Setelah Arka selesai mandi, mereka berdua segera keluar dari Kamar Mandi, Viola membantu Arka untuk memilih baju yang akan Arka pakai nanti.
"Apakah Tuan Muda mau memakai pakaian santai dulu atau memakai set langsung untuk nanti?"
Arka melihat jam tangannya, sudah jam enam.
"Seharusnya masih satu jam lagi, aku akan memakai bajunya dulu, Jasnya bisa nanti,"
"Baik."
Viola lalu mengambil set pakaian untuk Arka, mengambil kemeja untuk dipakai Arka, membantunya mengancingkan kemeja itu.
Ekpersi Viola masih seperti biasanya, hanya Arka yang meresap jarak mereka terlalu dekat dan merasa malu sendiri.
Mencoba dengan susah payah mengendalikan dirinya.
Tidak lama, Viola selesai dia lalu mengabil pengering rambut untuk mengeringkan rambut Arka yang agak basah itu.
Arka menikmati perlakuan ini dengan santai karena memang Viola terkadang akan melayaninya seperti ini.
Ketika duduk di Sofa kamar, Arka sekarang baru menyadarinya.
Melihat dekoratif di kamar....
Ini...
Lalu melihat kearah tempat tidur yang tidak diperhatikannya dari tadi.
Kamar ini sudah di rancang sebagai kamar pengantin baru, dan tentu saja di tempat tidur ada bunga mau berbentuk love disana yang ditata dengan indah.
Melihat nanti malam adalah 'Malam Pertama' mereka, wajah Arka sekali lagi memerah.
"Tuan Muda, apa yang ada pikirkan?"
"Ah... Di tempat tidur itu...."
Viola lalu menatap kearah tempat tidur.
"Nanti akan saya bereskan, bunga-bunga itu cukup menaggu bukan?"
"Bukan. Bukan seperti itu, Ah kamu tidak mengerti."
"Sebelumnya sebenarnya ada hal seperti itu juga di kamar mandi,"
"Lalu kamu apakan itu?"
Viola menjawab dengan datar,
"Tentu saja di buang, apa lagi?"
Raut wajah Arka menjukan kekecewaan.
"Viola!! Kamu tidak mengerti!!"
"Ada apa memangnya?"
"Sudah lupakan saja, hpmh." Kata Arka dengan kesal.
Waktu berjalan dengan cepat, hingga hampir saatnya untuk makan malam.
Arka lalu teringat sesuatu, menatap kearah Viola.
"Viola, kamu... Kamu memakai baju seperti ini?"
Viola sekarang baru ingat kalau dirinya masih memakai baju casual bisa, set kemeja dan celana yang dirinya biasa pakai saat melayani Arka.
"Benar juga, sebaiknya aku berganti baju,"
"Tunggu dulu, aku memiliki sesuatu untukmu,"
Arka membuka laci di mejanya, disana ada sebuah kotak, lalu mengeluarkannya, menyerahkannya pada Viola.
"Tuan Muda ini..."
"Bukalah,"
Didalamnya ada satu set Gaun yang cukup indah dan mewah.
Gaun itu memiliki lengan sampai siku, dan rok cukup pendek sampai lutut, juga ada set sepatu, dan aksesoris rambut yang serasi dengan gaun itu.
Lalu Arka mengambil satu kotak lagi, kotak cukup kecil didalamnya ada perhiasan yang terlihat cukup mewah.
"Tuan Muda itu...."
"Pokoknya pakai saja gaun itu, dan perhiasan ini aku akan membantumu untuk memakainya."
"Aku merasa tidak akan cocok memakai pakaian seperti ini."
"Sudahlah, ini permintaan Tuan Muda mu? Oke? Lagipula sebagai Istriku sekarang, apalagi menghadapi Keluarga Besar, kita tidak bisa membuat malu diri kita sendiri,"
"Baiklah aku akan memakainya. Namun kalung itu... Sebaiknya saya memakai set perhiasan saat Pernikahan tadi saja,"
Arka mengambil kalung liontin dengan tatanan batu Ruby merah dan permata yang indah disana.
"Tidak kamu harus memakai ini."
"Tapi bukankah itu Perhiasan milik Almarhum Ibunda Tuan Muda? Ini hal-hal berharga peninggalan beliau,"
"Tentu saja ini berharga, kamu sekarang adalah Istriku, kamu bisa memakai semua perhiasan peninggalan Ibuku, lagipula itu tidak dipakai, seolah aku bisa memakainya."
"Tapi Tuan Muda itu...."
"Sudah pokoknya pakai saja, Ibuku juga pasti akan senang disana jika peninggalannya di pakai oleh menantunya,"
"Tapi aku hanya Istri Kontrak Tuan Muda,"
"Apapun itu kamu tetap Istriku!! Pokoknya pakai saja!"
####
Setelah selesai berganti baju Viola dan Arka lalu menuju ke Ruang Makan Keluarga.
Desain Rumah Keluarga William cukup besar, seperti Desain Istana-istana kerajaan jaman Eropa kuno, ini juga terdiri dari bangunan-bangunan terpisah, yang juga di tinggali oleh masing-masing Keluarga, seperti Paman atau Tante Arka.
Bangunan Ruangan Kamar Arka terletak di bangunan Utama, ini membuat cukup mudah bagi Arka ke ruang makan utama.
Arka memang memiliki posisi cukup spesial dalam Keluarga ini, dia adalah Kesayangan Kakek dan Neneknya, karena Ibunya meninggal lebih awal.
Itu juga yang membuat orang-orang lain iri padanya, karena dalam Keluarga William, Prestasi adalah segalanya agar namanya di akui dalam Keluarga ini.
Jika tidak memiliki prestasi dan reputasi, seseorang tidak akan di anggap di Keluarga ini, Kakek dan Nenek Arka cukup ketat soal hal-hal ini, namun Arka adalah pengecualian.
Walaupun dia tidak memiliki prestasi apapun, dia tetap mendapatkan perlakuan spesial.
Namun belakangan terdengar kabar Kakek Arka sangat tidak puas dengan Arka, karena semakin kesini selain prestasi Akademiknya buruk, dia juga tidak pandai apapun. Cukup menyesal bagaimana sejak kecil memajakan Arka.
Melihat Arka sepertinya kehilangan dukungan dari Kakeknya, ini merupakan kesempatan bagus bagi semua orang untuk menjatuhkannya.
Dalam perebutan kekuasaan di Keluarga William, Arka yang tidak bisa apa-apa dan selalu di dukung Kakek dan Neneknya itu menjadi batu sandungan untuk semua orang.
Beberapa orang khawatir, walaupun Tuan Muda ini tidak bisa apa-apa dia akan tetap menjadi Pewaris Perusahaan William Group, berkat Kakek dan Neneknya yang merupakan pemegang kendali utama Perusahaan sangat menyayanginya.
Ketika sampai di koridor utama, Arka dan Viola bertemu sosok-sosok yang familier, itu adalah Andreas William, Ayah Kandung Arka, dan Laura William, Ibu Tiri Arka.
Walaupun sosok-sosok itu familiar, Arka tidak berniat untuk menyapanya.
Namun begitu Arka lewat, suara kritikan dari Ibu Tiri Arka keluar.
"Lihat itu, sayang, Putramu itu semakin kesini semakin tidak sopan bukan? Dia tidak tahu bagaimana menghormati yang lebih tua, hah apa ini pengaruh dari Pelayannya itu? Sungguh, dia itu sangat berani untuk menikahi seorang Pelayan Jelek, benar-benar membuat malu Keluarga bukan?" Kata Laura dengan nada arogannya.
"Aku juga tidak mengerti seleranya itu, kenapa dia menikahi Pelayannya sendiri, apalagi dengan wajah Pelayannya seperti itu, benar-benar membuat malu Keluarga," kata Andreas dengan nada dingin.
Arka yang awalnya hanya ingin segera lewat, lalu berbalik dengan marah.
"Kalian jangan bicara sembarangan! Soal dengan siapa aku menikah, itu tidak ada hubungan dengan kalian, urusi saja urusan kalian sendiri," kata Arka dengan nada dingin.
"Arka! Kamu ini semakin tidak sopan pada kami, bagaimanapun Kami masih orang tuamu! Dan lihat, Pelayan ini juga menjadi tidak sopan sekarang, dan tidak menyapa kami? Astaga, lihat pakaian yang dia pakai sekarang... Sungguh sangat tidak cocok, dia lebih cocok memakai pakaian Pelayan," kata Laura dengan nada penuh hinaan.
Arka menjadi semakin geram dengan kata-kata Ibu tirinya itu.
"Nyonya Laura, lihat siapa yang kamu ajak bicara sekarang, Viola sekarang adalah Istriku, bukan lagi pelayan, Jaga bicara mu, mumpung aku masih bisa bersikap sopan,"
"Sayang, lihat anak ini!? Dia bilang dia bersikap sopan? Dia bahkan tidak menghargai kita."
Anderas juga menjadi emosi melihat kelakuan Putranya itu.
"Arka mana sopan santun mu!"
"Lihat, juga sayang, Pelayan ini sekarang berani memakai Perhiasan Mendiang Istrimu, ya ampun ya ampun, dia benar-benar terlihat sangat matre sekali, bagaimana Arka bisa menikahi wanita seperti ini? Pasti sudah sejak lama Pelayan ini mengincarnya,"
Tentu saja Laura tahu Kalung Ruby merah ini, ini adalah sebuah Kalung warisan Keluarga William, yang merupakan simbol dari Keluarga William, dikatakan Kalung ini hanya di berikan pada Menantu Perempuan kesayangan dalam Keluarga secara turun temurun, sebelumnya Kalung ini di berikan oleh Nenek Arka pada Menantu Kesayangannya, yaitu Ibu Kandung Arka.
Kalung yang merupakan simbol dari Nyoya Keluarga William yang terhormat. Sudah sejak lama dirinya mengiginkan kalung ini, namun bahkan setelah dirinya menikah bertahun-tahun dengan Andreas William, dirinya tidak pernah diberikan kalung itu, ataupun diijinkan memakainya, itu hanya di pajang di ruang perhiasan Keluarga William selama bertahun-tahun.
Bagaimana sekarang Menantu murah yang baru saja dinikahi Putra tirinya ini mendapatkan kalung wasiat itu?
Hanya rasa kekesalan yang tersisa.
Arka malah tertawa mendengar kata-kata Ibu Tirinya itu.
"Kalung ini? Ini jelas pemberian Nenek pada Ibu kandungku, itu adalah milik Ibuku. Dan Nenek sendiri yang bilang, karena Ibuku sudah meninggal, Kalung itu pasti akan di wariskan pada Menantunya kelak, dan tentu saja Aku adalah Putra Ibuku satu-satunya, dan saat ini Viola adalah Istriku, siapa lagi yang lebih berhak memakainya dari pada Istriku? Ah, jangan bilang, Nyonya Laura mengiginkannya? Hah? Jangan bermimpi memiliki barang-barang Ibuku," kata Arka dengan nada arogannya itu, membuat Lauda menjadi semakin marah.
"Arka!! Kamu ini hanya menikahi seorang Pelayan Jelek namun kamu menjadi begitu sombong? Apa yang baik dari Pelayan ini hah? Apakah matamu buta? Dia hanya wanita murahan, dan tidak layak memakai Kalung berharga dari Keluarga William,"
Arka sekali lagi tertawa mendengar hal itu dari mulut Ibu Tirinya itu.
"Astaga, Nonya Laura, sekarang anda berani menghina Istriku? Apakah anda tidak berkaca? Dari mana asal Anda sebelumnya? Anda tidak ingat bagaimana anda mengoda Ayahku di tempat tidur agar dia menikahimu setelah Ibuku meninggal?"
"Arka jangan bicara langcang seperti itu pada Ibumu!"
"Ahahahaha.... Sungguh Lucu sekali Ayah tidak maksudku Tuan Andreas, aku hanya mengatakan yang sebenarnya bukan? Itu tidak salah bagaimana wanita ini merayumu di tempat tidur!! Ini adalah fakta yang diketahui oleh semua orang, jika dari awal dia adalah Selingkuhanmu! Seorang wanita murahan yang mengodamu!!"
Begitu emosi dengan ucapan Putranya, Andreas memukul wajah Arka sampai lebam.
"Ayah!! Kamu berani memukulku karena Wanita murahan ini??"
"Arka kamu jangan sembarang!!"
"Istrimu dulu itu yang berani menghina Istriku! Disini tidak ada yang berani mengatakan hal yang tidak-tidak soal Viola!"
Udara disana menjadi semakin panas, karena baik Arka atau Ayahnya telihat emosi.
Di tengah keadaan panas ini, ternyata ada orang lain yang melihatnya, melihat Ayah dan Anak ini bertengkar tiba-tiba membuat dua orang yang menonton itu menjadi begitu bersemangat.
Sebuah tawa muncul, disana membuat Arka dan Anderas memalingkan wajahnya pada suara itu,
"Lihat itu sayang, Ayah dan Anak itu, sebenarnya memiliki selera rendahan yang sama, yang sama-sama menyukai wanita kelas bawah, Sang Ayah menikahi Sekertarisnya sendangkan Sang Anak menikahi, seorang Pelayan." Itu adalah suara seorang wanita yang merupakan Tante Arka, bernama Aurora.
"Kamu benar sayang, aku tidak mengerti bagaimana Kakakku bisa memiliki selera rendahan ini, dan lagi selera rendahan ini menurun pada Putranya, sungguh tidak Ayah atau Anak, sama-sama memiliki selera rendahan yang hanya membuat malu Keluarga William, namun sekarang mereka berdua malah berdebat mana yang lebih unggul? Astaga, Astaga benar-benar Ayah dan Anak tidak tahu malu." Kata Paman Arka, yang juga merupakan adik Anderas bernama Lucas William.
"Benar, sekali. Mereka seperti itu bagaimana mereka tidak merusak garis keturunan Keluarga William yang terhormat ini? Sungguh ironis." Kata Aurora lagi.
"Aku segungguhnya cukup malu memiliki Kakak seperti ini,"
Tentu saja mendegar kata-kata pedas dari mereka berdua membuat Ayah dan Anak itu menjadi begitu emosi.
"Lucas!! Kamu berani seperti itu pada Kakakmu??"
"Paman Lucas dan Tante Aurora jangan bicara sembarangan soal Aku!!"
Viola melihat suasana sepertinya bisa menjadi diluar kendali, segera mencoba menengangkan mereka, dia angkat bicara.
"Tuan dan Nyonya, sebentar lagi Penjamuan akan dimulai, jika kalian terus di sini, apakah ini Tidak akan menyinggung perasaan Tuan Besar? Dia sudah menunggu di Ruang Makan,"
Tentu saja mereka tahu siapa yang di maksud Viola dengan Tuan Besar, ini adalah Kakek Arka, Abraham William, Kepala Keluarga William saat ini.
Orang-orang disana yang awalnya tegangan itu, akhirnya sadar akan hal-hal yang menunggu mereka kenapa mereka kesini.
Mencoba meredakan emosinya, Ayah Arka dan Ibu Tiri Arka segera berjalan pergi dulu memuji ruang makan tidak jauh dari sana, disusul oleh Paman dan Tante Arka.
Meninggalkan Arka disana dengan Viola.
Arka menghela nafas panjang, terlihat lelah,
"Itulah kenapa aku sangat benci Pertemuan Keluarga,"
"Tuan Muda harus bersabar,"
"Owh iya, aku ingat sesuatu kamu seharusnya tidak lagi memangil mereka dengan sebutan Tuan dan Nyonya, sekarang kamu adalah Istriku, panggil saja mereka Paman dan Tante, dan soal Ayahku.... Kamu bisa memanggilnya apa saja, dan soal Ibu Tiriku, panggil saja dia sama seperti aku memanggilnya,"
"Aku rasa aku akan memikirkannya nanti, lagipula aku tidak memiliki begitu banyak keberanian seperti Tuan Muda yang paling bisa menyinggung semua orang,"
Arka hanya bisa pasrah mendegar keluhan dari Istrinya itu.
Ini baru permulaan, mungkin dimasa depan akan ada hal-hal yang lebih merepotkan.
Namun bagaimana jika Viola sampai tertindas sekarang?
Tidak, jangan sebut dirinya Tuan Muda Arka jika tidak bisa melindungi Istrinya sendiri.
'Lihat saja, akan ada waktunya mereka tahu kehebatan Tuan Muda ini, hingga tidak ada yang berani menentangku seperti ini lagi, hpmh,' pikir Arka.
Ya, sekarang dirinya sudah menikah, tidak bisa lagi bersikap seperti sebelumnya, atau Viola juga akan dalam bahaya.
Ya, dirinya berniat untuk berubah agar bisa melindungi Viola.
#####
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Umi Ningsih Mujung
😘😘😘
2022-07-07
0
Siti Mariam
semangat tuan muda Arka....
2022-06-07
2