aiyaz ke kamar VIP. Adlar menemui dokter di ruangannya.
"Maaf Dok, bukankah kau bilang tidak ada stok darah untuk golongan darah langka seperti itu, tetapi bagaimana hanya dalam waktu kurang dari satu jam kau bisa mendapatkan donor darah untuk Aiyaz?"
"Dokter, tolong beritahu aku siapa orang yang sudah mendonorkan darahnya untuk Aiyaz, aku ingin menemuinya dan berterima kasih padanya."
Dokter sudah berjanji bahwa dia tidak akan memberitahu siapapun tentang pendonor darah itu.
"Kenapa kau diam saja?" Adlar menunggu dokter memberikan jawaban.
"Maaf, aku tidak bisa memberitahumu."
Satu Minggu Aiyaz di rumah sakit, keadaanya sudah semakin membaik. Dokter mengizinkan Aiyaz untuk pulang.
Ketika di kampus, Ishla sangat senang akhirnya Aiyaz sudah pulih kembali, namun wajahnya terlihat murung tidak seperti biasanya. Senyum yang selalu terukir di wajahnya, seakan sudah menghilang. Untuk saat ini Ishla harus bisa menjaga jarak dengan Aiyaz. Dia sudah berjanji untuk tidak menemuinya lagi.
Ketika Aiyaz sedang duduk, Aiyla datang menghampirinya.
"Aku mencarimu kemana-mana, ternyata kau disini."
"Kenapa wajahmu murung seperti itu? Lihatlah, aku sudah ada disini! Siapa lagi yang sedang kau tunggu, Hah?" Aiyla mencubit pipi Aiyaz.
"Ishla, aku sedang menunggu dia." Aiyla terdiam sejenak ketika Aiyaz mengatakan nama itu lagi.
"Saat kecelakaan itu, Ishla tidak pernah terlihat lagi sampai detik ini, dan kau masih ingin menunggunya? Saat kecelakaan itu, aku yang menemanimu, yang selalu ada di sampingmu, bahkan sampai saat ini. Aku mencoba untuk membuatmu nyaman saat ada bersamaku, tapi apa? Kau tidak menghargai keberadaan ku, kau tetap saja menanyakan dia, dan dia. Aku muak mendengarnya!" Aiyla mengatakan semua itu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Lihat aku! Kenapa kau masih berharap padanya, padahal ada aku yang sangat mencintaimu disini," Aiyaz segera memalingkan wajahnya.
"Aku sangat mencintaimu, apa kau tidak mengerti itu? Kau masih saja memikirkan dia tanpa kau tahu sikapmu itu sangat melukai perusaanaku. Biarkan saja dia pergi, aku disini untukmu, Aiyaz. Tolong hargai keberadaan ku dan jaga perasaanku!" Aiyla pergi meninggalkan Aiyaz.
"Aiyla, tunggu! Aiyaz berdiri dan langsung mengejarnya.
Melihat kedekatan Aiyaz dengan Aiyla, membuat hati Ishla sakit. Tapi apa daya, dia susah berjanji untuk tidak menemuinya kembali.
Hari itu adalah hari kelulusan Aiyaz dimana dia berhasil menjadi mahasiswa terbaik jurusan arsitektur tahun ini. Sebagai penghargaan untuk prestasi yang didapat Aiyaz, kampus menempatkan Aiyaz sebagai CEO di perusahaan arsitektur terbesar di Kanada. Semua impiannya akhirnya terlaksana, setelah kelulusan itu Aiyaz langsung pergi ke Kanada dan tinggal disana sampai saat ini. Mendengar penghargaan yang didapat Aiyaz, Ishla sangat bahagia.
Sore nanti adalah keberangkatan Aiyaz ke Kanada. Ishla akan mengantar kepergiaan Aiyaz dari jauh. Sesampainya di bandara, Ishla melihat Aiyla yang selalu ada didekat Aiyaz. Saat penerbangan tiba, satu persatu keluarga memeluk Aiyaz termasuk Aiyla. Dia akan sangat merindukan calon tunangannya itu. Ishla hanya bisa melihat Aiyaz dari jauh,
"Sampai jumpa, Aiyaz. Semoga kau bisa meraih impianmu itu," ucap Ishla sambil menghapus air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Rosdiana Diana
lanjuttt
2022-09-21
0