Sejak saat itu aku lebih sering sendiri, merasa kesepian karena tak ada seorang teman yang bisa aku ajak bicara dan bercerita dari hati ke hati, sebenarnya aku bisa saja kembali ke panti, akan tetapi aku lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah orang tua angkat ku, dengan tujuan mengejar mimpiku, dan juga mimpi orang tua angkat ku, yang selama ini telah sepenuh hati merawat ku.
“Papa, Mama! Velia berjanji akan sebisa mungkin meraih cita-cita Velia! Velia minta doa dari kalian untuk kelangsungan kehidupan Velia ke depannya?!” ucapku waktu itu ketika tengah berada di makam kedua orang tua angkat ku, yang sudah lebih dulu menghadap pada sang pencipta alam semesta.
Kedua orang tua angkat ku terbilang cukup kaya karena memang mereka pemilik salah satu perusahaan yang ada di kota yang kini aku tinggali. Tapi siapa sangka dengan kekayaan yang mereka miliki itu, ternyata mereka sama sekali tidak pernah di karunia seorang anak. Hingga pada akhirnya mereka mengadopsi diriku.
Setelah kepergiaan kedua orang tua angkatku, aku lebih sering diam dan murung. Sampai akhirnya aku melanjutkan pendidikanku di universitas yang cukup terkenal. Tentu saja aku juga menjadi seorang wanita karir yang harus meneruskan perusahaan peninggalan kedua orang tua angkat ku.
Tak ku sangka setelah memasuki Universitas ternama di kota, aku bertemu dengan seorang gadis yang juga sama usianya dengan aku, apalagi ternyata kita dalam satu kelas yang sama. Aku mulai bisa tersenyum kembali saat merasa mendapatkan teman baru. Ya, dia bernama Alana Pricilia, gadis yang masuk kuliah di universitas itu karena beasiswa. Tentunya kepintarannya tidak bisa di remehkan lagi.
“Hay, gue boleh duduk di sini nggak” kataku pada Alana sebelum mengenalnya dulu. Dia tipe gadis yang cuek, bahkan saat itu aku yang menyapanya hanya di jawab anggukan saja. Jujur itu sangat menjengkelkan bukan?
Tapi setelah beberapa kali aku mencoba untuk dekat dengannya, akhirnya dia mau menjadi temanku. Bukan hanya Alana saja, tapi ada seorang pria yang tiba-tiba ikut nimbrung pas kita lagi fokus membaca di perpustakaan, namanya Leonard.
Ku lihat pria itu yang tiba-tiba saja duduk di depanku dan Alana ketika sedang fokus membaca. Aku melihat pria itu yang menatapku dan juga menatap Alana secara bergantian, padahal kami tak mengenalnya sebelumnya.
“Siapa kamu? Kenapa tanpa rasa bersalah duduk di sini? Menganggu saja?!” kataku yang menegurnya dengan pelan Karen kalian tahu bukan kalau di perpustakaan tidak boleh berisik.
“Maaf aku tidak bermaksud untuk menganggu kalian! Aku hanya ingin berkenalan dengan kalian! Kenalkan namaku Leonard!! aku rasa aku bisa berteman dengan kalian?!” ucapnya sembari mengulurkan tangan tanda untuk berkenalan kepadaku dan juga Alana.
Aku diam sejenak lalu ku lihat Alana yang hanya melirikku dengan sekilas. Aku yakin kalau Alana tidak mungkin bisa mencairkan hati nya yang dingin. Aku masih ingat dengan jelas saat perkenalanku dengan Alana yang langsung berjalan dengan mulus. Bahkan aku harus mendekatinya dengan berbagai cara agar dia bisa aku dekati, karena jujur aku ingin sekali dekat dengannya dan menjadi teman baiknya.
Aku pun akhirnya memutuskan untuk menjabat tangannya dan memperkenalkan diri, Karena menurutku pria di depan ku ini tidak memiliki niat yang buruk terhadap ku dan juga Alana.
“Aku Velia, dan ini sahabat aku namanya Alana?!” ucapku memperkenalkan diriku dan juga mewakili Alana untuk berkenalan dengan Leonard.
“Senang bertemu dengan kalian, oh iya bagaimana kalau kita ke kantin biar aku mentraktir kalian?!” ucap Leonard yang membuatku mengernyit heran kala itu, pasalnya kita kan baru kenal beberapa menit yang lalu.
Aku mendengus dengan menaruh rasa curiga pada Leonard, “Apa kau berusaha untuk menyuap kami? Sepertinya kau memiliki tujuan lain selain hanya untuk berkenalan dengan kami” kataku sembari menatapnya dengan penuh selidik.
Kulihat Leonard menghela nafasnya dengan pelan, “Bisakah kalian percaya padaku? Aku hanya ingin menjalin pertemanan bersama dengan kalian saja! Sumpah aku tidak memiliki niat lain lagi selain itu sungguh?” kata Leonard, ku lihat matanya untuk mencari sebuah kebohongan dari apa yang dia ucapkan, namun nihil, aku tak menemukan kebohongan dari raut wajahnya.
“Bagaimana Alana?” tanyaku pada Alana, karena aku membutuhkan jawaban dari dirinya juga saat itu. Alana menghembuskan nafasnya lalu menutup buku yang dia baca. Karena memang sedari tadi saat aku berbicara dengan Leonard, dia tampaknya tak mendengarkan percakapan kami dan malah fokus pada buku yang di abaca.
Setelah itu kami pergi ke kantin kampus untuk makan di sana, seperti apa yang tadi di katakana oleh Leonard yang ingin mentraktir kami makan di kantin. Aku yang saat itu hendak memesan makanan tak sengaja menabrak salah satu kakak kelas yang lewat di depanku, aku menjatuhkan snack yang dia bawa, dan tampaknya snack itu belum di buka. Spontan saja aku langsung mengambilnya, “Maaf kak, aku tidak sengaja!” kataku yang menunduk lalu setelahnya mencoba mengambil snack milik kakak kelas itu. Akan tetapi sebelum aku meraihnya dengan tangan kananku. Aku merasakan tanganku di pegang oleh seseorang, hal itu membuatku langsung menoleh ke arah tanganku yang di cekal oleh orang itu.
Aku langsung melihat orang yang memegang tanganku saat itu, dan betapa terkejutnya aku ketika melihat siapa yang memegang tanganku itu, “Kau tidak perlu mengambilnya, biarkan saja! Aku akan membeli yang baru nanti!” katanya sembari tersenyum ke arahku. Ya , dia adalah kakak kelas yang sangat terkenal tampan di kampus. Hatiku sangat berdebar ketika melihat dia senyum ke arahku, aku takut kalau aku melakukan kesalahan terhadapnya.
Setelah kejadian itu aku balik lagi ke arah meja Alana dan Leonard berada. Aku datang kea rah mereka dengan wajah yang berbunga-bunga mengingat kejadian romantis tadi. Ya, bagiku itu sungguh romantis, meski hanya saling pandang dan melempar senyum saja. Hatiku rasanya telah meleleh, apalagi mengingat dia adalah pria tertampan di kampus dan menjadi incaran dari setiap wanita. Aku merasa mendapatkan keberuntungan saat itu.
“Kenapa kamu senyum-senyum begitu? Mana makanannya?” ujar Leonard yang langsung membuyarkan lamunanku. Aku sangat terkejut dan bahkan baru tersadar kalau aku lupa membeli makanan.
“Ahh,, itu tadi aku-!! Haish,kamu gimana sih? Kan kamu yang mau mentraktir kami, kenapa malah aku yang kau suruh membeli di kantin?” kilah ku karena hanya itu saja sebuah alasan yang terlintas dalam pikiranku saat itu juga.
Aku melihat Alana dan Leonard yang menatapku penuh dengan selidik. Akan tetapi aku mencoba menetralkan jantungku yang masih berdetak karena melihat kakak kelas tadi.
Leonard menghembuskan nafas dengan jengah, “Baiklah demi persahabatan aku akan membelikan kalian sendiri sekarang!!” Kata Leonard dengan beranjak berdiri dari duduknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Alex
lanjut
2022-05-30
2
cindy
next thor
2022-05-30
1