Setelah memakai bajunya, dia melangkahkan kakinya keluar. Ternyata suaminya baru pulang. Entah dari mana, Michelle malas untuk bertanya.
"Maaf, Aku telat!" ucap Nathan, padahal jelas-jelas Michelle tidak bertanya.
Nathan langsung masuk ke kamar. Tubuhnya begitu gerah dan lengket, dia pun langsung menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.
Sembari menunggu suaminya mandi, Michelle membuat makan malam untuk suaminya. Seperti biasa setelah memasak, dia menyajikannya di meja makan.
Karena semua makanan sudah terhidang di meja makan, dia pun memutuskan untuk memanggil sang suami. Dia masuk ke dalam biliknya, ternyata suaminya baru saja selesai mandi. Dia hanya melilitkan handuk sebatas pinggang, dengan dada sengaja ia biarkan terbuka, menampilkan perut kotak-kotak seperti roti Swiss sangat menggiurkan. Tanpa disengaja netranya melihat tanda kemerahan di sekujur tubuh sang suami.
"Kamu dari mana, Mas?" marah Michelle.
"Kerja," jawabnya singkat.
"Kerja? Kerja apa? Sampai-sampai seluruh tubuhmu memerah seperti itu!" kesal Michelle.
"Apa yang kau pikirkan benar. Pulang dari kantor, aku langsung menemui Dewi!" ucapnya tanpa merasa bersalah.
"Apakah kau sudah tidak memiliki malu, Mas? Apakah urat malumu sudah terputus? Aku masih hidup, Mas! Jika memang kau ingin berzina, ceraikan aku terlebih dahulu!" marah Michelle.
"Aku memang akan melakukannya, Michie. Aku hanya mencari waktu yang tepat untuk mengatakan kepada ayah dan ibu!"
"Kalau begitu berhentilah berbuat zina di atas ikatan suci kita! Karena aku masih menjadi istrimu dan status kita masih menikah! Tolong hargai aku sebagai istrimu, Mas! Hanya itu pintaku, Kenapa kau masih melakukan perbuatan terkutuk itu di belakang ku! Kau bisa melakukannya, jika kau sudah menceraikanku!" isak Michelle.
"Iya, hari ini juga. Aku akan mengatakan kepada ayah dan ibu!" ucap Nathan.
Setelah berpakaian, Nathan mengajak Michelle untuk menemui kedua orangtuanya yang masih di Rumah Sakit.
Di dalam mobil, mereka saling terdiam. Michelle benar-benar sangat marah dan jijik dengan kelakuan suaminya. Bahkan, saat Nathan hendak menggandeng tangannya. Michelle dengan kasar menepisnya.
"Assalamualaikum?" sapa Michelle.
"Walaikumsalam," jawab ayah dan ibu.
"Ayah? Ibu?" Michelle langsung mencium punggung tangan kedua mertuanya. Michelle sangat menghormati mereka, karena dia sudah menganggap kedua mertuanya seperti orang tuanya sendiri.
"Wah, putra dan menantu kita datang," senang ibu.
"Bagaimana kabar ayah?" tanya Nathan.
"Alhamdulillah, ayah sudah membaik," ujar ibu.
"Alhamdulilah,"ucap Michelle.
"Kata Dokter, besok ayah sudah diperbolehkan pulang!"
"Alhamdulillah!"
"Oya, ayah, ibu. Kedatangan Nathan kesini, ada sesuatu yang ingin Nathan sampaikan kepada kalian!" ucap Nathan.
"Ada apa? Apakah ada hal yang menggembirakan?" goda ayah, "Apakah Michie hamil?"
"Apa?" Nathan dan Michie saling berpandangan.
Tok ... Tok .... Tok
"Masuk!" seorang dokter masuk ke ruangan ayah, dan memberitahukan kepada keluarga bahwa sore ini ayah diperbolehkan pulang. Betapa senangnya semua orang.
"Tapi, ingat! Jaga kesehatan Pak Bara. Jauhkan dari berita-berita atau kabar yang membuatnya Anfal, Karena jika itu terjadi, jantungnya bisa sewaktu-waktu kambuh," ucap sang Dokter penuh penekanan.
Nathan nampak menghela nafasnya kasar. Dia tidak bisa mengatakan maksud dan tujuannya kepada ayah. Karena Nathan juga takut penyakit jantung ayahnya kambuh lagi.
Sore itu juga, mereka membawa pulang ayah ke rumah.
"Yah, Ayah harus banyak beristirahat. Nathan nggak mau ayah sakit lagi!" ucap Nathan kepada ayahnya.
"Iya, Nak. Ayah akan menjaga kesehatan. Tadi di Rumah Sakit, kamu mau mengatakan sesuatu. Apa yang ingin kau katakan?" tanya Ayah.
"Tidak ada, Yah," ucap Nathan.
"Ayah, ini aku bawakan obat. Ayah minum dulu ya?" ucap Michelle.
"Terima kasih, Nak," ujarnya.
"Ayah bahagia, bisa melihat kalian rukun. Padahal, dulu kalian menikah karena dijodohkan. Ayah harap, kalian akan seperti ini terus sampai kakek dan nenek," tutur Pak Bara kepada putra dan menantunya. Michelle hanya tersenyum simpul.
"Tapi, bagaimana kalau suatu saat kami mengalami masalah. Dan kami memilih untuk bercerai. Apakah ayah akan marah?" tanya Nathan.
"Masalah di dalam sebuah rumah tangga itu sudah biasa. Ada hal yang perlu kamu ingat, Nak. Kamu harus selalu mengingat, bahwa pernikahan terjadi karena sebuah takdir dan jodoh. Dan Alloh sudah menggariskannya di lauhul Mahfudz. Ayah percaya, bahwa menantu ayah adalah wanita yang sangat baik. Jika kalian sampai bercerai, berarti masalahnya ada di kamu, Nathan. Dan Ayah tidak akan memaafkan kamu jika sampai kamu menyakiti Michie," tutur Bara, "Jika, memang pernikahan kalian ada masalah, meminta lah petunjuk kepada-Nya. Dialah sang Maha memberi petunjuk,"
"Baiklah, Ayah,"
Lumayan lama mereka mengobrol, akhirnya Nathan dan Michelle memutuskan untuk pulang. Seperti biasa Michelle diam tidak bersuara. Di dalam mobil, pandangannya mengarah ke luar jendela, rasanya begitu malas memandang wajah suaminya.
"Aku belum bisa mengatakannya kepada ayah. Karena melihat kondisi ayah yang belum sehat betul. Setelah ayah sembuh aku akan mengatakannya," ucap Nathan membuka percakapan. Michelle menatap tajam ke arah suaminya.
"Kamu jangan egois, Mas. Jika kamu tidak mengatakan kepada ayah, lalu bagaimana nasib pernikahan kita? Aku tidak mau pernikahan suciku ternoda oleh perbuatan zinamu!"
"Lalu aku harus bagaimana?" kesal Nathan.
"Selama menjadi suamiku, Berhentilah berbuat zina! Setelah kamu menceraikanku secara sah, terserah apa yang akan kamu lakukan, aku tidak peduli. Namun, karena kau masih menjadi suamiku tolong hargai aku sebagai istri. Kamu bisa?"
"Baiklah. Tapi, jangan larang aku menemui Dewi!"
"Aku tidak akan melarang mu! Selama kau tidak melakukan perbuatan hina itu!" tegasnya, "Agar aku tahu kalau kau tidak melakukan perbuatan Zina, setiap kau bertemu Dewi, aku akan ikut! Bagaimana?"
Nathan nampak menghela nafasnya berat.
"Baiklah, aku setuju!"
"Sial, harusnya aku tidak menyetujuinya. Kenapa justru aku menyarankan hal tersebut?" batin Michelle.
Tidak terasa mobile yang mereka tumpangi sudah sampai di depan halaman rumah.
Michelle turun dari mobil, dia langsung menuju kamarnya. Namun yang berbeda, dia tidak ke kamar pribadinya dengan sang suami. Melainkan dia tidur dikamar tamu. Dia memindahkan semua barang-barangnya ke kamar tamu. Nathan tidak mempermasalahkan itu.
Michelle berdiri di depan cermin. Dia melihat pantulan dirinya di depan cermin. Dia sangat heran kenapa suaminya begitu berubah setelah melihat Dewi sepupunya. Ia akui bahwa sepupunya memang cantik, seksi dan memiliki tubuh yang bagus. Bahkan saat Dewi memakai pakaian yang sangat seksi, membuat para laki-laki tidak berhenti menatapnya.
Namun melihat dirinya di pantulan cermin dia juga tidak kalah cantiknya dengan Dewi.Tubuhnya juga lebih seksi dari Dewi. Namun bedanya, tubuhnya tertutup dengan pakaian muslim dan hijab. Tidak seperti Dewi, yang mengumbar setiap inci tubuhnya.
"Kata Mas Nathan aku membosankan. Apakah aku memang membosankan?" tanyanya pada dirinya sendiri.
to be continued.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Fang
terus
2022-08-15
1
Eka Widya
kamu gk membosankan tapi kamu istimewa mitchi
2022-08-06
1
Siti Zen
Gini amat si kalo udah gak kuat mundur alon alon Michelle..jangn mau di sakitin trus kamu juga berhak bahagia
2022-07-11
0