Hari ini tepat putrinya berusia sembilan bulan, namun dia sangat sedih karena tidak bisa bertemu dengan putrinya secara langsung. Dia harus ke luar negeri untuk mengurusi masalah perusahaan di Tokyo. Di rumah itu hanya tinggal Riska, mbok Darmi dan putrinya. Namun Mr. Finn sangat mempercayai kedua anak buahnya itu untuk menjaga putrinya. Karena Mr. Finn sejak awal sudah menyeleksi anak buahnya dengan sangat ketat.
Mr. Finn sangat sibuk disana dan tidak memperhatikan ponselnya. Hingga di saat waktu luang, dia mencoba memeriksa ponselnya. Dia melihat 20 panggilan tak terjawab dari Riska. Mr. Finn panik, dia sangat takut jika keadaan ada yang hal tidak baik tentang putrinya.
Dia mencoba untuk menelepon kembali ke nomor ponsel Riska. Namun setelah ditelepon hingga 10 kali, Riska sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Mr. Finn semakin panik, dia tidak mau ada sesuatu yang buruk dengan putrinya.
"Kamu dimana sih, Ris? ko teleponnya tidak diangkat." ucap Mr. Finn sambil terus menelepon Riska dengan gelisah.
Setelah sejam menelepon, akhirnya Riska mengangkat ponselnya.
Dia mengangkat teleponnya dan mengubahnya menjadi video call.
"Halo, Ris. Kenapa baru angkat teleponku?" ucap Mr. Finn marah.
"Maaf pak, tadi aku sedang menyuapi nona Falisha. Ponsel aku taruh di kamar." ucap Riska sedikit ketakutan.
"Kamu kenapa telepon aku sampai 20 kali? apa nona Falisha sakit?" ucap Mr. Finn sangat cemas.
"Aku ada sesuatu yang mau aku tunjukkan ke bapak. Sebentar aku taruh ponselnya dulu ya pak." ucap Riska dan langsung menaruh ponselnya dan meninggalkan bosnya.
"Ampun deh tuh anak. Kebiasaan aku belum selesai bicara, dia langsung pergi." ucap Mr. Finn bergumam dan hanya terus menunggu Riska kembali.
Setelah 15 menit, dia kembali dan mengambil ponselnya kembali. Awalnya Mr. Finn ingin memarahi sikap Riska yang sedikit kurang ajar itu, namun baru saja ingin membuka mulutnya, ternyata Riska sedang menggendong Falisha bersamanya.
"Kamu kenapa bawa nona Falisha, Ris? jangan-jangan kamu bangunin ya nona Falisha yang sedang tidur?" ucap Mr. Finn sedikit kesal.
"Ih, bapak. Aku tidak bangunin nona Falisha. Kan tadi nona Falisha lagi main sama mbok Darmi pak." ucap Riska manja sambil memperlihatkan wajah cemberutnya.
"Baiklah. Maafkan aku. Sekarang kamu kenapa menelepon aku sama puluhan kali?" ucap Mr. Finn mencoba bersikap tenang kembali.
"Aku mau kasih tahu sesuatu, tapi bapak jangan kaget ya. Janji bapak gak akan panik." ucap Riska semakin membuat penasaran.
"Iya, aku tidak akan panik. Sudah cepat katakan!" ucap Mr. Finn menekan kekesalannya.
"Janji ya pak. Bapak jangan lupa volume speaker ponselnya dibesarkan." ucap Riska tersenyum lebar.
"Iya, ini sudah dibesarkan. Cepat katakan!" ucap Mr. Finn berusaha tenang.
Riska tiba-tiba memfokuskan wajah Falisha di kamera. Mr. Finn bingung apa yang sebenarnya ingin dilakukan oleh anak buahnya ini. Dia hanya mengikuti permainan Riska dan fokus melihat ke kamera ponselnya.
"aya.. aya.." panggil Falisha dengan bibir mungilnya.
Mr. Finn sangat terkejut. Dia tak percaya dengan yang dilihat dan didengarnya.
"Sayang, bilang sekali lagi. Tadi kamu bilang apa, nak?" ucap Mr. Finn lembut kepada putrinya.
"aya.. aya.." panggil Falisha kencang sambil tersenyum lebar.
Air mata Mr. Finn terjatuh di pipinya saat mendengar panggilan itu. Dia masih tidak percaya.
"Riska.. Riska.. apa aku tidak salah mendengar? putri kecilku memanggilku ayah. Dia memanggilku ayah." ucap Mr. Finn bicara dengan semangat.
"Iya pak, tadi pagi dia memanggil ayah. Dia terus mengulanginya sejak pagi. Selamat ya pak, nona Falisha sudah bisa bicara. Kata pertamanya adalah ayah." ucap Riska lembut.
"Iya, terima kasih. Aku sangat senang, dia memanggilku ayah. Putriku sangat pintar." ucap Mr. Finn sangat terharu dan bahagia.
"Riska, jangan lupa kamu videokan saat dia mengeluarkan kata ayah. Aku ingin menyimpannya." ucap Mr. Finn penuh semangat.
Setelah perbincangan yang cukup lama dengan putrinya dan Riska, dia menutup teleponnya. Dia merasakan kegembiraan yang sangat luar biasa. Dia benar-benar bangga memiliki anak yang sangat cerdas dan cantik.
Dia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi notes. Sejak putrinya dilahirkan dia selalu mencatat tanggal momen perkembangan putrinya. Dia ingin suatu hari nanti, dia bisa mengenang setiap momen bahagia yang dirasakan oleh putrinya.
Dia sudah berpikir panjang, saat putrinya susah dewasa nanti, dia tidak ingin putrinya bersedih dan menyesal telah dilahirkan. Dia tidak ingin putrinya menyalahkan dirinya sendiri karena kematian ibunya. Sehingga dia berusaha untuk mencatat setiap momen bahagia dalam hidup putrinya, agar putrinya bisa berbahagia dan menghargai hidupnya.
"Sayang, anak kita sudah bisa bicara. Putri kecil kita sudah bisa memanggilku ayah. Dia memanggilku ayah." ucap Mr. Finn sambil memandangi foto istrinya.
"Kamu jangan sedih ya sayang, Aku pasti bisa mengajari untuk memanggilmu mama. Dia pasti bisa memanggilmu mama. Aku berjanji." ucap Mr. Finn tersenyum tipis sambil mengusap foto istrinya.
Dia membaringkan tubuhnya sambil memeluk foto istrinya. Dia memejamkan matanya dan akhirnya tertidur pulas. Malam itu dia bermimpi indah kembali, dia bertemu dengan istrinya. Dia melihat istri dan putrinya sedang bermain bersama dengan senyuman lebar. Mimpi itu sangat indah dan dia berharap tidak bangun dari mimpi itu.
Dret.. Dret.. Dret..
Sebuah bunyi getaran ponsel membangunkan dirinya. Dia melihat ke ponselnya dan terlihat alarm pengingat aktif. Dia mencoba menyadarkan dirinya dan bangun menuju ke kamar mandi. Pagi itu dia masih ada rapat dengan koleganya. Namun dia tidak sabar untuk kembali ke rumah dan bermain dengan putri kecilnya.
Jam di dinding kantor sudah menunjukkan pukul 1 siang. Mr. Finn bergegas membereskan semua barang-barangnya menuju ke bandara. Dia dengan penuh semangat ingin kembali ke rumahnya.
Kring.. Kring.. Kring..
Bunyi suara ponsel di dalam saku celananya.
"Halo, pak. Bapak dimana? kapan pulang?" ucap Riska panik.
"Aku sudah menuju bandara. Nanti jam 8 sampai di rumah. Ada apa?" tanya Mr. Finn pelan.
"Pak, ada tamu dari Surabaya. Katanya ini saudara dari pihak ibu, pak. Tapi sepertinya ini orang jahat pak. Aku gak suka pak. Bapak cepat pulang ya." ucap Riska panik dan takut.
"Ris, jangan berikan Falisha ke dia. Kamu harus selalu gendong putriku. Bilang sama dia aku akan sampai di rumah pukul 8. Apa kamu paham?" ucap Mr. Finn yang tiba-tiba panik.
"Baik pak." ucap Riska dan langsung menutup teleponnya.
"Sial, mau apa lagi dia?" ucap Mr. Finn kesal dan cemas sambil mengepalkan kedua tangannya.
Selama perjalanan hatinya gelisah, dia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk dengan putrinya. Dia harus cepat-cepat kembali ke rumahnya dan melindungi putri kecilnya.
...~Bersambung~...
...*****...
Kenangan terindah merupakan merupakan kenangan yang penuh dengan kebahagiaan.
(By:Fanisa/xiaochan520)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments