Episode 2: Pelayan Perfeksionis

Begitu percakapan singkat dengan Viola selesai, Arka membantu Viola untuk memasang penutup wajahnya kembali.

Ketika membantu Viola, Arka melihat lebih dekat ke luka bakar di wajah Viola, sepintas Arka menyentuh luka di wajah itu.

Perasaan rumit muncul di hati Arka.

"Jangan di sentuh, aku takut lukaku akan mengotori tangan Tuan Muda,"

Mendengar perkataan Viola, Arka menyentuh wajah Viola lebih banyak.

"Apa yang kamu katakan? Ini bukan apa-apa, aku pikir luka diwajahku tidak seburuk itu... Atau kalaupun itu seburuk itu... Itu semua adalah salahku.... Kamu menjadi seperti ini karena kesalahanku."

"Ini bukan salah Tuan Muda, ini salahku sendiri karena begitu ceroboh."

Arka mencoba tersenyum, sambil menatap wajah Viola.

Tetap terus menyentuh luka bakar di wajah Viola.

Luka ini adalah Luka yang tidak akan pernah Arka lupakan.

Viola ini selalu menjadi seorang pelayan pribadi yang begitu sempurna dimasa lalu.

Arka masih ingat, ketika Viola datang menjadi pelayannya sepuluh tahun lalu.

Awalnya Arka tidak menyukai pelayannya itu, karena dia adalah seorang gadis tanpa ekpersi yang tidak asik diajak bermain, dan begitu ketat soal peraturan, belum lagi dia selalu cerewet padanya.

Ada beberapa kejadian yang membuat Arka mulai sedikit demi sedikit menerima Viola.

Itu awalnya disalah satu pesta Keluarga William, Arka yang memang tidak begitu akrab dengan sepupunya yang lain duduk sendirian di taman rumah sendirian sambil memainkan mobil-mobilan yang sudah cukup tua.

Dia segaja melarikan diri dari Pesta karena bosan, dia juga melarikan diri dari Viola yang selalu mengikutinya kala itu.

Arka asik bermain sendiri kala itu, sampai tiba-tiba rombongan beberapa anak kecil datang menghampirinya.

"Owh? Lihat ini? Bukankah ini Sepupuku Arka? Wow kamu bermain mobil-mobilan tua yang jelek?"

Seorang anak laki-laki yang sepertinya pemimpin rombongan itu menghampiri Arka dengan sombongnya.

"Ini bagus! Tidak jelek!" Kata Arka dengan kesal.

"Cih kamu selalu begitu sombong, padahal aku dengar kamu mendapatkan nilai merah dan berada di rangking terkahir di Ujian kenaikan kelas, itu pasti otakmu rusak karena bermain mobil-mobilan jelek ini! Benar tidak teman-teman?"

Anak-anak yang lain juga mengerumuni Arka lalu tertawa mendengar kata-kata itu.

"Ahahahaha... Itu benar mungkin otaknya telah rusak gara-gara kebanyakan bermain mainan jelek,"

"Memang, sepupuku ini sangat bodoh dan hanya bisa membuat malu Keluarga saja,"

"Diam kamu Robert!" Kata Arka kecil dengan marah.

"Ah ya ampun, lihat ini Galvin sepupu kita ini marah, astaga aku takut, Ah~"

Seorang anak yang dipanggil Galvin itu lalu menunduk dan merebut mainan yang dibawa Arka.

"Kembalikan mainanku!"

"Ini hanya mainan jelek namun kamu begitu peduli?"

Arka yang kesal menagil pasir yang melemparkannya pada Galvin.

"Kamu!! Sepupu bodoh!! Kamu Bernai padaku hah!!" Galvin menjadi marah.

"Kembalikan milikku!"

Arka mencoba meraih mainannya dari tangan Galvin, namun Galvin lebih tinggi jadi Arka tidak bisa meraihnya, karena kesal Arka mengigit tangan Galvin.

"Lepaskan!! Sakit!" Kata Galvin dengan marah.

Anak bernama Robert itu, lalu menarik Arka agar dia melepaskan gigitannya.

Namun bukannya lepas, malah menjadi lebih erat.

Anak-anak yang lain tidak berani masuk, karena ini pertengkaran para anggota Keluarga William, mereka takut terkena masalah.

Tiga anak keluarga William itu bertengkar, sampai akhirnya Galvin melemparkan mobil-mobilan itu ke tanah, dia juga mendorong Arka ketanah.

Dia masih kesal dan kesakitan melihat gigitan di tangannya mengeluarkan darah.

"Kamu!! Dasar anak tidak punya Ibu!! Anak tidak bodoh tidak berguna! Kamu berani melukaiku!! Awas kamu!!" Kata Galvin dengan marah, lalu dia hendak memukul Arka, namun pukulan itu tidak pernah sampai pada Arka.

Ada seorang gadis kecil seumuran mereka yang berpakaian pelayan, meraih tangan Galvin, mencengkramnya dengan erat.

"Tuan Muda Galvin sebaiknya anda tidak perlu membuat masalah pada Tuan Muda Arka,"

"Kamu!! Seorang pelayan berani membuat masalah dengan ku? Lepaskan tanganku,"

"Aku tidak akan pernah melepaskannya jika Tuan Muda Galvin tidak minta maaf pada Tuan Muda Arka," kata gadis itu dengan nada dingin.

"Awww.... Sialan!! Robet bantu aku!"

Namun sebelum bangunan Robert datang, Arka yang melihat mobil mainannya terlihat menyedihkan di tanah begitu marah, dia langsung datang dan menendang Gavlin di perutnya hingga Galvin terlempar dan terlepas dari cengkeraman Viola.

Viola juga terkejut melihat sikap agresif Tuan Muda nya.

"Galvin!! Kamu kurang ajar! Berani merusak mainanku!!" Arka begitu marah hendak memukulnya namun dicegah oleh Viola.

"Tuan Muda, jangan."

Ketika ribut-ribut terjadi, Seorang wanita dewasa datang, melihat Galvin tersungkur ditanah dengan menyedihkan.

"Galvin Putraku? Apa yang terjadi padamu?"

Hal yang paling Arka ingat hari itu, ketika Viola mendapat tamparan dari Tantenya ketika membela dirinya dan Viola yang mengakui melukai Galvin demi dirinya.

Perasaan Arka sangat rumit hati itu pada Viola.

Viola juga lalu membersihkan dan memperbaiki mobil mainannya, itu adalah mainan yang sangat berharga untuk Arka karena hadiah dari Ibunya yang sudah meninggal.

Hubungan mereka menjadi lebih dekat sejak saat itu.

Memandang luka di wajah Viola, selain ingatan hari-hari pertama pertemuannya dengan Viola, Arka masih ingat bagaimana luka ini terbentuk.

"Tuan Muda, ini tidak begitu baik jika Tuan Muda terus memandangi wajahku, ini sungguh buruk, mungkin akan merusak pemandangan Taun Muda,"

"Sudah aku bilang ini tidak apa-apa. Kalau kamu memang merasa wajah ini buruk, kamu selalu bisa menyalahkanku. Ini semua salahku kenapa kamu menjadi seperti ini...."

"Ini jelas bukan salah Tuan Muda,"

"Jika begitu tidak perlu sungkan atau mencoba menyembunyikan wajahmu dari ku,"

"Tapi Tuan Muda....."

"Untukku Kamu selalu menjadi yang paling cantik,"

Viola tertawa mendengar godaan Arka.

"Tuan Muda selalu hebat dalam merayu, aku pikir sangat mudah untuk Tuan Muda jika ingin mendapatkan wanita manapun yang Tuan Muda inginkan, dia pasti akan langsung tersanjung dengan gombalan Tuan Muda,"

Arka hanya bisa tertawa hampar mendegar pernyataan Viola.

"Aku rasa tidak."

Memang, siapa yang bilang gombalannya berhasil?

Selama bertahun-tahun ini, tidak ada sedikitpun dari pesonanya yang bisa meluluhkan wanita didepannya ini.

Satu-satunya wanita yang dirinya cintai.

Memikirkan bagaimana dirinya mulai jatuh cinta padanya?

Ah mungkin setelah insiden itu.

Arka ingat bagaimana saat itu dirinya saat itu hampir terbakar karena ada kebakaran yang terjadi.

Viola adalah yang menyelamatkannya, namun karena melindungi dirinya dari kobaran Api, wajah Viola terluka akibat kobaran api itu.

Luka dari insiden itu membekas di wajah Viola sampai saat ini.

Begitu pula bagaimana Viola membekas dan masuk ke hatinya sejak saat itu.

Setiap melihat luka ini, Arka akan selalu ingat pengorbanan Viola untuk dirinya.

Bagaimana hidup ini, dan jiwa ini selamat berkat Viola, dan baik hidup dan jiwa ini akan Arka persembahankan untuk Viola, hati ini juga akan selalu menjadi milik Viola selamanya.

Walaupun orang lain bilang kalau ini hal yang jelek, Arka tidak pernah mengagapnya jelek.

Ini mungkin tanda cinta dari kisah mereka?

Memikirkannya, Arka tiba-tiba merasa bodoh.

"Tuan Muda sebaiknya kita segera kembali ke Pesta,"

"Tentu." Kata Arka setelah memasang kerudung Viola dengan benar.

Mereka berdua kembali ke ruangan Pesta seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

####

Hari itu, Pesta berakhir dengan cukup lama hingga Sore hari.

Arka begitu lelah sampai-sampai tidak bisa mengerakan kakinya lagi.

Saat ini, Arka sudah sampai di Kamar miliknya di Rumah Besar Keluarga William.

"Tuan Muda terlihat sangat lelah, nanti malam kita masih harus Makan Malam bersama Keluarga Besar."

"Hah.. apakah kamu tidak lelah? Sungguh, aku tidak mengira ada begitu banyak Tamu, dan masih ada acara malam malam Keluarga? Hah..."

"Tuan Muda bisa istirahat dulu,"

Menuruti nasihat Viola, Arka duduk disana sebentar, sambil melihat sosial media miliknya.

Viola pergi ke kamar mandi, dalam sekejap dan sudah langsung ganti baju ke baju casual biasanya.

"Tuan Muda sepertinya lelah, mungkin Tuan Muda bisa mandi dulu agar lebih segar,"

"Hah... Sangat lelah bahkan mengerakan kakiku."

"Sebentar, Tuan Muda bisa merentangkan Kaki, akan saya pijat,"

Seperti saran Viola, Arka merentangkan kakinya, lalu mulai menikmati pijatan Viola.

Viola sangat terampil memijat Arka, bahkan meminjat pundak Arka.

Arka benar-benar merasa nyaman dengan perlakuan Viola, biasanya memang Viola memperlakukannya seperti ini.

Arka lalu memikirkannya...

Tunggu dulu...

Sepertinya ada yang salah...

Bukankah hari ini mereka sudah menikah?

Kenapa rasanya tidak ada yang berubah dengan rutinitas mereka?

"Viola tunggu sebentar,"

"Ada apa Tuan Muda? Apakah Tuan Muda butuh sesuatu?"

"Saat ini bukanlah kita sudah menikah?"

"Ya, terus? Apakah ada sesuatu yang salah Tuan Muda?"

"Berhentilah memanggilku Tuan Muda,"

Ekpersi Viola sedikit berubah,

"Tuan Muda mau memecat saya?"

Arka hanya bisa menghela nafas panjang,

"Ayolah, sangat aneh jika kita sudah menikah kamu tetap memanggilku Tuan Muda,"

"Tapi, lebih nyaman memanggil Tuan Muda dengan Tuan Muda,"

"Tapi itu akan aneh didepan orang-orang, sekarang kamu sekarang Istriku,"

"Hmm, aku lebih menyukai memanggil Tuan Muda sebagai Tuan Muda,"

"Apakah kamu terkena sindrom Tuan Muda atau sesuatu?" Kata Arka lagi dengan ekpersi lelah.

"Jadi Tuan Muda ingin di panggil Apa?"

Melihat pertanyaan tidak dijawab oleh Viola, Arka hanya bisa pasrah, namun mendegar perkataan Viola, Arka memiliki sebuah ide.

Ya... Mari buat Viola memanggil dirinya Suami atau sesuatu?

Arka benar-benar mengharapkan ekpersi malu dan memerah Viola ketika memanggilnya Suami.

Ahhhh...

Ide yang sangat bagus!!

"Suami, aku ingin kamu memanggilku Suamiku Arka,"

Viola tidak begitu banyak berpikir lalu berkata,

"Baik Tuan Muda.... Maksudku Suamiku Arka. Apakah sekarang kamu puas?"

"Coba ulangi lagi,"

"Suamiku Arka,"

Mendengar panggilan dari Viola itu membuat Arka menjadi malu sendiri, wajah Arka menjadi sedikit memerah.

Kemudian Arka melihat ekpersi datar Viola masih seperti biasanya.

Arka segera kecewa, sepertinya rencananya gagal?

"Hah, lupakan sebaiknya kamu memanggilku dengan namaku saja,"

"Tapi lebih nyaman memanggil Tuan Muda,"

"Ya, hanya ketika kita berdua saja kamu bisa memanggilku Tuan Muda,"

Sekarang ekpersi Viola sedikit berubuah menunjukan sebuah senyuman.

"Terimakasih Tuan Muda, Tuan Muda Arka akan selalu menjadi Tuan Muda Arka dihatiku,"

Melihat senyuman ceria itu, Arka tidak tahu apakah harus bahagia atau malah menagis.

Apakah Viola ini benar-benar terkena sindrom Tuan Muda?

Hah, lupakan, masih memiliki begitu banyak waktu untuk merubah hubungan mereka dimasa depan.

"Ku rasa aku akan mandi,"

"Baik, saya akan segera menyiapkan air hangat,"

Dengan cekatan, Viola lalu kekamar mandi dan menyalakan keran air hangat, sampai semua siap dia baru keluar dan menyapa Arka lagi.

"Sudah siap, Tuan Muda,"

Tiba-tiba Arka memiliki sebuah ide lagi untuk mencoba menggoda Viola.

"Bagaimana kalau kamu membantuku mandi?"

Viola menghela nafas panjang, lalu berkata dengan ekpersi datar,

"Tuan Muda sudah besar namun masih meminta untuk dimandikan? Astaga, tapi mau bagaimana lagi,"

Arka berdiri, lalu Viola perlahan-lahan membantu Arka melepaskan bajunya.

Tidak ada perubahan ekpersi pada wajah Viola dari awal sampai akhir ketika bahkan melihat tubuh Arka yang setengah telanjang itu.

Viola mengantarkan Arka yang tinggal mengenakan handuk di bagian bawah tubuhnya itu kekamar mandi.

Dan seperti biasanya, Arka akan masuk ke Bak mandi super besar disana, sedangkan Viola sibuk mengambil sabun mandi.

Tidak lama, Viola lalu mengunakan spons untuk membantu Arka menyeka bahu dan arena punggungnya dengan profesional.

Arka hanya pasrah melihat Viola melakukan tugasnya dengan baik seperti biasanya.

"Viola, apakah kamu tidak merasakan apa-apa?"

"Apa maksud Tuan Muda?"

"Setelah melihat tubuhku misalnya,"

"Kulit Tuan Muda sangat putih dan halus ini jelas karena aku merawatnya dengan baik, baik mari aku akan membantu Tuan Muda untuk lulur mandi, kita tidak bisa membiarkan Tubuh Tuan Muda sampai tergores, apalagi di wajah. Aku benar-benar kesal pada Tuan Muda Galvin, beraninya dia mau melukai wajah Tuan Muda, benar-benar tidak bisa dipercaya,"

"Kamu tidak merasa aku Tampan atau sesuatu misalnya?"

"Tentu saja, Tuan Mudaku adalah yang paling Tampan!! Dengan kualitas wajah dan tubuh ini, ini jelas akan memiliki begitu banyak pesona untuk mengoda para wanita. Jadi kita harus menjaganya dengan baik,"

Melihat sikap Viola yang sangat profesional itu entah Arka harus bahagia atau menangis.

Mereka sudah resmi menikah, namun Viola masih tetap seperti itu bukan?

Viola adalah seorang Pelayan yang Perfeksionis dan bisa segala hal.

Membantu dan melayani dirinya sejak kecil sampai sekarang, bahkan menjadi Bodyguard, juga menjadi Asistennya ketika di Kantor.

Sekarang Viola merangkap juga sebagai Istrinya...

Bukankah Viola akan kerepotan?

Ada tugas tambahan lagi sebagi Istrinya...

Seperti....

Melayani dirinya di tempat tidur misalnya?

Wajah Arka memerah hanya dengan memikirkan itu.

Lupakan...

Lupakan pikiran sesat ini....

#####

Bersambung

Terpopuler

Comments

Firdaicha Icha

Firdaicha Icha

pelayan gitu lho.... tapi ya kasihan jg arka.

2023-02-06

0

ossy Novica

ossy Novica

Cobalah berlahan mungkin diaengerti

2022-11-12

1

Umi Ningsih Mujung

Umi Ningsih Mujung

😍😍😍

2022-07-07

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Tuan Muda Yang Terbuang
2 Episode 2: Pelayan Perfeksionis
3 Episode 3: Keluarga Besar William
4 Episode 4: Makan Malam Keluarga William
5 Episode 5: Adik Yang Sempurna (Part 1)
6 Episode 6: Adik Yang Sempurna (Part 2)
7 Episode 7: Malam Pertama (Part 1)
8 Episode 8: Malam Pertama (Part 2)
9 Episode 9: Hal-hal Memalukan di Pagi Hari
10 Episode 10: Sebuah Trauma
11 Episode 11: Kenangan Buruk (Part 1)
12 Episode 12: Kenangan Buruk (Part 2)
13 Episode 13: Gosip di Kantor
14 Episode 14: Proyek Mencurigakan
15 Episode 15: Mengoda di Pagi Hari
16 Episode 16: Rapat Direksi
17 Episode 17: Bertaruh
18 Episode 18: Rahasia Keluarga William
19 Episode 19: Rencana Jahat
20 Episode 20: Mimpi Buruk
21 Episode 21: Istri Misterius Tuan Muda Arka
22 Episode 22: Para Fans Arka
23 Episode 23: Sebuah Pertayaan Mengejutkan
24 Episode 24: Keinginan Nenek Arka
25 Episode 25: Menggoda Viola
26 Episode 26: Sesuatu Yang Berharga
27 Episode 27: Mengoda di Kamar Mandi
28 Episode 28: Pertemuan tidak terduga
29 Episode 29: Pembicaraan Empat Mata
30 Episode 30: Rencana Masing-masing
31 Episode 31: Kyla William
32 Episode 32: Bersiap ke Pesta
33 Episode 33: Pesta Malam
34 Episode 34: Jebakan (Part 1)
35 Episode 35: Jebakan (Part 2)
36 Episode 36: Mabuk
37 Episode 37: Rasa Bersalah
38 Episode 38: Review
39 Episode 39: Keluarga Cavel
40 Episode 40: Kecurigaan
41 Episode 41: Kecurigaan (Part 2)
42 Episode 42: Menjadi Atasan
43 Episode 43: Pergi Ke Apotek
44 Episode 44: Membeli Hadiah
45 Episode 45: Memanjakanmu
46 Episode 46: Pertanyaan
47 Episode 47: Bersaing
48 Episode 48: Menjadi Keras Kepala (Part 1)
49 Episode 49: Menjadi Keras Kepala (Part 2)
50 Episode 50: Tidak akan membiarkannya
51 Episode 51: Bersemangat
52 Episode 52: Hambatan
53 Episode 53: Percaya
54 Episode 54: Keraguan
55 Episode 55: Rencana Keluarga Cavel
56 Episode 56: Tidak Apa-apa
57 Episode 57: Gadis Tanpa Ekpersi
58 Episode 58: Kabar Baik
59 Episode 59: Tidak Setuju
60 Episode 60: Heboh Sendiri
61 Episode 61: Perhatian Kecil
62 Episode 62: Masalalu Yang Hilang
63 Episode 63: Bagaimana cara memberitahunya?
64 Episode 64: Keinginan
65 Episode 65: Pekerjaan Tambahan
66 Episode 66: Penyelidikan
67 Episode 67: Ingatan Hari itu
68 Episode 68: Misteri Baru
69 Episode 69: Kelicikan
70 Episode 70: Misteri Rumah Lama
71 Episode 71: Kenyataan
72 Episode 72: Rencana Viola
73 Episode 73: Canggung
74 Episode 74: Masalah Keluarga Cavel
75 Episode 75: Rasa Malu
76 Episode 76: Ingin Pindah (Part 1)
77 Episode 77: Ingin Pindah (Part 2)
78 Episode 78: Memilih Apartemen
79 Episode 79: Pertemuan Tidak Terduga
80 Episode 80: Rumah Baru (Part 1)
81 Episode 81: Rumah Baru (Part 2)
82 Episode 82: Kemarahan
83 Episode 83: Terungkap
84 Episode 84: Tidak Bisa Menerima Ini
85 Episode 85: Pindah Rumah
86 Episode 86: Tidak Ingin Berpisah
87 Episode 87: Modus
88 Episode 88: Sebuah Janji
89 Episode 89: Kisah Masalalu
90 Episode 90: Masalah di Perusahaan
91 Episode 91: Mencari Rahasia
92 Episode 92: Mencari Rahasia (Part 2)
93 Episode 93: Kunci
94 Episode 94: Rencana Arka
95 Episode 95: Pilihan Terbaik
96 Episode 96: Respon Viola
97 Episode 97: Hal-hal Rumit
98 Episode 98: Hubungan Antara Saudara
99 Episode 99: Mengoda Viola
100 Episode 100: Ingin Mencoba
101 Episode 101: Kembali ke Kantor
102 Episode 102: Keinginan dan Keserakahan
103 Episode 103: Memilikimu
104 Episode 104: Kebersamaan
105 Episode 105: Kenyataan Pahit
106 Episode 106: Clarissa Cavel
107 Episode 107: Hasil Penyelidikan
108 Episode 108: Percakapan Rahasia
109 Episode 109: Keraguan
110 Episode 110: Mencari Keberadaanmu
111 Episode 111: Tidak Setuju
112 Episode 112: Sebuah Perpisahan
113 Episode 113: Hari-hari Tanpamu
114 Episode 114: Hal Yang Perlu di Selesaikan
115 Episode 115: Arti Sebuah Kepercayaan (Part 1)
116 Episode 116: Arti Sebuah Kepercayaan (Part 2)
117 Episode 117: Hari-hari Yang Hampa
118 Episode 118: Masing-masing Dari Kita
119 Episode 119: Cinta Kita
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Episode 1: Tuan Muda Yang Terbuang
2
Episode 2: Pelayan Perfeksionis
3
Episode 3: Keluarga Besar William
4
Episode 4: Makan Malam Keluarga William
5
Episode 5: Adik Yang Sempurna (Part 1)
6
Episode 6: Adik Yang Sempurna (Part 2)
7
Episode 7: Malam Pertama (Part 1)
8
Episode 8: Malam Pertama (Part 2)
9
Episode 9: Hal-hal Memalukan di Pagi Hari
10
Episode 10: Sebuah Trauma
11
Episode 11: Kenangan Buruk (Part 1)
12
Episode 12: Kenangan Buruk (Part 2)
13
Episode 13: Gosip di Kantor
14
Episode 14: Proyek Mencurigakan
15
Episode 15: Mengoda di Pagi Hari
16
Episode 16: Rapat Direksi
17
Episode 17: Bertaruh
18
Episode 18: Rahasia Keluarga William
19
Episode 19: Rencana Jahat
20
Episode 20: Mimpi Buruk
21
Episode 21: Istri Misterius Tuan Muda Arka
22
Episode 22: Para Fans Arka
23
Episode 23: Sebuah Pertayaan Mengejutkan
24
Episode 24: Keinginan Nenek Arka
25
Episode 25: Menggoda Viola
26
Episode 26: Sesuatu Yang Berharga
27
Episode 27: Mengoda di Kamar Mandi
28
Episode 28: Pertemuan tidak terduga
29
Episode 29: Pembicaraan Empat Mata
30
Episode 30: Rencana Masing-masing
31
Episode 31: Kyla William
32
Episode 32: Bersiap ke Pesta
33
Episode 33: Pesta Malam
34
Episode 34: Jebakan (Part 1)
35
Episode 35: Jebakan (Part 2)
36
Episode 36: Mabuk
37
Episode 37: Rasa Bersalah
38
Episode 38: Review
39
Episode 39: Keluarga Cavel
40
Episode 40: Kecurigaan
41
Episode 41: Kecurigaan (Part 2)
42
Episode 42: Menjadi Atasan
43
Episode 43: Pergi Ke Apotek
44
Episode 44: Membeli Hadiah
45
Episode 45: Memanjakanmu
46
Episode 46: Pertanyaan
47
Episode 47: Bersaing
48
Episode 48: Menjadi Keras Kepala (Part 1)
49
Episode 49: Menjadi Keras Kepala (Part 2)
50
Episode 50: Tidak akan membiarkannya
51
Episode 51: Bersemangat
52
Episode 52: Hambatan
53
Episode 53: Percaya
54
Episode 54: Keraguan
55
Episode 55: Rencana Keluarga Cavel
56
Episode 56: Tidak Apa-apa
57
Episode 57: Gadis Tanpa Ekpersi
58
Episode 58: Kabar Baik
59
Episode 59: Tidak Setuju
60
Episode 60: Heboh Sendiri
61
Episode 61: Perhatian Kecil
62
Episode 62: Masalalu Yang Hilang
63
Episode 63: Bagaimana cara memberitahunya?
64
Episode 64: Keinginan
65
Episode 65: Pekerjaan Tambahan
66
Episode 66: Penyelidikan
67
Episode 67: Ingatan Hari itu
68
Episode 68: Misteri Baru
69
Episode 69: Kelicikan
70
Episode 70: Misteri Rumah Lama
71
Episode 71: Kenyataan
72
Episode 72: Rencana Viola
73
Episode 73: Canggung
74
Episode 74: Masalah Keluarga Cavel
75
Episode 75: Rasa Malu
76
Episode 76: Ingin Pindah (Part 1)
77
Episode 77: Ingin Pindah (Part 2)
78
Episode 78: Memilih Apartemen
79
Episode 79: Pertemuan Tidak Terduga
80
Episode 80: Rumah Baru (Part 1)
81
Episode 81: Rumah Baru (Part 2)
82
Episode 82: Kemarahan
83
Episode 83: Terungkap
84
Episode 84: Tidak Bisa Menerima Ini
85
Episode 85: Pindah Rumah
86
Episode 86: Tidak Ingin Berpisah
87
Episode 87: Modus
88
Episode 88: Sebuah Janji
89
Episode 89: Kisah Masalalu
90
Episode 90: Masalah di Perusahaan
91
Episode 91: Mencari Rahasia
92
Episode 92: Mencari Rahasia (Part 2)
93
Episode 93: Kunci
94
Episode 94: Rencana Arka
95
Episode 95: Pilihan Terbaik
96
Episode 96: Respon Viola
97
Episode 97: Hal-hal Rumit
98
Episode 98: Hubungan Antara Saudara
99
Episode 99: Mengoda Viola
100
Episode 100: Ingin Mencoba
101
Episode 101: Kembali ke Kantor
102
Episode 102: Keinginan dan Keserakahan
103
Episode 103: Memilikimu
104
Episode 104: Kebersamaan
105
Episode 105: Kenyataan Pahit
106
Episode 106: Clarissa Cavel
107
Episode 107: Hasil Penyelidikan
108
Episode 108: Percakapan Rahasia
109
Episode 109: Keraguan
110
Episode 110: Mencari Keberadaanmu
111
Episode 111: Tidak Setuju
112
Episode 112: Sebuah Perpisahan
113
Episode 113: Hari-hari Tanpamu
114
Episode 114: Hal Yang Perlu di Selesaikan
115
Episode 115: Arti Sebuah Kepercayaan (Part 1)
116
Episode 116: Arti Sebuah Kepercayaan (Part 2)
117
Episode 117: Hari-hari Yang Hampa
118
Episode 118: Masing-masing Dari Kita
119
Episode 119: Cinta Kita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!