Beberapa saat kemudian, Aska berjalan mengikuti perempuan misterius itu. Mereka masuk lebih dalam ke hutan. Tiba-tiba, di tengah rimbunnya pepohonan, Aska melihat sebuah warung terbuka. Ia punya firasat buruk. Di warung itu, enam orang sedang makan, dan dari pancaran energinya, Aska merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Sesampainya di warung, perempuan misterius itu berhenti, lalu berbalik menghadap Aska. Wajahnya yang semula dingin kini dihiasi senyum tipis.
"Namaku Karni! Kalau kamu?" ucapnya, suaranya lembut.
"Saya Aska!" jawab Aska, sedikit gugup.
Senyum Nyi Karni merekah. Aska terkejut. Sosok yang tadinya membisu dan dingin, tiba-tiba menjadi begitu ramah.
"Silakan duduk dulu!" ajak Nyi Karni.
"Terima kasih, Nyi," balas Aska, membungkuk hormat.
Aska duduk, dan Nyi Karni menyodorkan sepiring makanan, lalu duduk di sebelahnya. Suasana canggung menyelimuti mereka.
"Nyai, maaf, saya mau tanya," ucap Aska perlahan. "Kenapa para penjual di pasar tadi menyerang saya? Padahal niat saya baik, membantu mengejar pencopet."
"Oh, itu para preman pasar," jawab Nyi Karni, memandang mata Aska lekat. "Biasanya, para pencopet bekerja sama dengan mereka."
"Pantas saja," gumam Aska sambil mengunyah makanannya.
"Kenapa Nyai ada di pasar dan membantu saya?" tanya Aska lagi.
"Kebetulan lagi berbelanja. Kamu terlihat seperti orang baik, jadi aku bantu," jawabnya, senyumnya semakin manis.
"Terima kasih sekali lagi, Nyi," ucap Aska.
"Sama-sama. Ngomong-ngomong, ada keperluan apa kamu di pasar itu?"
"Tidak ada apa-apa. Saya hanya pengembara yang kebetulan lewat," jawab Aska, berusaha menutupi tujuan aslinya.
Tiba-tiba, Nyi Karni mendekat, tubuhnya menempel pada Aska. Ia berbisik pelan di telinga Aska, "Kamu benar-benar sempurna."
"Pendekar muda... kamu hanya milikku," bisiknya lagi, suaranya menghipnotis. Ia menjulurkan lidahnya, menyentuh pipi Aska.
Mata Aska mulai kehilangan cahayanya. Jantungnya berdetak lambat, tubuhnya mematung. Namun, di dalam benaknya, ia teringat pesan Mang Asep:
"...Berhati-hatilah saat bertemu siluman ular. Godaan dan hasutannya berbahaya dan juga licik. Jika kamu mulai tergoda, kamu akan terhipnotis, pendengaran dan detak jantungmu akan melemah. Cara mengatasinya mudah sekaligus sulit. Pertama, fokuskan pendengaranmu ke jantung. Kemudian, bernapaslah dengan cepat. Terakhir, alirkan tenaga dalam ke jantungmu untuk mempercepat detaknya..."
Aska segera mempraktikkan pelajaran itu. Ia fokus, menarik napas dalam, dan mengalirkan tenaga dalamnya ke jantung. Detak jantungnya kembali normal, kesadarannya pulih.
Ia segera mendorong Nyi Karni hingga terjatuh. Aska bangkit, mundur beberapa langkah dari warung. Nafasnya terengah-engah.
"Sial... Mentalku masih lemah," batin Aska. "Hanya karena dibantu dan merasakan kebaikan sesaat dari siluman ini, aku hampir terjerumus. Pantas saja ada yang janggal. Seharusnya dari tadi aku sudah kabur!"
Setelah Aska mendorong Nyi Karni, keenam pengunjung warung itu berdiri. Mata mereka menyala, tatapan khas siluman ular. Aska kini tersudut, dikelilingi oleh para siluman.
Nyi Karni bangkit, tertawa cekikikan. "Hahahehehe... Pendekar muda yang mengesankan. Benar-benar mangsa yang spesial," ucapnya. "Serang!"
Salah satu anak buah Nyi Karni menyerang. Aska menghindar, lalu menahan tendangan lututnya. Siluman itu menyambung dengan pukulan siku. Aska berhasil menangkis setiap serangannya, namun ia kewalahan. Ketika ia menghindari pukulan siku, siluman lain melancarkan tendangan keras, membuatnya terpental menembus dinding bambu warung.
"Ukh..." Aska meringis kesakitan.
"Hihihi... Menyerahlah. Jangan membuang-buang tenagamu," ucap Nyi Karni. "Sayang sekali kalau wajah dan tubuh elokmu rusak."
"Sial... Situasinya tidak menguntungkan," batin Aska. "Hanya ada satu cara!"
"Hiah... heuah... tsaaah...," Aska melancarkan gerakan aneh yang belum pernah diajarkan Mang Asep.
Para siluman anak buah Nyi Karni bersiap, memasang kuda-kuda. "Jurus apa itu?" batin Nyi Karni, bingung.
"Kabuuurrr..." teriak Aska, lalu lari secepat kilat.
Nyi Karni hanya melongo. Ia tak menyangka Aska akan kabur dengan jurus anehnya. "Hihihihi... Sungguh pendekar muda yang lucu," ucapnya tenang. "Anak-anakku... kejar!"
Para siluman itu segera mencabut senjata tajam mereka dan mengejar Aska. Aska berlari terbirit-birit, berteriak, "Aaaaa... Tolong silumaaan!"
Dengan cepat, para siluman itu sudah berada di belakangnya. Aska menoleh ke belakang. "Sialan... kenapa mereka mengejar?!" gerutunya. "Senjata mereka besar sekali!"
"Aaaaa... Tolong, Mang! Saya kurus, tidak ada dagingnya!" teriaknya lagi, putus asa.
Sudah cukup lama Aska berlari, namun ia belum juga keluar dari hutan. Hingga sampai di hutan pohon sengon, ia melihat dua orang laki-laki berjalan searah dengannya.
Teriakan Aska yang putus asa menggema di antara pepohonan jeungjing yang menjulang tinggi. "Woy! Lari, woy, lari!"
Ia melihat dua sosok pria berjalan santai di depannya. Mereka menoleh, wajahnya penuh kebingungan, seolah tak mengerti teriakan Aska. Tanpa peduli, Aska berlari melewati mereka. Namun, rasa tanggung jawab sebagai seorang pendekar membuatnya berhenti. "Cepat lari! Ada siluman!"
Kedua pria itu terdiam, mata mereka membelalak ngeri saat melihat enam sosok dengan gerak-gerik aneh berlari kencang di belakang Aska. Keenamnya membawa senjata tajam yang ukurannya terlalu besar untuk manusia normal. Para siluman ular itu mengejar dengan kecepatan penuh, wajah mereka dipenuhi amarah.
Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Saat para siluman itu hanya berjarak beberapa meter dari kedua pria tersebut, mereka tiba-tiba tersandung dan jatuh tersungkur. "Gubrakkk!" Suara jatuh mereka terdengar serempak. Mereka bangkit, berusaha berdiri, namun saat melangkah, mereka kembali tersungkur untuk kedua kalinya, tepat di hadapan kedua pria itu. Aska hanya bisa melongo, takjub dengan pemandangan di depannya. Enam siluman yang ganas, kini tergeletak tak berdaya, seolah-olah ada kekuatan tak kasat mata yang menjegal mereka.
Namun, keterkejutan itu tak berlangsung lama. Kedua pria yang semula diam mematung, tiba-tiba berteriak histeris. "Wuaaaa... Silumaaan!" Mereka langsung berlari kencang, melewati Aska yang masih terpaku di tempatnya.
"Apa-apaan barusan?!" teriak Aska, kesal. Ia menyangka kedua pria itu akan membantunya melawan para siluman, tapi ternyata mereka sama takutnya. Saking takutnya, mereka sampai tidak bisa bergerak. Aska kembali berlari, mengejar kedua pria itu, meninggalkan para siluman ular yang kini sudah bangkit dengan wajah merah padam, penuh amarah dan rasa malu.
Para siluman ular bangkit dengan amarah yang memuncak. Hina dan malu karena terjatuh dua kali, mereka tak lagi menahan wujud aslinya. Tubuh mereka menggeliat, berubah menjadi ular-ular raksasa. Kulit mereka bersisik, mata mereka menyala, dan tubuh mereka membesar seukuran batang pohon jeungjing. Saking besarnya, suara pergerakan mereka menciptakan gemuruh kecil, merobohkan dahan-dahan pohon yang menghalangi jalan.
"Wuaaaaaaa!" teriak Arya dan Janu, lari terbirit-birit.
Aska menoleh ke belakang, matanya membelalak kaget. Ia tak menyangka para siluman itu akan berubah wujud menjadi sebesar ini. Ia terus berlari, mengarahkan kedua pria itu. Namun, kecepatan para siluman itu luar biasa. Mereka merayap di tanah dengan cepat, seolah-olah seluruh hutan adalah milik mereka.
"Sial! Kenapa mereka jadi sebesar itu?!" batin Aska, panik. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari, mencoba mencari celah untuk kabur. Namun, di setiap arah, ia hanya melihat pohon jeungjing yang rapat dan rimbun, tanpa jalan keluar.
"Kita harus memisahkan diri!" teriak Aska kepada Arya dan Janu.
Namun, kedua pria itu sudah terlalu takut. Mereka hanya bisa berlari ke arah yang sama, tak peduli pada apa pun. Aska pun tak punya pilihan selain mengikuti mereka, berharap bisa menemukan jalan keluar.
Beberapa menit berlalu, keringat membanjiri tubuh Aska. Napasnya terengah-engah, namun ia terus berlari. Di depannya, Arya dan Janu juga kelelahan. Mereka tidak bisa lagi lari secepat sebelumnya.
"Kita tidak akan bisa lari terus!" teriak Aska. "Kita harus melawan!"
"Melawan apa?! Mereka monster!" balas Arya, suaranya gemetar.
Ular-ular raksasa itu semakin mendekat. Tiga ekor ular melingkari mereka, memutus jalan kabur. Tiga ekor lainnya berada di depan, memblokir jalan. Aska dan kedua temannya kini benar-benar terperangkap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
intan
good
2020-06-29
1
¥¥ Devdan ¥¥
Keren jugs
2020-06-18
1
.
semangat terusss
2020-06-08
1